Chapter 3 Goresan Batu Kapur

4K 459 80
                                    

Alangkah indahnya apabila cinta yang datang dapat dihapus seperti menghapus tulisan batu kapur di papan. Apalagi kalau cinta itu tidak berbalas.

🍁🍁🍁

"Sheryl sedang apa kamu?" tanya salah satu teman Canna, Nia. Dia melihat gadis itu sibuk mencari sesuatu di ponsel sejak tadi.

"Aku mau memesan spanduk dan kaos," jawabnya.

"Untuk apa?"

"Tentu saja mendukung Kak Rex dalam turnamen olahraga minggu depan."

"Bagaimana Kak Ethan? Bukankah dia juga turun untuk futsal?"

"Bukan urusanku," sahut Canna jutek.

"Kenapa sih kamu mengganggu Kak Ysander terus? Padahal ada Kak Ethan."

"Mengganggu?" Kenapa dia jadi pengganggu? Temen-teman yang lain mulai berkerumun di sekitar mereka.

"Kak Ysander siswa teladan, guru-guru menaruh harapan besar padanya. Mereka mulai berkata kalau kamu menganggunya," kata Nia.

"Apa?" Canna terlihat kaget. "Kak Rex aja tidak merasa terganggu. Lagian sejak kapan guru-guru jadi tukang gosip?"

"Kak Ysander lelaki baik, mana mau dia mengusirmu sekalipun merasa terganggu. Hihi." Nia tertawa.

"No ... no ... no ... Lihat ini?" Canna memamerkan fotonya kemarin, berdua dengan Rex di depan mobil baru.

Gadis-gadis di sekeliling Canna seketika histeris.

"Kalian udah jadian?"

"Kak Ysander makin ganteng pake baju bebas."

Canna tersenyum senang. "Gimana? Udah percaya? Kak Rex selalu tertawa kalau sama aku. Mana mungkin dia terganggu."

"Kamu beli mobil baru Sheryl?" Mereka bertanya.

Canna menggerakkan telunjuknya, mengisyaratkan tidak. "Mobil Kak Rex."

"Udah jangan bohong, itu mustahil. Kenapa Kak Ysander ke sekolah naik motor kalau dia punya mobil semewah ini?"

"Tidak percaya ya udah."

Foto Rex dan Canna dari ponsel itu dengan cepat beredar, di-share oleh teman-teman sekelasnya.

Canna menghela nafas. Keringat muncul di keningnya. "Panas sekali."

Canna berdiri dan berjalan ke depan kelas.

"Perhatikan semua!" Dia berteriak. "Berhubung pekan olah raga pelajar minggu depan, satu kelas ini wajib memakai kaos dan membawa spanduk Kak Ysander. Kita semua harus mendukungnya menyabet medali emas."

Satu kelas bersorak dan bertepuk tangan.

"Terus buat siswa lain yang ikut bertanding gimana bos?" tanya ketua kelas. Canna dan gengnya sudah seperti penguasa kelas. Bukan karena mereka tidak berani, tapi karena Canna dan gengnya sangat perhatian mengurusi semua isi kelas.

"Itu bukan urusan kita." Canna membulatkan matanya.

"Siapp kapten."

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang