Part 36 : Nocturnal

613 92 11
                                    

Huff...Huff...

Aku bertopang dengan lutut. Berusaha tetap tegak berdiri.
Baru saja aku kabur dari kejaran 'para pemangsa'. Monster-monster​ aneh itu.
Aku berusaha sebisa mungkin menghemat energiku dengan tidak bertarung. Tapi kabur dari kejaran mereka ternyata cukup menguras tenaga.

Aku terhenti karena jalanku terblokir oleh puing bangunan yang roboh ke jalan. Reruntuhan ini cukup tinggi juga untuk langsung kulompati.

Memanjatnya?
Hah! Aku tak punya cukup niat untuk melakukannya.

"Haaah, kalau begini.."
"Sabitku."
Zhhhhhsssstt!

"Apa aku harus mengeluarkan kekuatanku?" Tanya Lula.
"Tentu saja."

TAP!
Shhhyyuut!
Aku melompat tinggi lalu mengayunkan sabitku ke reruntuhan itu.

DARRR!!

Reruntuhan itu terkena serangan sabitku. Debu tebal berterbangan.

Tap!
Aku mendarat.

Aku mengayunkan sabitku lagi. Menyibak kepulan debu.
Berhasil. Reruntuhan bangunan yang menghalangi jalanku tadi tersingkir. Memberiku jalur untuk lewat.

"Huft!" Aku menghela napas pendek.

"Lihat, wajahmu kusut sekali, Lia."
"Diamlah."
"Kau masih marah pada mereka?"
"..."

"Ralat, pada Mika?"
"Berhenti menyebut namanya, Lucife Angela."
"Hoho, kalian berdua marahan ya."
"Aku benci dia."
"Ya ampun, kau selalu mengakhiri hubunganmu bersama seseorang dengan buruk ya. Selalu seperti itu."
"Haha, kau ingin ikut menertawakan hidupku yang klise ini, Lula?"
"Terimakasih tawarannya tapi aku tidak berminat."

***

Matahari sudah pergi. Menyisakan langit yang gelap. Tak ada sedikitpun cahaya tampak di langit.

"Awas di depanmu." Sahut Lula.
"Gwah!"
Aku berseru, nyaris melangkahkan kakiku ke sebuah lubang.
"Hampir saja." Gumamku.

"Apa seburuk itu night vision mu, Lia?" Tanya Lula.
"Aku tak perlu komentarmu." Jawabku datar.
"Omong-omong, malam ini pekat sekali. Tak ada cahaya bulan atau bintang. Atau apapun itu."

"Mereka parah sekali. Bahkan tidak terlihat mereka ingin mengejarmu." Celetuk Seraphil itu.
"..."
"Lia."
"Apa si--"

JDAK!
"Aawwhh! Kepalaku."
Aku meringis mengelus keningku yang barusan menabrak tiang yang bengkok.
Shhatss!
Aku menebas tiang itu. Sebenarnya, tiang itu cukup berat tapi tidak untukku. Aku melemparnya jauh-jauh dengan mudah.

"Tiang sialan! Enyahlah!"
Beberapa detik, dan tidak kudengar suara apapun seperti yang seharusnya. Dan aku tidak peduli. Barangkali tiang tadi tersangkut di salah satu bangunan.

"Jangan salahkan tiangnya. Kau yang terlalu fokus melihat kebawah."
"Cerewet."
"Aku jadi penasaran, seharusnya vampir kan punya kemampuan alami melihat jelas dalam gelap. Tapi kau--"
"Grrrr... DIAM! AKU TIDAK SEPERTI VAMPIR KEBANYAKAN. AKU KAN MENJADI VAMPIR GARA-GARA KAU, LULA!"
"Iya. Aku tahu itu tapi tidak usah teriak-teriak juga."

"KALAU BEGITU BERHENTI MENGATA-NGATAIKU LULAA SIALAAN!"
"Shht! Shhht! Ada yang datang!"
"Hah?"

Brruuumm...

Sebuah mobil?
Aku tidak merasakan firasat buruk, tapi aku waspada.
"Sabitku."
"Orang macam apa yang tidak menyalakan lampu utama mobilnya di tengah malam yang gelap bahkan dengan aspal yang hancur?"
"Sssht."

Owari no Seraph -Spin Off-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang