24

1.2K 206 8
                                    

***

Setelah mengakhiri teleponnya dengan Jiyong, Lisa memberi Ten ruang untuk bicara di salah satu ruang latihan kosong di gedung agensinya. Malam hampir tiba dan Lisa hanya punya waktu sekitar 10 menit sebelum Jiyong tiba. Dadanya sesak dan kepalanya berdenyut karena Ten dan Jiyong hampir berada di tempat yang sama. Ia harus mengakhiri hubungannya dengan Ten sekarang, lupakan perjalan ke Islandia yang ia rencanakan dengan Ten, Lisa merasa tidak bisa menukar perjalanan itu dengan Jiyong. Lisa tidak bisa menukar Ten dengan Jiyong. Tapi bagaimana caranya melepaskan Ten tanpa melukai pria itu? Ia sudah punya banyak luka, Lisa tidak ingin menambah luka Ten.

Seandainya Lisa tidak pernah bermain-main dengan Ten. Seandainya ia tidak begitu ceroboh waktu itu. Lisa hanya diam, sedang Ten memperhatikan wajah resah gadis itu. Bagaiman mungkin Lisa bisa santai di waktu-waktu kritis seperti ini.

"Noona tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Ten, terdengar kesal namun Lisa tidak sedang dalam posisi ingin bermain tebak-tebakan sekarang. Ia tidak bisa bicara dengan Ten terlalu lama.

"Apa? Kau yang datang kesini, kenapa aku yang harus mengatakan sesuatu? Sudah ku bilang jangan datang tanpa menelepon,"

"Dengan siapa kau menelepon tadi? Kenapa aku tidak bisa meneleponmu?"

"Kau?" tanya Lisa, sedikit tidak percaya kalau Ten akan menunjukan rasa kesalnya dengan cara yang sudah lama tidak ia lakukan. Kalau di pikir-pikir sudah hampir tiga tahun Lisa dan Jiyong tidak tiba-tiba saling mengunjungi dengan wajah luar biasa kesal seperti ini. "Sebenarnya apa yang membuatmu terlihat begitu kesal?"

"Noona bertanya karena tidak tahu atau-"

"Apa yang sedang kau bicarakan sayang? Tentu saja aku bertanya karena aku tidak tahu, apa yang membuatmu kesini tanpa berfikir seperti ini?" tanya Lisa, kata-kata dan nada bicaranya masih terdengar begitu baik, namun ia sama sekali tidak memberikan perhatiannya pada Ten. Kepalanya sibuk mencari cara untuk menghindari suasana canggung yang mungkin terjadi nanti– kalau Jiyong melihat mereka nanti.

"MV barumu dengan Heechul hyung, kenapa kau tidak memberitahuku kalau-"

"Itu kejutan? Kau kesal hanya karena aku tidak memberitahumu tanggal rilisnya? Maaf," potong Lisa– ia sama sekali tidak ingat pernah memberi tahu Ten tanggal rilis MV-nya atau tidak. Bahkan rasanya, ia tidak pernah memikirkan hal itu, mungkin sejauh ini hanya Jiyong dan Seunghyun yang ia beritahu mengenai jadwal penting dalam pekerjaannya. "Kalau kau sudah selesai bicara, aku harus pergi sekarang. Aku ada janji penting, pulanglah, aku akan menghubungi-"

Kini giliran Ten yang memotong ucapan Lisa. Dengan nada sinis, yang luar biasa dingin, pria itu berucap– "MV-mu lebih terlihat seperti film semi dan kau adalah pelacur yang sedang melayani pelanggannya."

Suara telapak tangan bertemu dengan kulit wajah terdengar begitu nyaring di ruang latihan kosong itu. Suara Lisa menampar Ten sama kerasnya dengan suara dering handphone gadis itu. Dalam situasi seperti itu– di saat ia sengaja merilis MV itu agar di lihat ibu dan adik tirinya– Ten benar-benar melukai perasaannya.

"Kau-"

"Kau tidak tahu profesionalisme kerja? Berkencan dengan anak kecil sepertimu benar-benar melelahkan. Kita berhenti disini saja, aku tidak tahan lagi," potong Lisa, ia campakan Ten tanpa rasa bersalah saat itu. Ia tinggalkan pria yang kebingungan saat itu tanpa menoleh sedikitpun. Ten sempat mengejarnya, namun melihat Lisa masuk ke dalam sebuah mobil mewah dari pintu belakang agensi membuat pria itu menghentikan langkahnya.

Ten tidak tahu apa yang sedang ia kejar sekarang. Ia tidak tahu siapa pemilik mobil itu dan yang paling penting sekarang adalah ia tidak tahu alasan Lisa menampar pipinya. Bukankah seharusnya Ten yang marah saat itu? Karena Lisa hampir bersetubuh dengan lawan mainnya di MV.

Begitu masuk ke dalam mobil Jiyong, gadis itu mematikan handphonenya. Ia bahkan belum sempat bernafas dengan benar ketika sibuk mematikan handphonenya. "Kenapa kau berlari?" tanya Jiyong sembari memperhatikan Lisa yang masih sibuk dengan handphonenya.

"Kenapa berhenti? Ayo pergi," balas Lisa setelah ia menyimpan handphonenya serta tasnya di kursi penumpang bagian belakang.

"Baik, yang mulia," ucap Jiyong, ia lajukan mobilnya keluar dari pekarangan agensi tersebut, kemudian kembali bertanya pada Lisa– "siapa yang mengejarmu itu? Kekasihmu? Simpananmu?"

"Ya? Oppa, biar ku jelas-"

"Whoa... Ada apa ini? Kau benar-benar punya simpanan? Kenapa kau gugup begitu? Seolah kau benar-benar berselingkuh. Ku pikir dia hanya fans mu yang kebakaran jenggot karena MV barumu,"

Lisa tertawa, ia tidak tahu apa yang harus ia tertawakan namun ia merasa tidak punya pilihan lain selain terkekeh kemudian merubah posisi duduknya, sedikit menyamping untuk menatap Jiyong.

"Aku benar-benar takut," ucap Lisa kemudian setelah ia menghentikan kekehannya. "Dia anak pelatihan di agensi Heechul oppa, aku pernah bertemu dengannya beberapa kali, lalu tiba-tiba dia muncul di agensi, meminta staff untuk memanggilkanku, dan menyebutku pelacur di depan wajahku,"

"Lalu kenapa kau berlari? Itu bukan kali pertama kau di sebut pelacur,"

"Oppa ingin ku tampar? Seperti dia tadi?"

"Haha kau melarikan diri setelah menamparnya? Gadis gila," komentar Jiyong yang kemudian mengusap rambut Lisa dengan sebelah tangannya yang bebas. "Kerja bagus, sesekali kau harus memukul orang yang membuatmu kesal, kalau dia nanti menuntutmu, beritahu aku... Aku akan mencarikanmu pengacara terbaik," puji Jiyong yang entah kenapa sama sekali tidak memberikan ketenangan apapun pada Lisa.

Lisa bisa bebas kali ini, ia bisa membohongi Jiyong kali ini, tapi besok atau mungkin nanti, kalau Ten kembali muncul di depan mereka, rasanya Lisa tidak akan bisa bertahan lagi. Rasa takut itu akhirnya membuat Lisa kehilangan kebebasan. Jiyong berencana mengajaknya untuk makan di restoran favorit mereka, namun Lisa menolaknya. Gadis itu khawatir Ten akan muncul disana hingga Lisa memutuskan untuk pulang ke rumah dan memesan makanan.

"Kenapa kalian tiba-tiba pulang?" tanya Seunghyun begitu Lisa dan Jiyong berdiri kaku di zona antara ruang tengah dan pintu masuk. "Heish mengganggu saja," keluh pria itu sementara Lisa dan Jiyong masih membeku.

Keduanya tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Seperti adegan Jiyong dalam MV Baby Good Night, Seunghyun tengah duduk di sofa, membaca buku sementara di sebelahnya ada seorang gadis yang berbaring, berbantalkan paha Seunghyun sembari menonton acara TV. Ada dua gelas whiskey dan sebotol penuh whiskey di atas meja, juga ceri dan strawberry.

"Kau mengenalnya?" tanya Jiyong, sementara si gadis bergegas bangun dan menutup tubuhnya– yang hanya memakai gaun malam bertali tipis– dengan selimut. Semua orang tahu mereka tidak baru saja bercinta. Namun posisinya yang berbaring membuat gadis itu sedikit canggung.

"Gadis domba, lawan main Yong Junhyung di drama Monstar," jawab Lisa yang kemudian menghampiri gadis itu. "Kau benar-benar bisa bicara dengan domba?"

"Ya! Gadis gila! Pergi ke kamarmu! Jangan mengganggu-"

"Kau benar-benar bisa bicara dengan domba?" ulang Lisa sembari menunjuk Seunghyun dengan jarinya. "Whoa luar biasa... Aku menyukai Min Seyi di drama Monstar tapi maaf aku tidak tahu siapa namamu, aku Lisa, aku merestuimu hubunganmu dengan oppamu walaupun aku sedikit kasihan-"

"Kau tidak mau pergi hah?!" omel Seunghyun yang sekarang menarik Lisa agar gadis itu menjauhi kekasihnya. Agar Lisa berhenti membuat bingung kekasihnya.

Jiyong tertawa, kemudian ia dekati Lisa dan Seunghyun, memisahkan kedua kakak beradik itu dan merangkul Lisa dengan sebelah tangannya. "Siapa namamu manis?" tanya Jiyong kemudian.

"Halo sunbaenim, aku Ha Yeonsoo, aku sudah dengar banyak tentang kalian dan hubungan kalian yang- uhm... Ku dengar dari Seunghyun oppa kalian akan menikah," jawab gadis itu membuat Lisa dan Jiyong langsung melemparkan tatapan tidak percaya mereka pada Seunghyun.

"Bagaimana oppa tahu?" tanya Lisa, bersamaan dengan Jiyong yang memprotes Seunghyun– "Kau benar-benar tidak bisa menjaga rahasia, hyung."

***

Love Is a DogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang