Chapter 25

24 0 0
                                    

Hasil jualan beberapa minggu ini sangat laris dan selalu habis. Entah karena enak atau karena harganya yang terjangkau.

Arthur akan segera meresmikan untuk membuka toko tersebut. Modal yang dikumpulkan belum banyak, maka Arthur memutuskan akan memperkejakan Mila, Ririn dan Karin terlebih dahulu.

Toko tersebut dibuka mulai jam 3 sore hingga jam 9 malam.

Biasa, jamnya mahasiswa.

Awal pembukaan, menunya masih hanya 2. Yaitu brownies dan bolu. Arthur masih ingin bertahap, jika profit yang ia dapatkan bisa lebih banyak, ia akan merilis cup cake sebagai menu baru di toko tersebut.

Banyak sekali teman-teman kampusnya yang menanyakan cup cake tersebut, membuat Arthur semakin semangat mencari keuntungan untuk merilis cup cake tersebut.

"Thur! Gak sia-sia gue bantuin lo. Untung lo gede banget anjir" Celetuk Ririn yang sedang mengaduk adonan menggunakan mixer.

"Gue gitu loh." Jawab Arthur sambil menyentil kerahnya. Ririn terkekeh lalu membalasnya dengan cibiran.

"Thur. Anaknya Mbok Iyem nanyain tuh, buka loker apa enggak di toko lo?" Tanya Mila.

"Kenapa?"

"Mau nambah-nambah penghasilan aja, Thur, kan dia belum lulus SMA nih, tapi dia juga pengen kerja, nabung buat nanti kuliah dan buat uang jajannya sendiri, dari pada hari minta ke emaknya.

Arthur memegang dagunya, manggut-manggut memikirkan sesuatu.

"Boleh deh, ntar gue taruh di bagian kasir dulu, sambil gue ajarin bikin kue."

"Yes!" Mila mengepalkan tangannya girang.

Saat ini untuk bagian dapur memang dipegang oleh Arthur, Mila dan Ririn sedangkan Karin mengolah bagian kasir.

Berbagi tugas. Terkadang Rifqi dan Hendra yang akan menggantikan posisi Karin sebagai kasir. Karena bila salah satu dari mereka berdua bila ada didapur, mereka akan merusak segalanya.

Maka Arthur memutuskan bila ada Rifqi dan Hendra, ia akan menempatkan posisinya di meja kasir.

"Thur, bahan baku kita udah mulai nipis nih" Ucap Ririn saat mengecek bagian bahan baku.

"Ok, gampang" Arthur lalu mengetikkan ponselnya dan menuliskan bahan-bahan apa saja yang harus ia beli.

"Lo beli dimana sih? Kok cepet banget datangnya, mana bahannya mahal-mahal" Tanya Ririn.

"Gue ada agen yang jual-jual ginian. Terjamin kualitasnya, dan terjamin kebersihannya. Makanya kue-kue gue banyak yang suka" Ucapnya dengan bangga.

Ririn hanya ber-oh saja lalu melanjutkan menakar adonan baru.

.

.

Tiga bulan berlalu, tidak terasa Arthur sudah memiliki dua karyawan. Toko kuenya berkembang pesat dan Arthur sudah mengeluarkan menu baru yaitu cup cake. Ternyata resep cup cake buatan Ririn dan Karin juga banyak yang suka.

Ada tiga varian rasa yaitu coklat, matcha dan vanilla. Bolu Mila juga sudah mengeluarkan varian rasa baru yaitu rasa vanilla. Sebelumnya hanya satu varian yaitu coklat, namun banyaknya permintaan varian lain, maka Arthur menambahkan rasa vanilla.

Seperti biasa, bertahap. Perlahan-lahan namun pasti.

"SAMLEKUM" Suara Rifqi menggema didalam toko dan membuat beberapa pengunjung menengok ke sumber suara.

Rifqi lalu berjalan menuju kasir menggantikan Karin. "Elo! Bikin malu aja!" Bisiknya.

"Udah lo bikin gue sana bantu yang laen. Gue capek, mau duduk" Rifqi melambai-lambaikan tangannya lalu duduk di kursi kasir.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang