Di hari ketiga ini, Darra masih tergeletak lemah di atas brangkar rumah sakit. Selama tiga hari ini juga Kamal tak henti-henti nya menemani gadis itu, rasa bersalah terus menghantui pikiran laki-laki itu.
Semua sahabat Kamal sudah sering memberitahu laki-laki itu agar dirinya beristirahat sebentar di rumah, namun ia tetap menolak dan bersikeras menjaga Darra di rumah sakit.
"Darra. Bangun ya, aku minta maaf"
Sudah ratusan kali laki-laki itu mengucapkan kata maaf kepada gadis cantik yang tertidur lelap di atas brangkar rumah sakit.
"Kamal"
Tanpa menoleh, ia sudah dapat mengetahui siapa yang baru saja masuk ke ruang ICU, ya.. Sudah sejak dua hari yang lalu Darra di pindahkan ke ruangan ICU karena kondisi nya yang masih kritis.
Untung saja Azkia pingsan hanya beberapa jam saja. Jadi dirinya tidak bertemu dengan Darra. Sebenarnya gadis itu belum di izinkan pulang oleh dokter. Namun Azkia tetap memaksa untuk pulang.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Kamal tanpa menoleh dengan nada ketus nya.
Sindy menautkan alisnya bingung "Ya.. Gue mau jenguk Darra lah. Lo gak liat nih gue bawa buah?"
"Bawa pulang aja. Darra gak butuh pemberian dari lo"
"Mal? Lo kenapa sih? Niat gue kan baik mau jenguk Darra"
"Mau jenguk Darra atau mau bunuh Darra secara perlahan?" Desis Cheisya yang baru saja masuk ke dalam ruang ICU dan diikuti oleh Galih di belakang nya.
"Lo berdua apaan sih? Kok jadi fitnah gue gini"
"Gue gak fitnah, dari awal gue emang gak suka sama lo! Gue tau lo busuk, Sin! Justru itu kenapa gue benci banget sama lo!" Ucap Cheisya pelan dengan kalimat yang ditekankan.
"Ish! Mal! Lo gak mau belain gue gitu?"
Kamal menoleh sekilas dan kembali menatap Darra "Gua yakin lo gak lupa letak pintu masuk tadi, silahkan keluar. Gue lagi gak mau diganggu" Jawab Kamal seadanya.
Sindy pun berdecak sebal "Oke! Gue keluar! Awas lo!" Ucap Sindy pada Cheisya.
"Dih! Lewat tinggal lewat! Pergi lo sana yang jauh! Jangan dateng lagi!" Jawab Cheisya yang tak kalah sewot.
"Sst, Ca! Udah lah" Sambung Galih sambil mengusap-ngusap pundak Cheisya agar gadis itu dapat bersabar.
Cheisya pun tersenyum dan berjalan ke arah Darra.
"Gimana Darra?" Kamal menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Kata dokter, Darra masih kritis. Dan gue gak tau bakalan sampe kapan dia tidur nyenyak di atas sini" Galih mengusap punggung Kamal.
"Tenang aja, Darra kuat kok! Sebentar lagi dia pasti sadar, asal kita semua terus berdoa buat kesembuhan nya"
"Bijak banget sih" Sambung Cheisya sambil menatap Galih. Galih pun tersenyum ke arah Cheisya.
Hingga tiba-tiba jari jemari Darra bergerak, Kamal yang menyadari hal itu langsung memencet tombol yang berada di atas brangkar Darra sambil berteriak memanggil dokter.
Tak lama seorang dokter dan dua suster masuk ke dalam. Kamal, Cheisya dan Galih pun keluar dari sana atas permintaan dokter.
"Darra, dia sadar! Darra sadar, Lih!" Pekik Kamal senang sambil mengguncangkan bahu Galih.
"Iya iya, Darra sadar, alhamdulillah! Mal, udah-udah! Gua pusing!" Jawab Galih, Kamal langsung berhenti dan menangis bahagia.
Dibalik tembok sana, Sindy yang sedari tadi memang sengaja bersembunyi mendengar ucapan mereka berdua. Tatapan nya begitu tajam, ia tidak suka Darra membaik. Ia benci itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [TAMAT]
Romance"Sebuah kisah cinta yang tak selalu berujung dengan kebahagiaan" Terkadang, cinta memang butuh perjuangan dan pengorbanan di dalamnya. Banyak lika liku yang pasti harus dilalui bersama... ~ Azkia Atifa Magdalene *** Ps : Mengandung kata-kata kasar...