Chapter 1 Anak Lelaki dan Diary Seorang Gadis

12.5K 684 129
                                    

Cinta datang dalam berbagai bentuk, rupa dan warna. Tapi pengaruhnya dalam kehidupan manusia adalah serupa dan sama.

🍁🍁🍁

Mata nan kelam dan tajam itu menyorotkan kedewasaan. Di ujung bibirnya tampak luka dan bercak tipis darah kemerahan. Sambil memejamkan mata dia bersandar di dinding. Dalam kamar yang luas juga indah, sayangnya kamar itu tak dapat menyeka kemelut dan kesedihan dalam dadanya.

Hanya satu orang saja, baginya hanya satu orang yang bisa membuat semua perasaan lukanya lenyap. Remaja berwajah tirus dengan bibir tipis itu menatap ke arah pintu kamarnya.

Ceklek. Pintu kamar itu terbuka.

Pelan sesosok bayangan mendekat, semakin dekat semakin terlihat paras halusnya. Mata yang semakin sayu karena sedikit berkaca ataukah karena bulu matanya yang lentik?

Tangannya menyeka darah di ujung bibir sang pemuda, mengobati dengan sangat lembut. Suara nafas pelan terdengar.

"Kak Rex." Matanya yang berkaca mulai digenangi air.

"Jangan nangis. Kakak nggak suka lihat kamu nangis."

Gadis itu menggeleng, bahunya yang terbuka karena mengenakan blouse off shoulder menggigil.

"Aku nggak mengerti." Dia berkata, menggigit bibir bawahnya. Bibir yang samar terhirup wangi melon.

"Tidurlah, besok kamu sekolah."

"Kakak?"

"Libur dulu. Terlalu banyak pertanyaan kalau muncul dengan wajah begini." Rex menjawab.

"Aku libur juga, biar nemenin kakak di rumah."

Remaja lelaki itu menghirup udara mememenuhi paru, terhirup juga wangi lembut dari tubuh gadis di depannya.

"Nggak usah."

"Maaf kak."

"Hentikan, Canna."

"Kak."

"Apa kesalahanmu sehingga terus minta maaf setiap ini terjadi?"

Canna menunduk, air matanya menetes makin deras.

"Keluar dan tidurlah. Jangan kesiangan besok." Dia melanjutkan.

Canna menuruti. Dia berdiri dan meninggalkan laki-laki itu sendirian, lelaki yang sedang bertarung dengan hatinya.

Entah apa yang membuat pria itu tadi menghajarnya. Anak lelakinya harus sempurna, hanya itu begitu terus yang dia katakan. Apa dia lupa, anaknya bukanlah miliknya, mereka adalah sosok yang hidup, memiliki dirinya sendiri?

Sialan! Perih juga bibirnya, menerima pukulan tanpa bisa membalas. Kalau bukan ayahnya, menyentuh seujung kukunya saja tidak akan ada yang mampu.

Pemuda itu menghempaskan tubuh di ranjang empuk, luka di ujung bibirnya telah diobati oleh Canna tadi. Besok libur sekolah dulu, padahal dia sudah kelas tiga harusnya giat belajar dan bimbel.

🍁🍁🍁

Dear Diary,

Hari ini papa memukul Kak Rex lagi. Aku sedih dan sebal kalau papa melakukan itu, Kak Rex sudah begitu sempurna di mataku kenapa masih saja kurang di mata papa?

Maunya luka Kak Rex pindah ke aku saja, walaupun Kak Rex selalu marah kalau aku bilang aku mau menangis melihatnya. Papa berkepribadian ganda, dia baik dan penyayang, tapi kadang dia begitu murka sama Kak Rex.

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang