30. Tidak Mungkin

17.8K 1.2K 248
                                    

Separuh jiwaku hilang
Saat kau tak ada di sisiku
Separuh nyawaku melayani
Karena kau pergi dari hidupku

***


Pagi-pagi sekali, Aby sudah bersiap-siap pergi ke kampus. Begitu banyak pertanyaan dalam benak Icha, mengapa Aby sampai seperti itu. Icha yakin, jadwal kelas Aby hari ini dimulai nanti siang jam sepuluh. Icha juga tidak di perbolehkan membereskan barang-barangnya seperti yang biasa Icha lakukan. Aby melakukan semuanya sendiri.

"Aku berangkat sekarang ya," ucap Aby, menyambar jaket serta kunci motornya. Setelah sekian lama, Aby kembali memakai motor sportnya. Icha mengerutkan dahi bingung. "Kamu nggak antar aku, Mas?"

Aby tersenyum, mengusap pipi Icha. "Aku ada urusan sama teman-teman. Gak apa-apa ya kamu ke kantor sendiri?"

Hendak bertanya, tetapi Icha mengurungkan niat ketika Aby memeluknya. Sangat erat. "Mas?"

"Hati-hati berangkatnya, Cha. Nanti kabarin kalau udah sampai."

"Iya. Kamu juga hati-hati."

Aby mengangguk. "Siapin kado buat aku besok ya."

Uhm, Aby berulang tahun besok. Icha belum mencari kado apa yang bisa ia berikan untuk suaminya. Nanti sepulang dari kantor, rencananya Icha akan pergi ke mall. Entah apa yang ia temukan disana. Lihat nanti saja.

"Insya Allah."

"Gak usah mahal-mahal, aku akan suka setiap kado yang kamu berikan. Kamu tau itu, sayang?"

Seperti terhipnotis akan pesona Aby, Icha mengangguk. Mereka sarapan dengan tenang. Icha mengantarkan Aby sampai depan gerbang.

"Ingat pesan aku, hati-hati," ujar Aby sekali lagi.

Icha menyalami punggung tangan suaminya. "Mas juga hati-hati."

"Iya. Terima kasih. Aku berangkat ya?" Aby memakai helmnya. Menoleh pada Icha sekali lagi. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Icha. Lalu melambai pada motor sport Aby yang semakin lama semakin hilang dari pandangan.

***

Sebenarnya, Aby tidak pergi dengan teman-temannya. Ia justru sedang dalam perjalanan menuju sebuah restoran mahal yang sudah ia incar untuk di booking. Aby memang gila, bucin tingkat akut. Dia hendak menyewa restoran bintang lima itu hanya untuk sekedar makan malam dengan Icha nanti malam, tepat di pergantian malam umurnya yang ke 23.

Semuanya Aby lakukan sendirian. Tanpa bantuan Rijal, Salim, Kaisar ataupun Melvin yang jauh di Singapura. Semuanya ia lakukan serba sendiri. Ia menepikan motornya di parkiran restoran. Memasukinya dengan langkah tergesa. Aby meminta pelayan memanggil siapapun yang bertanggung jawab atas restoran ini. Tetapi, tidak ada pemiliknya karena sedang dalam perjalanan ke Nepal.

"Yaudah siapa aja deh, Mbak. Buruan, kepepet nih gue mau ngampus. Kalo bolos lagi, gue bisa diabisin sama bini," ucap Aby, beberapa kali melihat jam di pergelangan tangan.

"Anda bisa menunggu sebentar. Pak Alex sedang dalam perjalanan kemari."

"Oke. Gue tunggu paling lama setengah jam. Awas lo lama, bilangnya otw tapi masih di kamar mandi." Aby mendengus. Ia paling tidak suka kalau janjian, bilangnya sudah on the way tapi masih di kamar mandi. Budaya Indonesia yang satu itu tentu saja harus dihilangkan.

Tapi tunggu kalau Aby susah jadi Presidennya.

"Permisi, kamu Aby?" Aby menoleh, melihat seorang lelaki berperawakan tinggi tegap. Namun badannya justru lebih berisi Aby. Aby mengangguk. "Pak Alex?"

[NUG's 5✔] Jodoh Untuk Alyssa (OPEN PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang