"Gimana? Siap lo?" Tanya Ririn pada pemuda di depannya yang kini tengah mempersiapkan diri untuk reuni sekolahnya.
Pemuda itu mengangguk mantap.
"Lo jalan aja masih pincang."
"Lo kalo ngedukung yang tulus ngapa, kasih gue semangat. Bukan malah bikin gue down." Oceh pemuda itu sambil mencoba berdiri dari kursi rodanya.
Ririn sesekali membantu untuk membopongnya.
"Pelan-pelan!"
Pemuda itu mencoba berdiri sambil di pegangi olah Ririn. Ririn mencengkram tangannya membantunya berdiri.
Kini pemuda itu tengah berdiri, masih dengan badan yang gemetar. Ia menatap kakinya yang kini sudah menapak lantai dengan tegapnya.
Ia lalu menegakkan badannya sambil berpegangan kepada Ririn. Pemuda itu mulai mengangkat kaki kanannya.
Saat kaki kanannya mulai melangkah dan berhasil, ia mencoba lagi untuk mengangkat kaki yang satunya.
Ternyata tidak seburuk dari yang sebelumnya.
Pemuda itu tersenyum kepada Ririn.
"Gue lepas ya pelan-pelan" Tutur Ririn sambil melepas pegangannya.
"Ok"
Pemuda itu mulai menjaga keseimbangannya.
Ia berjalan dengan sangat hati-hati dengan langkah yang masih tertatih.
20 menit bolak-balik dari ujung ke ujung ruangan, jalannya mulai lancar. Pemuda itu tidak lagi menyeret-nyeret kakinya.
Ririn bersorak senang sambil mengacungkan jempol ke arah pemuda itu.
.
.
H-3 acara reuni SMA Pelita.
Arthur kembali di sibukkan sebagai anggota panitia pelaksana.
Mau tidak mau Mila harus menggantikan Arthur untuk ke sekian kalinya. Tak henti-hentinya gadis itu meneriaki Rifqi yang terus menyomot kue dari etalase.
"Lo kalo mau nyomot di belakang aja napa Rif!" Oceh Mila.
"Sambil promosi." Balas Rifqi.
Mila menghembuskan nafasnya kesal lalu menopang dagunya di meja kasir.
Hendra tertawa cekikikan melihat dua kawannya yang setiap hari selalu saja bertengkar.
"Badan lo itu udah mekar, noh perut lo nonjol. Ntar tambah melar baru tau rasa lo." Mila masih melanjutkan ocehannya yang sempat terhenti.
"Biar aja, yang penting body gue masih berlekuk." Rifqi membuka bajunya memperlihatkan perutnya yang menonjol seperti ibu yang tengah mengandung. "Emang lo, rata gitu." Ejeknya.
Benar-benar tidak tahu malu.
Pengunjung yang tengah memilih kue tak kuasa menahan tawa nya melihat kelakuan karyawan toko ini. Mungkin pengunjung itu berfikir mengapa sang bos menerima karyawan seperti itu.
Mila merogoh kantungnya untuk menggapai ponselnya. Mila mengetikkan salah satu nomor di sana lalu menelfon nya.
Beberapa detik kemudian Mila mendapat sapaan dari seberang sana.
"Rin, lo dimana?"
"Eng, di rumah. Lagi siap-siap ni mau ke toko"
"Cepetin gih. Jangan mentang-mentang kuliah kita libur, lo bisa tidur seenaknya di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER
Teen FictionMila Nerissa Wahyudi. Gadis cantik SMA yang cuek, seadanya, dan nyaris tidak tertarik pada laki-laki. Suatu hari ada seorang laki-laki yang tertarik padanya dan tak lelah juga untuk terus berusaha agar mendapatkan hatinya. Apakah Mila tertarik? Apak...