Chapter 13

20 2 0
                                    

Mila terbangun dari tidurnya, ia melihat jam diatas nakas sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Mila duduk lalu mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Siapa yang membawanya kekamar. Apakah Miko? Atau papanya?

Mila berjalan menuju tas yang masih tergeletak dibawah ranjang. Mila merogoh saku tas, mencari ponselnya.

Andrian
Udah bangun?

Pesan dari Andrian, 2 jam yang lalu. Mila tersenyum sambil mengetik.

Mila
Udah

Dua detik kemudian, ponsel Mila bergetar.

Andrian is calling...

Kebasaan Andrian, habis chat, tiba-tiba menelfon. Mila lalu menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya ditelinga.

"Baru bangun lo?" Tanya Andrian di seberang sana.

"Iya, ngantuk banget soalnya." Jawab Mila sambil memeluk bantalnya.

"Yaudah lo sarapan gih sana."

"He?" Mila mengerutkan kening, takutnya salah dengar.

"Ha, he, ha, he! Udah sana lo sarapan, ndoro."

Mila mengiyakan lalu tanpa basa-basi lagi, Andrian memutuskan telfon. Nelfon gue Cuma nyuruh sarapan? Batinnya. Tidak apa-apa, begini saja sudah bahagia sekali.

Mila mengambil handuknya yang tergantung lalu kekamar mandi. Karena ia merasakan badannya yang sudah lengket.

Setelah Mila menyelesaikan kegiatan mandinya, Mila berjalan menuju dapur yang sudah tersedia roti dan selai coklat. Mila mendapati Miko yang sedang bermain game diruang tengah.

"kak!" Mila duduk disebelahnya lalu bersandar di sofa. "Papa sama mama kemana?"

"Biasa, restoran, kek gatau mereka aja. Hari minggu tetep kerja." Kata Miko sambil memainkan stick game nya.

"Kak, lo yang gendong gue kekamar ya semalem?" Tanya Mila.

"Andrian, lo kebo banget sih. Gue mah kagak kuat gendong, badan lo segede dugong gitu." Miko menunjuk perut Mila dengan dagunya.

Mila tertegun mendengar kata 'Andrian'. Yang benar saja Andrian susah-susah mengangkatnya hingga kekamar. Lantas pipi Mila terasa panas. Miko melirik Mila yang tampak sedang tersenyum samar sendiri, lalu bertanya.

"Lo udah suka ya sama Andrian." Celetuknya.

"Apaan sih kak." Mila mengibaskan tangannya.

"Gak usah bohong. Lo bohong sama abang sendiri gue sumpahin lo ambeyen 7 turunan gak pecah-pecah." Kata Miko lantas langsung dilempar bantal oleh Mila.

"Lo ati-ati kak kalo ngomong!" Mila menunjuk kakaknya. Miko yang terus memojokkan Mila mau tidak mau ia harus mengaku. Mila menggigit bibirnya lalu mengaku pada Miko. "eng, tapi lo diem aja ya kak."

Miko yang mendengarnya, lantas menaruh  stick gamenya, dan mendekatkan diri pada adiknya. "Apaan?"

"Itu, sebenernya gue suka, tap-"

"Nah! Apa gue bilang!" Miko menepuk tangannya, membuat Mila terkejut.

"Gue belom selesai ngomong! Dengerin dulu."

Miko lalu menurut, lalu memasang telinga setajam mungkin.

"Kemaren dia udah nyatain perasaannya ke gue, tapi gue bingung kak, mau bilang apaan. Lo tau sendiri kan gue ga ada kepikiran buat pacaran. udah gitu gue ga pernah nerima cowok yang nembak gue. Tapi memang beneran, gue ga suka sama mereka. Tapi beda sama Andrian." Jelas Mila panjang lebar.

Miko memangut-manggut, sambil memegangi dagunya. Seperti sedang berfikir keras. "Alasannya apa lo ga langsung nerima dia?"

"Gue takut kak, begitu ditengah2 pacaran, eh malah gue males, ga belajar, terus gue takut juga Andrian suka sama gue cuma gara-gara suka sensasinya ngejar cewek, begitu dapet, eh gue di campakkin gitu aja. Kebanyakan cowok kan kek gitu kak. Terus lo tau sendri kan, mama pengen gue kuliah, dapet nilai bagus dulu disekolah." Mila menjelaskan lalu melipat tangannya di dada.

"Gini aja deh Mil, nyatain aja perasaan lo ke Andrian, jangan gantungin, dia masih belom tau juga kan kalo lo suka sama dia. Mending lo ungkapin, daripada penasaran. Lo kira digantungin tuh enak kali ya?" Miko lalu menoyor jidat Mila. Membuat Mila mengusap-usapkan jidatnya

"I-iya deh kak." Jawab Mila sambil memikirkan sesuatu yang berputar-putar dikepalanya.

Setelah berbincang dengan Miko, Mila kembali kekamar dan membuka ponselnya. Bermain game santai. Saat ini pikirannya entah melayang kemana, sesekali ia memikirkan Andrian.

Baru sehari tidak bertemu dengannya, ia sudah ingin sekali melihatnya. Mila menghentikan bermain gamenya, lalu membuka galeri. Terpampang jelas fotonya bersama Andrian. Terutama foto candidnya.

Mila tersenyum sendiri sambil menggeser-geser ponselnya. Apalagi saat ia menemukan foto yang memperlihatkan posisi mereka sangat dekat. Andrian sedang merangkul Mila dan meliriknya.

Seharian hanya baring-baring tidak jelas, buka tutup ponsel, lalu menggangu Miko. Malam harinya Mila memutuskan untuk membaca novel hingga tertidur.
.
.
Tidak sadar, sudah pukul 4 sore. Mila memutuskan untuk bersepeda mengelilingi kompleks.

Mila mengganti baju dan memakai celana setengah panjang, tidak lupa rambutnya diikat kuda dan memakai sepatunya.

Ia mengeluarkan sepedanya dari garasi, lalu keluar pagar, siap meluncur.

sambil mengayuh sepeda, ia mendengarkan lagu. Seperti biasa, Mila menyukai musik ber-genre pop punk, ia memutuskan untuk memutar lagu dari One Ok Rock.

Mila mengangguk-anggukkan kepalanya sembari sesekali bernyanyi mengikuti alunan lagu.

Sesekali ia melayangkan fikirannya entah kemana. Sekolah, ujian nasional, kuliah dimana, apakah ia masih bisa berkumpul seperti biasa dengan teman-temannya. Ririn, Vira, Radit, Deni, Alven, Karin dan Rifqi. apakah ia juga akan bertemu dengan teman tukang rusuh dikelasnya, Gibran?

Dan apakah ia akan tetap bisa berdekatan dengan Andrian?

Mila menggeleng-gelengkan kepalanya, dan mengedip-ngedipkan matanya. tersadar dari lamunannya.

Duh kok Andrian lagi sih. Batin Mila.

Tak terasa sudah pukul setengah 6, Mila memutuskan pulang kerumah, badannya sudah berkeringat dan air minumnya juga habis.

BRAK!!!

Mila terkejut dan hampir saja sepedanya oleng. Tepat didepan Mila, Mila menyaksikan seseorang terjatuh dari motornya.

Sontak Mila langsung merebahkan sepedanya dan langsung berlari membantu wanita tersebut.

"Ibu gapapa?" Tanya Mila saat membantu sang ibu berdiri.

"Gapapa, nak. Ibu cuma kaget aja" jawab ibu tersebut sambil menepuk-nepuk jaketnya yang kotor.

Mila lalu mengangkat motor sang ibu lalu diparkirkannya dipinggir jalan.

Jalanan begitu sepi dan hanya Mila yang meliat kejadian tersebut. Lalu ia mengamati motor tersebut, ban nya gundul dan harus segera diganti, sudah begitu jalanan terlihat basah karena habis diguyur hujan.

Sang ibu tidak terluka, dan tidak lecet.

Mila memastikan sang ibu tidak terluka sedikitpun. "Sudah nak, gapapa. Makasih sudah bantu." ibu itu lalu tersenyum sambil memegang pundak Mila.

"Mau saya antar sekalian Bu?'" tanya Mila.

ibu tersebut menggeleng dan mengucapkan terima kasih pada Mila.

"Ya sudah kalo gitu ibu hati-hati. Saya liatin dari sini ya." ucap Mila. Lalu sang ibu menjalankan motornya kembali dan lancar karena memang tidak terluka.

Mila mengangkat sepedanya yang tadi ia jatuhkan, lalu menuntunnya pulang.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang