Chapter 12

27 1 1
                                    

"Kenapa ga hari minggu aja sih, Mil kita pulang?" Tanya Vira. Benar saja, mereka hanya dua hari, dan menurut Vira, belum berasa liburannya.

"Biar besok kita bisa istirahat, hari senin kan sekolah." Jawab Mila sambil memainkan polnselnya. Mila melihat foto bersama teman-temannya dipantai tadi. Termasuk foto Andrian. Mila tersenyum mendapat foto candid Andrian yang kebetulan sedang melirik padanya.

"Ga ada yang mau mampir dulu kan? Beli apa gitu kek." Tanya Andrian yang sedang menyetir mobil.

"Yan, lo ada coklat gak?" Tanya Mila, sadar bahwa stock coklat yang ia bawa dari rumah sudah habis.

"Ada, di tas gue. Dit, cariin dong!" Andrian menyuruh Radit untuk mencari coklat di tas nya.

"Thanks, Dit." Kata Mila menerima coklatnya. "Gapapa nih gue makan?"

Andrian mengangguk sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Genit!" Mila bergumam.

Perjalanan masih jauh dan sekarang sudah pukul 7 malam. Kemungkinan sampai Samarinda diantara jam 10 atau bisa saja lebih.

Agar tidak merasa bosan dan mengantuk, Andrian menyetel music pop punk kesukaannya. Biasa, cowok. Di dukung oleh Mila karena itu memang seleranya. Sedangkan Vira dan Ririn berdebat karena musik yang di putar tidak sesuai dengan selera mereka.

Vira menyukai grup K-pop, sedangkan Ririn menyukai musik-musik klasik dan jazz.

"Yan, itu lagu apaan sih, gue ga ngerti. Ganti NCT 127 dong." Vira mendorong-dorong pundak Andrian. Lantas Mila membalikkan badan mengarahkannya kebelakang.

"NCT apa?" Tanyanya polos sambil mengerutkan keningnya. Setau Mila, NCT adalah nama sekelompok tokoh pahlawan di game yang bergabung di sebuah grup. Hanya itu yang Mila tau, karena memang kakaknya yang suka bermain game, dan sesekali Mila mendengar kata 'NCT'.

"Itu boy band keren banget, Mila, masa lo gatau sih, omegat! Hari gini siapa sih yang gatau suami-suami gue yang ganteng-ganteng itu!" Suara Vira menggelegar memenuhi ruang, mulai keluar jiwa alaynya.

"Oh." Jawab Mila ber'oh' karena memang tidak mengerti maksudnya dan tidak tertarik sama sekali. Lalu Mila menghadapkan tubuhnya kedepan.

Mila mendengarkan alunan musik sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Saat ini yang mereka putar adalah lagu dari Sum 41-in to deep.

Setelah lama berdebat, Andrian merasa kupingnya panas, dan ia mengganti lagu tersebut dengan musik campur sari.

"Biar adil! Diem lo pada ya." Kata Andrian dan dibalas dengan sentilan dari Ririn.

Mila menatap Andrian dari samping, lalu ia melihat ujung matanya. Terlihat mata Andrian memiliki warna lensa hitam bening. Mila terpana melihatnya.

"Cie, liatin Andrian." Celetuk Vira. Lantas membuat Mila menunduk menahan malu karena tertangkap basah.

Andrian terpaku, lalu menatap Mila sekilas. "Serius lo liatin gue, Mil?"

"Apaan sih lo, jangan geer." Kata Mila, mengibaskan tangannya dan melihat ke sisi kiri.

"Lo ngaku aja Mil, selama gue temenan ama lo, belom pernah kita-kita liat lo jatuh cinta. Boro-boro jatuh cinta. Dideketin cowok aja malah di katain mulu." Kata Radit dari kursi dari belakang dan langsung disetujui oleh Ririn, Vira dan Alven.

"Gue bisa deket sama lo juga gara-gara waktu kita mos satu kelompok." Alven membeo.

"Eh, Yan, jadi Mila ini udah kek lesbian taulah, dideketin cowok ganteng malah ditolak! Termasuk kak Aldi. Mantan ketos!" Ririn memberitahu Andrian berapi-api.

Benar juga, Mila dulu pernah hampir di PDTK'in Aldi, mantan ketua osis sewaktu Aldi masih kelas 11 dan Mila duduk dikelas 10.

Kejadiannya karena waktu MOS atau masa orientasi siswa, Aldi adalah seksi acara yang kebetulan juga menjadi MC di aula. Aldi sudah tertarik pada Mila yang menjadi ketua kelompok.

Aldi mengejar Mila dan Mila sama sekali tidak merespon, padahal banyak murid cewek yang mendambakan cowok semacam Aldi. Sudah ganteng, pintar berorganisasi, pintar dikelas, plus tajir pula. sudah begitu, setelah ketua osis lama lepas jabatan, maka Aldi yang menggantikan posisinya sebagai ketua osis. Banyak pula murid cewek yang iri karena Aldi yang sering datang kekelas Mila hanya untuk membawakan coklat untuknya.

"Serius lo Rin?" Andrian tampak terkejut tidak percaya. "Gue kira mantan lo banyak, Mil" lanjutnya lalu tertawa terbahak-bahak.

"Fokus jalanan pak!" Sergah Mila lalu membuang muka.

"Lo manis kalo lagi kesel." Goda Andrian sambil mencolek Mila.

"Apaan sih geli." Mila menggedikkan bahunya. Bukan karena jijik, melainkan karena malu.

Satu jam perjalanan, Mila merasa ngantuk. Lalu tertidur.

Ririn dan Vira masih asyik bercerita bersama Radit dan Alven.

"Yan, lo capek kagak? Kalo capek biar gue aja yang gantiin." Ucap Alven yang melihat Andrian yang sudah menguap.

"Yaudah, tapi Mila bareng gue di belakang ya." Kata Andrian.

"Lo ditengah aja! Ntar temen gue lo apa-apain lagi." Cerocos Vira.

"Yaudah iya." Andrian menepikan mobilnya lalu menggendong Mila ke kursi tengah. Kini Radit dan Alven berada di kursi depan, lalu Vira dan Ririn dikursi paling belakang.

Tidak sedikitpun Mila merasa terganggu. Bahkan ia tidak sadar bahwa ia sudah pindah kursi, dan bersandar di bahu Andrian.

"Yan, sebenernya perasaan lo itu sama Mila itu gimana sih?" Tanya Radit yang berada didepannya.

"Tadi gue malah udah nyampein perasaan gue ke Mila." Jawab Andrian. Lantas Radit menganga, menghadap belakang. Vira dan Ririn yang berada dibelakang pun langsung mencondongkan tubuhnya.

"Serius lo, Yan? Lo ga di apa-apain kan sama Mila?"

"Ditampar gak?"

"Lo dimaki sama Mila?"

Berondongan pertanyaan keluar dari Ririn, dan Radit. Alven yang sedang menyetir hanya menyimak mendengarkan percakapan mereka.

"Lo-lo pada kalo nanya bisa satu-satu ga? Gue bingung." Andrian memutar bola matanya, lalu memelankan volume suaranya, khawatir Mila akan terganggu. Semua serentak diam, lalu Andrian melanjutkan.

"Gue udah nyampein perasaan gue sama Mila waktu hari pertama kita ke pantai." Diam sejenak. "Mila ga apa-apain gue, dia diem doang, tapi gue paham aja, jadi gue kasih tau aja dia bisa jawan kapanpun yang dia mau. Gue siap nunggu."

Sunyi. Vira tidak percaya, biasanya Mila akan memaki, bahkan tidak segan meneriaki telinga seorang laki-laki yang berani menembaknya.

Mereka ternganga. "Lo pada diem kenapa? Gue kan udah cerita" kata Andrian. Lalu Radit bertepuk tangan.

"Lo hebat man, eh tapi gue liat belakangan ini lo sama Mila emang deket sih, biasanya juga dia kagak mau dianter pulang selain bareng gue ato Alven, kadang Deni, tapi kita-kita aja sih yang udah kenal deket ama dia." Radit menjelaskan dengan serius. Memang benar. Selain Radit, Alven dan Deni, Mila tidak mau ikut. Hanya Rifqi yang tidak pernah mengantar Mila pulang karena rumahnya yang jauh berbeda arah.

"Mila keknya juga suka deh sama lo, Yan" Celetuk Ririn. Andrian tertegun mendengarnya.

Andrian tidak menjawab, lalu kantuk sudah mulai terasa, sementara Vira, Ririn dan Radit masih berbincang-bincang soal hubungan Andrian dan Mila.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang