Aku terdiam tak mampu berkata-kata. Mika mengatakan itu dengan nada bergetar. Apa dia serius?
"Apa yang kau katakan tadi?" Tanyaku tak percaya.
"Bolehkah jika aku yang membunuhmu, Lia?" Ucap Mika mengulanginya. Kali ini dia lebih mengangkat wajahnya sehingga aku bisa melihat matanya.
"SUNGGUH?! BENARKAH INI?!" Pekikku masih tak percaya. Aku bangkit berdiri dan ujung pedang Mika mengikutiku.
"Ya.""BOLEHKAH KAU MEMBUNUHKU?"
"YA... YA!! TENTU SAJA MIKA!!"Aku langsung antusias dan menarik ujung pedang itu. Mengarahkannya ke depan leherku.
"Cepatlah lakukan, Mika! Kau ingin membunuhku kan? Sekali tusukan saja sudah cukup." Ucapku antusias seperti anak kecil yang tidak sabar membuka bungkusan kado."Jika aku melakukannya, apa kau akan memaafkanku?"
"Ya! Ya! Tentu saja! Dengan begitu, kau sudah menebus kesalahanmu. Tak ada yang perlu kau khawatirkan lagi!"Satu-dua-tiga-empat-lima-enam-tujuh-delapan-sembilan-sepuluh!
Lula! Kau dengar ini?! Astagaa! Ini lebih hebat daripada permintaanku untuk terbang terkabul! Kau benar Lula! Apapun itu, aku tinggal menunggu waktu!Aahhh! Betapa bahagianya aku sekarang! Dibunuh Mika adalah cara mati terbaik! Tidak mungkin kan ada Mika yang lain yang akan menyelamatkan lagi?! Hahahaha! Kurasa tingkat kesintinganku naik lagi, Lula! Terlalu bahagia ternyata bisa membuat siapapun tiba-tiba menjadi sinting.
"Baiklah, aku akan melakukannya." Ucap Mika.
"Ya! Cepatlah!" Ujarku sambil menarik napas. Aku memejamkan mata.
Stella! Aku akan datang!!"Tapi,"
"Eh?" Aku membuka mataku. "Tapi apanya?"
"Tapi tidak secepat itu, Lia."Shriingg!
Mika menarik pedangnya.
"Hei!! Kau mau membohongiku lagi ya?!!" Seruku menautkan alis.
"Tidak. Aku akan melakukannya untukmu nanti."
"Ah! Ayolaah!! Apalagi yang harus kutunggu?!" Dengusku sebal."Kau hanya harus melakukan dua permintaanku. Dan itu sangat mudah."
"Lalu setelah itu kau membunuhku kan?!"
"Ya."Aku mendelik tajam.
"Hah! Aku bukan gadis bodoh! Paling-paling, kau akan membohongiku lagi! Atau tidak kau akan memintaku untuk berubah pikiran! Huft! Aku tidak percaya denganmu!"Raut wajah Mika berubah agak menyesal. Agak. Aku sudah terbiasa dengan raut wajahnya yang sering setengah-setengah seperti itu.
"Itu juga salahku, kau tidak mempercayaiku lagi."
"Baguslah kalau kau sadar." Balasku sambil melipat tangan di dada."Tapi kali ini, aku tidak berjanji. Aku akan bersumpah." Kata Mika tegas. Dia lalu meletakkan tangan kanannya yang terkepal di dada kiri.
"Sudahlah, hentikan usahamu, Mika."
"Belum waktunya." Balas Mika.
Aku semakin greget dengannya. Apa yang bisa membuatnya menyerah sih?"Dengar ini. Aku, Hyakuya Mikaela, bersumpah demi kehormatanku, demi keluargaku, demi pedang ini dan demi misimu,"
"Misiku?"Aku mengernyit bingung tapi aku mendengarkannya. Berani sekali dia bersumpah demi kepercayaaanku padanya.
"Aku akan membunuhmu setelah kau memenuhi permintaanku. Karena semua ini akan menjadi yang terakhir. Dan semua keputusan hanya bisa diubah olehmu saja."
Shriingg!
Mika mengarahkan pedangnya ke sisiku.
"Giliranmu."
"Hei, apa maksudnya aku juga harus bersumpah?"
"Ya."Ugh! Baiklah! Ikuti saja Lia!
"Baik."
Zhhaatts!
Aku memanggil doubleschyte milikku. Warna merahnya tampak berkilat.Aku lalu mengambil posisi tangan yang sama dengan Mika. Salah satu sabitku di dekat dada dan satunya lagi teracung ke sisi laki-laki itu. Sebenarnya aku tidak pernah tahu cara bersumpah yang formal jadi aku tiru saja gerak-gerik Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Owari no Seraph -Spin Off-
FanfictionMikaela Hyakuya benar-benar tak menyangka hidupnya bisa berubah karena pertemuannya dengan orang baru tersebut. Akankah Mikaela, Yuuichiro dan kawan-kawan bisa menerima kedatangan'nya' beserta masa lalu dan hubungannya dengan Krul yang misterius? Ap...