Part 25 : "Jangan Beritahu Siapapun."

889 116 5
                                    

Pagi itu, aku berdiri di balkon. Matahari belum terbit.
Sementara yang lainnya sedang terlelap di kamar masing-masing.
Oh, kecuali Mika. Dia ada di ruang tengah.

Perlahan langit timur mulai berwarna jingga.
"Sedang apa?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang di sampingku. Aku tak menoleh. Siapa lagi kalau bukan Mika. Dari suaranya saja aku sudah mengenalinya

"Menunggu matahari terbit."
"Kau meninggalkan ini di ruang tengah." Ujar Mika meletakkan buku tanpa judul itu di pagar balkon. Buku yang selama ini kubaca.
Aku menoleh. "Oh. Kau membacanya?"

"Iya. Maaf tak meminta izin dulu."
Aku menghela napas. Menggeser buku itu ke depanku.
"Sebenarnya ini tidak untuk dibaca siapapun selain aku."
"Kau paham isinya?" Tanyaku.

"Sedikit."
"Jangan beritahu siapapun. Buku ini isinya berbagai fakta tentang manusia, vampir, iblis dan lainnya."
"Yang benar saja, darimana kau mendapatkannya."
"Pemberian. Dia yang memberiku ini, mengatakan di dunia hanya ada satu ini." Kataku sambil mengangkat buku itu.

"Kalau itu hanya satu-satunya, berarti itu benda yang amat berharga, bukan?" Ujar Mika
"Ya. Kau orang pertama selain aku yang membacanya." Kataku

"Apa kau marah karena itu?" Tanya Mika mendengar nada bicaraku yang datar.
"Entah. Kau mau lanjut membacanya?" Kataku
"Mungkin nanti saja." Jawabnya

"Mataharinya terbit!" Ujarku berseru.
"Benar."
Perlahan sinar matahari naik dan menerpa wajahku. Hangat, aku selalu suka suasana ini. Batinku.

Diam-diam aku merasa di..perhatikan.
Aku perlahan menoleh ke samping, benar saja. Iris merah itu menatapku.

"Hoi, Mika. Apa yang kau perhatikan huh?"
"Matamu, yang warnanya ungu."
"Kenapa memangnya?"

"Hei, kau ini, vampir atau bukan?" Tanya Mika yang membuatku seperti dijatuhi sesuatu dari atas.
Aku memalingkan wajah ke arah matahari. Dia mempersalahkan warna mataku.

"Ini pagi pertamaku bergabung dengan kalian. Pagi yang indah dan kau tak segan merusaknya dengan memberiku pertanyaan seperti itu?" Kataku dengan nada tenang.

"Eh?"
"Aku setengah vampir." Ujarku cepat.
"A-apa? Kau...Apa itu benar?!" Kata Mika terkesiap.

Aku tersenyum kecil dan mengibaskan tangan.
"Lupakan." Kataku lalu berbalik masuk.
"Hei, Lia! Apa kau serius?!"

Aku terus melangkah. Tak menghiraukan Mika yang disesaki keingintahuan.
"Hei! Lia!!"

~•~

"Ohayoo! Lia-chan!" Pekik Mitsuba mengagetkanku.
"Yoo." Sahutku.
"Mana Shinoa?" Tanyaku
"Belum bangun mungkin."

Lalu aku berjalan ke belakang ruang utama itu. Ternyata disitulah posisi dapur.
"Hmm, peralatan dapur kalian lengkap juga."
"Itu, sebenarnya ini bukan rumah kami. Lia-chan."

"Hm? Lalu rumah siapa?"
"Sejak kami tak lagi bagian dari regu bulan siluman, kami kabur ke daerah ini. Lalu utusan penduduk mengatakan kami boleh tinggal disini sebagai penjaga mereka dan pembasmi monster penunggang kuda."

"Oh." Gumamku meski tak paham.

"Hei, itu Shinoa." Tunjuk Mitsuba. Aku menoleh. Benar saja, Shinoa sedang duduk menatap bayangan dirinya di permukaan kaca meja makan. Termenung.

Kami menghampirinya.
"Hai, Shinoa-chan." Sapa Mitsuba.
Shinoa perlahan mengangkat wajahnya. "Oh, Mitsu-san."

Aku melihat ada yang tidak beres dengan penampilan Shinoa terlepas dia mungkin baru bangun tidur.
Oh, aku tahu itu. Cahaya keriangan di mata amber-red Shinoa meredup. Pantas saja gadis itu tampak lesu.

Owari no Seraph -Spin Off-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang