Chapter 43 {Air mata}

703 28 3
                                    

Kondisi gadis itu masih sangat memprihatinkan, sejak tiga hari yang lalu dirinya belum kunjung sadar. Kedua orang tua nya pun kini sudah mengetahui penyakit ganas yang di derita oleh gadis cantik itu.

Kini gadis itu sedang berada di rumah sakit yang berbeda. Rumah sakit yang lebih besar dan bisa menangani nya dengan lebih baik, Azkia sudah berada di ruang ICU rumah sakit Medika kasih.

Gavin, Rika dan Gio belum ada yang mengabari Farel karena permintaan Aksa, laki-laki itu menjelaskan bahwa Farel sedang disibukkan dengan kegiatan ospek di kampus nya. Sebenarnya Aksa tidak ingin berbohong kepada keluarga Azkia, namun gadis itu sempat meminta nya untuk tutup mulut dan merekayasa semua nya. Azkia seperti nya memang bersungguh sungguh ingin menjauh dari Farel.

Saat ini, gadis itu masih setia dengan infus yang menempel di tangan nya, selang oksigen di hidung nya, dan mesin patient monitor yang tetap setia dengan suara nya.

Kedua orang tua Azkia masih setia menemani sang putri hingga saat ini, tak jarang mereka bergantian dengan Gio dikarenakan ketentuan rumah sakit yang harus mereka patuhi, ketentuan untuk bergantian saat menemani pasien di ruang ICU.

Flashback on

"Maaf pak, bu. Seperti nya tidak ada pilihan lain untuk menolong Azkia, hanya melalui jalan transplantasi lambung yang mampu menolong nyawa Azkia saat ini. Seperti yang sudah saya bilang sebelum nya, anemia Azkia juga sudah parah pak, bu. Azkia harus segera mendapatkan transfusi darah secepatnya"

Rika sudah tidak sanggup lagi mendengar semua penjelasan dokter Liza, Gavin pun hanya bisa menenangkan nya seraya mengelus punggung sang istri.

"Persediaan golongan darah O di rumah sakit ini masih ada kan dok?" Tanya Gavin yang langsung dibalas gelengan lesu oleh dokter Liza.

"Itu yang baru ingin saya beritahu pak. Mohon maaf sekali lagi, stok darah di rumah sakit ini kosong. Mungkin bapak dan keluarga bisa mencari nya di kantor PMI. Tapi saran saya pak, tolong dipercepat ya.. Minimal kita harus melakukan transfusi darah selagi menunggu pendonor lambung yang cocok bagi Azkia. Karena maaf, kanker yang menggerogoti lambung Azkia sudah menyebar ke bagian tubuh nya yang lain. Itu mengapa kondisi Azkia saat ini masih dikatakan koma"

Gavin merasa sesak setelah mendengar semua jawaban dokter Liza, namun ia harus terlihat tegar di hadapan sang istri.

"Pa, Mama mau ketemu Kia. Mama mau nemenin dia terus, Pa" Ujar Rika dengan isak tangis nya.

"Iya, Ma" Jawab Gavin yang kembali menoleh ke arah dokter Liza.

"Dok maaf, kalo saya dan istri saya masuk ke ruang ICU sekaligus bisa kan dok? Saya mohon dok"

Dokter Liza pun tak kuasa melihat nya, ia pun tersenyum dan mengangguk tipis.

"Saya perbolehkan, tapi hanya untuk orang tua Azkia saja ya pak, bu. Dan jika jam jenguk sudah selesai, saya mohon yang menjaga Azkia cukup satu orang saja. Karena kondisi Azkia yang masih sangat lemah dan harus mendapatkan perhatian khusus" Jawab dokter Liza.

Flashback off

Gavin terlihat sangat frustasi setelah mendengar semua penjelasan dari dokter Liza, ia pun hanya dapat mendoakan putri semata wayang nya. Saat ini ia dan Rika sedang menunggu Azkia di dalam ruang ICU, berharap gadis itu akan bangun dan tersenyum seperti sedia kala.

"Kamu kenapa gak jujur sama Mama dari awal sayang? Kenapa kamu bohong sama Mama? Mama takut kehilangan kamu, tolong jangan tinggalin Mama, Kia" Lirih Rika seraya mengecup punggung tangan Azkia berkali kali.

Gavin yang melihat Rika seperti itu pun segera mendekati nya, ia mengusap lengan Rika berusaha memberinya kekuatan.

"Ma, udah ya. Dari tadi Mama nangis terus loh, Mama makan dulu yuk" Ajak Gavin yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Rika.

AZKIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang