Chapter 30

16 0 0
                                    

Satu jam Arthur menunggu.

Arthur sampai melupakan niat awalnya bahwa tadi ia hendak ke rumah Mila. Apakah Mila masih menunggunya?

Arthur merogoh sakunya mencari ponsel yang sudah sejak tadi berbunyi.

Beberapa pesan dari Mila memenuhi layar ponselnya.

Mila
Lo dimana, Thur?

Mila
Udah setengah jam, tumben lo lama banget

Mila
Lo gapapa kan?

Mila
Lo dimana sih

Mila
Thur!

Dan masih banyak panggilan tidak terjawab dan pesan whatsapp dari Mila.

Dengan cepat Arthur mengetikkan pesan permintaan maaf untuknya.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, Salim memanggil Arthur dengan menampakkan wajah yang berseri bahagia.

Arthur mengangkat kepalanya lalu berjalan menuju Ayahnya yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Sini ikut papa." Ujar Salim sambil menarik lengan Arthur.

Di tengah ruangan, Arthur melihat ibu tirinya tengah menggendong bayi.

Arthur menatap bayi tersebut dengan nanar.

"Perempuan?" Tanya Arthur pada ibu tirinya.

"Laki-laki" Jawabnya sambil mengulum senyum.

Arthur tersenyum lalu matanya kembali menatap wajah bayi itu. Kulitnya putih bersih dan bibirnya merah.

"Mau gendong?"

"Memang boleh?" Jawab Arthur ragu.

"Boleh"

Arthur mengangguk semangat. Sebelumnya ia belum pernah menggendong bayi karena ia adalah anak tunggal.

Novia menyerahkan bayinya dengan hati-hati lalu di sambut oleh tangan Arthur. Arthur pun begitu, menerimanya dengan hati-hati.

Saat ini bayi itu tengah ada di gendongan Arthur. Ternyata tidak susah menggendong bayi, begitu lah menurut Arthur.

Bayi itu menguap, membuat Arthur semakin gemas melihatnya.

"Ganteng" Gumam Arthur.

Salim tersenyum puas melihat Arthur yang kini bisa menerima adik beserta ibu tirinya itu.

"Aku kasih nama Adam boleh gak ma?"

Novia tertegun saat mendengar Arthur menyebutnya dengan panggilan 'mama'.

Novia tersenyum lalu mengangguk. "Boleh."

Arthur tersenyum lalu mengelus pipi adiknya itu.

Suasana haru di dalam ruangan tersebut adalah suasana hangat pertama kali yang mereka ciptakan setelah perang dingin berbulan-bulan lamanya.

Salim berharap bisa menikmati suasana seperti ini untuk sekarang kalau perlu untuk nanti dan selamanya.

Apa yang di katakan Mila tempo hari benar-benar terjadi. Ibaratkan batu, jika terus menerus tertetes air, maka batu itu akan berlubang.

Seperti Arthur. Tidak henti-hentinya Salim meminta maaf pada anak semata wayangnya, memberikan segala fasilitas hidup untuk anaknya padahal Arthur masih belum bisa memaafkan total dari semua kesalahan dari ayahnya.

Novia yang selalu sabar bahwa anak tirinya itu tidak bisa menerimanya, selalu menerima segala makian dan hinaan yang keluar dari mulut Arthur. Novia tidak sekalipun melawan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang