Chapter 20

33 1 0
                                    

Malam puncak telah tiba, SMA Pelita mengundang salah satu band terkenal yakni Sheila On 7. Andrian telah meminta ijin pada orang tua Mila dan langsung disetujui oleh papa dan mama Mila.

Pukul 7 malam, ia akan menjemput Mila.

Mila bukan tipikal cewek yang ribet, yang harus memilih baju berjam-jam, mengacak-acak isi lemari. Maka Mila memutuskan mengenakan kaos berlengan panjang berwarna biru navy dan mengenakan hoodie berwarna abu-abu, mengingat udara malam yang dingin.

Mila merapikan rambutnya lalu mengikatnya agar terlihat rapi memperlihatkan leher jenjangnya.

Tok...tok

"Mil, cowok lo udah dibawah." Suara Miko menggema dibalik pintu.

Mila keluar dari kamarnya, lalu mendatangi Andrian yang sudah duduk diruang tamu bersama Yudi, papanya Mila.

"Yan, Yuk!" Ajak Mila.

"Om, berangkat dulu." Andrian lalu salim kepada papanya Mila lalu berpamitan pada Miko.

"Sukses yak." Ucap Miko menepuk pundak Andrian.

"Sttt!" Andrian menaruh telunjuk nya dibibir, memberi kode agar Miko diam.

Mila lantas menyipitkan matanya, sepertinya ada sesuatu yang direncanakan oleh keduanya.

Setelah sampai di gerbang sekolah, Mila memberi helmnya pada Andrian lalu mengantri menyerahkan tiket.

Lapangan sudah ramai, lapangan dipenuhi lautan manusia, ada dua LCD yang terpasang di kanan san kiri panggung.

"OY!" Rifqi tiba-tiba datang menepuk Andrian, disusul oleh Deni dan Alven.

"Mana Radit?" Tanya Andrian

"Ntar lagi dateng bareng Karin ama Adit." Jawab Rifqi. Rifqi lalu mendekatkan bibirnya kearah telinga Andrian. "Jadi?" Tanyanya.

Andrian membalasnya dengan acungan jempol.

"Nah, tuh komplotan lo datang, Mil" Tunjuk Deni.

Ada Radit, Ririn, Vira, Karin dan juga Adit. Tumben sekali Devan tidak bersama kumpulan tukang rusuh yang tidak lain tidak bukan adalah kumpulan Gibran.

"Ayo! Jalani euy tugas masing-masing!" Teriak Alven dan langsung dituruti oleh teman-temannya. Hanya tinggal Mila dan Andrian yang masih berdiri.

"Mereka kenapa, sih Yan?" Tanya Mila. Mila merasa sejak tadi sudah ada yang mengganjal.

"Enggak, yuk." Andrian menggandeng tangan Mila. Mila terkejut atas perlakuan Andrian.

Jantungnya berdebar hebat, kakinya juga bergetar. Tangannya mulai terasa dingin.

"Tangan lo dingin. Gugup ya?" Tanya Andrian, membuat Mila semakin malu.

"Enggak."

"Mil, dengerin gue." Andrian memegang kedua bahu Mila, membuat mata mereka saling tatap.

Mila mengangkat wajahnya dan menatap matanya. Menatap satu garis lurus dan melihat manik jernih dimata Andrian. pipinya mulai terasa panas lantaran Andrian menatapnya juga secara terang-terangan.

"Kalo ada yang berani nyakiti lo, lo bilang sama gue." Ucap Andrian. "Gue sayang sama lo."

Mila menggigit bibirnya, apa yang harus ia lakukan?

"Gue..em.. Andrian?" Mila ingin menyampaikan perasaannya, namun susah untung berbicara. Apakah mengungkapkan perasaan sesulit ini?

"Ngomong aja"

"Gue juga sayang sama lo, Andrian." akhirnya terucap juga. Mila menundukkan kepalanya lantaran Malu.

Tangan Andrian mengangkat dagu Mila agar kembali menatapnya.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang