Pagi-pagi Mila sudah siap, berseragam rapi. Tinggal sarapan. Mila keluar dari kamarnya lalu mendapati papanya sedang membaca koran sambil menyesap kopi hitam. "Papa dengar dari kak Miko, kemaren kamu diantar pulang sama cowok ya?" Tanya papanya tiba-tiba. Mila berhenti mengoleskan selai diatas rotinya saat mendengar papanya bertanya.
"Itu temen Mila pa, jangan dengerin kak Miko." Papanya lalu terkekeh pelan.
"Besok-besok kalo mau mampir, pas ada mama sama papa gih, biar mama sama papa bisa liat orangnya langsung." Sahut mamanya yang datang membawa dua gelas susu untuk Miko dan Mila.
"Iya ma" iyain aja biar cepet. Batin Mila.
Drrrt..drtttt
Andrian
Gue udah didepan pagerLantas Mila dengan cepat menghabiskan susu hangatnya lalu bersalaman dengan papa dan mamanya "Mila berangkat pa, ma, kak!"
"Lo berangkat sama siapa?" Miko yang sedang mengunyah rotinya bertanya. Tidak seperti biasanya Mila akan mendorong-dorong kakaknya telebih dahulu bila mau berangkat, kali ini Mila langsung cabut tanpa memohon dulu pada kakaknya.
"Sama Andrian kak." Jawab Mila sambil berlari menuju pagar. Di gerbang, Andrian sudah siap dengan motornya.
Mama papa mengantar Mila hingga ke pagar. "Hati-hati nak." Kata mamanya.
"Om, tan, berangkat" Kata Andrian berpamitan.
Papa mamanya lalu mengangguk, lalu melambaikan tangan.
Setelah sampai sekolah, Mila melepaskan helmnya lalu memberikannya pada Andrian. "Thanks, Yan"
"WIDIW!!! BARENGAN CUY!!" Mila dikagetkan oleh suara Rifqi yang lantang, diikuti Radit dan Deni.
"Demi apa lo Mil, mau dianter cowok, gue kira lo lesbi, njir!" Celetuk Deni.
"Sembarangan aja lo ngomong!" Mila menimpuk kepala Deni dengan bogemnya.
"Sakit woy! Gila lo kecil-kecil gede banget tenaganya!" Protes Deni.
Mereka berempat berbarengan menuju kelas, Deni, Rifqi, Radit dan Andrian mengantar Mila kekelas, lalu mereka bertiga melewati kelas Mila dan menuju kelas mereka yang berada dikelas 11 IPS 1.
Seperti biasa, kelas IPS 1, biang keributan tidak lain tidak bukan adalah Adit. Selalu menggoda Karin. "Rin, plis ntar gue balikin deh." Adit memohon kepada Karin agar di pinjamkan pulpen. Entah sudah keberapa kalinya Karin memberi pinjaman pulpen dan entah sudah keberapa kalinya juga pulpen tersebut hilang, raib, kandas.
"Lo beli sendiri napa! Kere amat sih!" Karin yang sudah jengkel tidak tahan untuk mendiamkan Adit yang terus menerus membeo.
"Yaelah Rin, cantik-cantik galak bener deh, makin sayang deh gue." Adit berusaha menggoda Karin, yang sudah jelas-jelas Karin sudah kebal dan tidak akan terpengaruh oleh ucapannya. "Karin, kal-"
"Andrian!" Karin berdiri lalu meninggalkan Adit yang masih menganga lebar. Adit lalu menepuk meja dan memonyongkan bibirnya.
Andrian yang sedang mengobrol dengan Rifqi, Deni dan Radit, lantas menengok kepada Karin. "kenapa Rin?"
"Lo gak di apa-apain kan sama Mila?"
Hening.
Mereka berempat serempak hanya menganga. "Lo kira Mila singa kali ya." Andrian tertawa saat mendengar Karin bertanya seperti itu. Andrian tau bahwa teman-temannya berkata bahwa Mila susah dibujuk oleh kaum lelaki apalagi yang berniat pacaran dengannya.
Tapi itu tidak berlaku untuk Andrian. Buktinya, Andrian yang mengajak, dan Mila selalu mengiyakannya, walaupun kadang dengan sedikit paksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER
Teen FictionMila Nerissa Wahyudi. Gadis cantik SMA yang cuek, seadanya, dan nyaris tidak tertarik pada laki-laki. Suatu hari ada seorang laki-laki yang tertarik padanya dan tak lelah juga untuk terus berusaha agar mendapatkan hatinya. Apakah Mila tertarik? Apak...