Yah, akhirnya selesai juga nih 😆
Biar gak lupa, biasakan vote sebelum membaca, komen setelah baca yaa 🙏
Nah, selamat membaca readerku ✨✨
~•~
Aku menutup mataku. Takut dan gugup menguasaiku. Apakah Mika sungguhan akan mencium bibirku?
Detik ini, jarakku tidak kurang dari setengah senti lagi.
Apa yang harus kulakukan? Apa?! Apa?! Apa?! Aduh! Cepatlah berpikir sebelum ini terjadi!
AAAH! AKU TIDAK TAHU LAGI!
Ssshh...
"Lia sayang, kau pasti akan menjadi gadis yang cantik nanti. Tapi ingat ya, kau harus semampu mungkin untuk menjaga diri. Kau pasti juga akan berteman dengan laki-laki.Berhati-hatilah. Mereka sangat penasaran untuk mencoba apapun. Apapun yang terjadi, jangan sampai... mereka mencium bibir manismu ini atau menyentuh bagian dibalik bajumu ya. Jaga dirimu. Ibu percaya kau bisa melawan mereka yang mengusikmu."
Aku tergamang. Perkataan ibuku dahulu terngiang jelas di kepalaku.Melawan! Itulah yang harus kulakukan! Aku harus--
EGHHH!
Sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Urat-uratku menegang. Apa aku sudah terlambat? Apa jarak antara bibirku dengan Mika sudah... tidak ada?
"Lia..."
Meski takut, perlahan aku membuka mataku.
"Hmph?!"
Aku menyadari yang menyentuh bibirku adalah telunjuk Mika. Mataku mengerjap tak percaya. Mika... tidak menciumku?
"Ada noda darah di ujung bibirmu." Ucapnya. Aku menatapnya tanpa respon. Tubuhku seakan membeku.
Tanpa bertanya lagi, Mika menggeser telunjuknya ke ujung bibirku dan ibu jarinya bergerak mengusap lembut ujung bibirku. Menyeka noda darah itu. Wajahku kembali bersemu merah. Entah ini sudah yang keberapa kalinya.
"Te-rimakasih." Ucapku gugup.
Laki-laki berambut pirang itu membalas dengan memberiku senyum tipis dengan tatapan teduhnya. Aku langsung memekik dalam hati.
Kenapa? Kenapa Mika terus memperlakukanku semanis ini?! Aku.. aku tidak tahu berapa lama lagi... aku bisa bertahan...
"Hm? Kenapa kau gemetaran seperti itu?" Tanya Mika yang menyadari apa yang terjadi denganku.
"Aku....aku takut takut sekali..."
"Takut apa?"
"Kukira tadi kau akan menciumku, Mika!"
"Tidak kok. Memangnya aku boleh?"
"Tentu saja!" Seruku tanpa sempat berpikir.
"Sungguh?" Tanya Mika tak percaya.
"Eh, uhm, itu... maksudku... Boleh saja kalau kau yang jadi pemilikku, Mika." Ralatku cepat-cepat.
"Oh."
"Omong-omong, ada barang-barangmu yang tertinggal di rumah itu kan?" Tanya Mika.
"Ya. Tapi tak apa. Isinya tak terlalu penting."
"Syukurlah kalau begitu. Berarti kau tidak akan memintaku mengantarmu kembali ke rumah itu untuk mengambilnya."
Sekejap kemudian, tawa kami pecah. Habisnya, kata-kata Mika tadi terdengar lucu. Kami sudah jauh-jauh kemari. Konyol sekali jika aku merengek minta diantar kembali ke rumah besar itu hanya untuk mengambil barang-barangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Owari no Seraph -Spin Off-
FanfictionMikaela Hyakuya benar-benar tak menyangka hidupnya bisa berubah karena pertemuannya dengan orang baru tersebut. Akankah Mikaela, Yuuichiro dan kawan-kawan bisa menerima kedatangan'nya' beserta masa lalu dan hubungannya dengan Krul yang misterius? Ap...