Part 37 : Misiku!

668 98 2
                                    

"Sista! Papa dan mama sudah menunggumu! Ayo pulang!" Pekik seorang gadis kecil di belakangku.
"Iya, Stella. Aku akan pulang sebentar lagi."
Gadis kecil itu mendekatiku yang duduk diatas rerumputan empuk. Sibuk memerhatikan tumbuhan-tumbuhan kecil.

"Sista, jangan terlalu ke ujung. Nanti kau jatuh loh." Kata adikku mengingatkan.
"Haha, tidak akan, Stella. Aku sudah besar." Kataku menoleh padanya.
"Heehh... Besar apanya? Sista kan masih sepuluh tahun." Jawab Stella polos.
Aku tertawa geli mendengar sanggahan gadis tujuh tahun itu.

"Haa, iya-iya. Nih, untukmu." Kataku menyodorkan benda yang bisa membungkam mulutnya itu.
"Waaah! Mahkota bunga! Aku mau!" Stella langsung menggapai mahkota buatanku itu.

"Eits, tapi kau pulang duluan ya." Kataku menarik mahkota itu.
"Uhhm... Bagaimana jika mama bertanya."
"Tenang saja, aku segera menyusul kok. Janji."
"Baik-baik. Sepakat."
Aku tersenyum dan membiarkan dia mengambil mahkota itu.
Stella berbalik pulang. "Sista! Cepat ya! Kau sudah janji!"
"Iya-iya." Kataku melambaikan tangan.

Tak beberapa lama menunggu, punggung adik kecilku itu sudah tak terlihat. Dia benar-benar mematuhiku rupanya.
Aku tertawa geli. Lalu berbalik, menajamkan penglihatanku diantara rerumputan.

"Nah, kau masih disana rupanya." Ucapku melihat seekor kumbang berwarna merah dengan totol hitam.
"Uwaa! Imutnyaa!" Seruku senang melihat kumbang superkecil itu berjalan di ujung jariku.

"Maaf sudah mencabut rumahmu, ya. Sebagai gantinya, kau bisa tinggal di rumahku." Ucapku pada kumbang kecil itu.

"Ah!" Aku memekik kaget saat kumbang itu terbang ke wajahku. Aku berhasil menghindar tapi kumbang itu terbang bebas.
"Tunggu!" Seruku lalu mengejarnya ke dalam hutan.

Tuk! Kumbang itu berhenti di sebuah jari. Tapi bukan jariku.

Aku terkejut dan menghentikan langkahku.
"Kumbang kecil yang imut kan?" Ucapnya membiarkan hewan itu berjalan di tangannya.

"Aah!" Pekikku kaget sekaligus ketakutan.
Bocah itu tampak seumuranku. Pakaiannya juga seperti anak laki-laki lain yang kukenal. Tapi yang menakutkan, bajunya penuh noda darah dan tangan kanannya...

Tidak ada.

"Siapa kau? Lihatlah, kau terluka parah!" Jeritku ngeri.
Bocah pirang itu tersenyum. Matanya tersamar bayangan.

Csht!
Tiba-tiba, jarinya menekan kumbang tadi kuat-kuat. Aku terperangah.
"Jangan!"

"Sekarang kau bisa memanggilnya kumbang yang malang." Ucapnya menunjukkan tubuh kumbang kecil yang sudah hancur di jemarinya lalu melemparnya sembarangan.

"Hei, kau tak kenal aku?" Tanyanya sambil melangkah ke arahku.
"Jangan dekati aku! Kau jahat!" Pekikku.
"Kau lebih jahat..."

"Kau mencuri keluarga​ku."

Shriingg..
Sebuah besi berkilat muncul dari balik tubuhnya. Sebilah pisau tajam.
"Kenapa kau lakukan itu? Bukankah kau punya keluarga sendiri?" Ujarnya sembari terus melangkah.

Aku memekik ketakutan. Hendak berlari meninggalkannya.

Jduk!
Aku mengaduh. Sesuatu membuatku tersandung. Aku berusaha keras untuk bangkit. Lalu aku menyadari apa yang membuatku tersandung.
"Aghh!"

Itu tubuh seorang gadis yang juga seumuranku. Rambut coklatnya terkepang. Tubuhnya berlumuran darah dan tidak bergerak. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku hampir menangis ketakutan. Semuanya terlalu mengerikan untukku.

"Jahat sekali. Kau menginjak tubuh Akane. Padahal kan, dia sudah mati." Desisnya.
"Menjauh darikuu!" Jeritku menangis ketakutan.

"Tapi aku temanmu." Jawabnya.
"Tidak!"
"Kau tidak mau berteman denganku?" Katanya lagi sembari mengangkat pisau itu tinggi-tinggi.
"TIDAK!"

Owari no Seraph -Spin Off-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang