17. Rencana Kedepan

14.4K 1.3K 145
                                    

Jawab pertanyaan di bawah ini.

Apa tanggapan kalian tentang anak broken home? Dan kalau kalian punya temen broken home, apa yg kalian lakukan?

Kalau kalian punya temen yang salah, apa yg bakal kalian lakukan? Marahkah? Atau nasehatin pelan2?

Tim liburan akhir tahun mana? Atau kalian tim rebahan aja? Kalau iya, kita sama! 🤪

Tim libur seneng2 apa tim libur banyak tugas?🤪

Kebiasaan rutin kalian sama keluarga apa sih, di akhir tahun? Bakar2 kah? Atau tidur aja kayak saya😂😂😂

Sejauh ini, siapa peran favorit kalian? Aby, Icha, Andra, Salim, Malvin, Rijal,  Kaisar dll?

***

"Emang harus malem ini juga kita beres-beresnya, Bidadari?" tanya Aby melihat Icha yang mengeluarkan baju-bajunya dari dalam koper. Lalu ditata di lemari besar Aby. Sebagian besar baju Icha memang panjang seperti gamis, tunik dan rok. Aby tidak heran, karena sejak pertama kali mereka bertemu pun Icha sudah berpenampilan seperti itu. Tertutup, tetapi tidak membuat orang yag memandang bosan. Ah kalau begini sih, besok-besok Aby akan memberikan dres di atas lutut saja pada Icha, asal dipakai kalau di kamar saja. Tidak dosa kan, kalau Aby mau Icha seperti itu?

"Iya, Aby. Kalau bukan malam ini, kapan lagi? Besok saya harus kembali ke kantor. Saya nggak bisa lama-lama cuti. Tanggung jawab saya di kantor itu besar," jawab Icha. Dia menjawab tanpa menoleh pada Aby. Icha juga sebenarnya masih butuh libur. Pindah kesana-kemari dari kemarin membuat tubuhnya remuk redam.

"Kamu besok ke kantor? Nggak salah? Abi bilang, kita masih bisa lho bulan madu dulu. Kemana kamu maunya? Bali? Raja Ampat? Ke luar negeri? Tokyo? Singapura? Hmm, Korea? Asal jangan ke kutub selatan. Nanti kalau tiba-tiba es disana cair, kita bisa tenggelam terus mati." Aby berjongkok, membantu Icha merapikan baju-bajunya. Aby sudah tidak perlu menahan malu lagi kalau melihat pakaian dalam Icha. Tidak seperti malam kemarin. Sebisa mungkin, Aby akan mengontrol wajahnya dan juga detak jantungnya yang bergerak tidak normal.

"Kita tidak akan bulan madu, saya udah bilang kan? Besok saya kerja. Ke kantor. Dan kamu, kamu mau apa sekarang? Besok jadwalmu kemana?" tanya Icha, Aby jadi terharu ditanya seperti itu oleh sang istri. Itu tandanya, Icha perhatian kan padanya?

"Besok ya? Hmm tidur, bangun, gosok gigi, liatin kamu berangkat kerja," jawab Aby apa adanya. Sok polos banget, sumpah!

Icha menatap Aby tidak percaya. "Serius? Kamu tidak punya kegiatan yang lebih bermanfaat? Seperti kuliah?"

"Aduh, kenapa sih kuliah terus yang diomongin? Aku capek tau dengernya. Kalau kuliah, itu tandanya aku harus belajar. Hahh, belajar bisnis itu nggak gampang, Cha. Mana otak pas-pasan kayak kembalian beli permen di warung." Aby jadi malas membantu Icha. Dia duduk di tepi ranjang.

"Lalu apa? Kamu akan terus jadi pengangguran? Begitu?"

"Gue kan kaya, Cha. Ayah punya PH besar. Bunda punya Maskapai sendiri. Mau kita punya cucu delapan juga gak bakal habis itu duit," jawab Aby santuy.

Ini yang paling Icha tidak suka dari pemikiran orang berada. Mereka akan mengatakan hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Akan tetapi, Icha yakin meski mereka mengatakan itu tetap saja kalau tidak bisa mengatur keuangan, sebuah perusahaan juga akan bangkrut. Omset menurun. Para rekan kerja pindah haluan kerja sama. Bukan begitu? Icha paling tidak setuju dengan pemikiran Aby yang kelewatan santai seperti itu.

Cukup gantengnya Aby saja yang kelebihan. Seharusnya otaknya nggak bego-bego banget.

"Itu nggak benar, Aby. Bagaimanapun hari yang kamu punya sekarang bukan punya kamu. Itu semua punya Ayah dan Bunda. Kamu harus bisa menentukan masa depanmu sendiri. Mau jadi apa kamu nantinya? Ikutin jejak Ayah, Bunda, atau kamu punya mimpi lain?"

Aby berpikir. Sejak dulu, cita-citanya tidak pernah benar. Saat ia makan siomay, ia mau sekali jadi penjual siomay yang rasanya enak dan pembelinya ramai. Lalu, saat ia makan es krim, ia juga ingin sekali membuat es krim dan menjualnya. Kelak, dia akan punya pabrik es krim sendiri. Lalu, saat naik pesawat terbang, Aby ingin menjadi pesawat. Eh, salah. Maksudnya mau jadi pilot yang gagah berani. Tapi, Aby kan tidak tahu caranya. Bagaimana pesawat yang diisi banyak penumpang, yang pastinya berat dan besar seperti itu bisa melayang-layang di atas awan?

Ah, emang dulu kakek moyangnya nggak temenan sama Albert Einstein. Makanya keturunan kayak Aby begini. Klemar-klemer kayak dodol basi.

"Aku mau jadi Ayah dari anak-anak kamu aja, Sayang. Itu sebuah cita-cita kan? Aku akan jadi Ayah yang baik, yang sayang sama kamu dan anak-anak kita," jawab Aby manis, lalu tersenyum. Sementara Icha bergidik ngeri. "Kita tidak akan punya anak sampai kamu bisa menentukan masa depanmu sendiri, Aby. Kita nggak tahu sampai kapan perusahaan yang Ayah kamu, Bunda kamu, atau bahkan yang sedang saya sendiri pimpin akan berhenti berjaya. Mengingat era teknologi zaman sekarang semakin canggih. Inovasi-inovasi baru akan terus berkembang. Dan kamu cuma rebahan? Mending kamu pindah ke Pluto saja. Biar ikutan hilang." Icha kembali merapikan sepatu-sepatu kerjanya di rak. Lalu menghela napas berat. Selesai. Dia naik ke atas tempat tidur. Memberi jarak di tengah dengan guling. Dengan begitu Aby tidak akan menyerobot masuk ke wilayahnya.

Ah, Icha seperti anak SD yang sedang ujian. Menutup buku kanan kiri agar tidak terlihat kawan-kawannya. Tapi hasilnya sama saja, tetap remidial semua satu kelas.

"Bidadari jahat amat sih sama Pangeran, gini-gini suamimu lho. Imam kamu." Aby membaringkan tubuhnya di sebelah Icha. Meski ada sekat guling sialan itu, tetapi ia rela. Bisa menikah dengan Icha saja, rasanya seperti mimpi sampai sekarang. Aby memiringkan badannya, menatap Icha yang masih belum berani membuka kerudungnya itu. "Dilihat dari samping aja cantik, gimana dari depan. Uh, klepek-klepek deh sayap aku!"

"Tidur, Aby. Sudah malam. Saya ngantuk." Icha memejamkan mata. Dia harus tidur mengingat waktu sudah semakin malam. Bisa-bisa besok dia kesiangan. Semangatnya pergi ke kantor pasti akan kembali surut. Icha harus semangat, sampai suatu hari nanti ada yang bisa menggantikan posisinya juga di kantor.

Entah mimpi, entah bagaimana. Icha merasa seseorang mengusap lengannya. Membelai pipinya. Lalu mengecup keningnya. Telinganya mendengar ucapan selamat malam. Dan Icha tidak ingat apapun lagi. Dia tertidur nyenyak.

Di sebelahnya, Aby terkekeh. Dia berhenti membelai pipi Icha. Menerawang langit-langit kamarnya. "Cha, coba aja ketemu sama kamunya dari dulu. Mungkin sekarang aku udah jadi orang yang lagi magang di kantor kamu. Maafin aku Cha, mungkin di mata semua orang aku ini nggak layak buat kamu. Tapi aku bakal buktiin kalau aku bisa jadi yang terbaik. Bisa lebih pantas lagi berdiri di samping kamu."

Lalu, Aby memeluk guling di tengah-tengah ia dan Icha. "Gak papa deh, sekarang peluk-pelukannya sama guling. Tapi nanti, awas aja kamu gak bakal aku lepasin Cha! Aku kekep kamu sampe mati!"

"Matinya berdua, tapi. Hehe."

[NUG's 5✔] Jodoh Untuk Alyssa (OPEN PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang