Add Chapter -1 Wajah yang Menangis

3.7K 257 31
                                    

"Sejak kapan Canna mulai menyukai kakak?"

"Aku udah suka kakak sejak lamaaa ...."

"Kalau begitu, sejak kapan Canna mulai mencintai kakak?"

Canna diam, dia remasnya rok yang dia pakai.

"Nggak tau, terjadi begitu saja."

"Begitu." Rex tersenyum, senyum yang indah. Senyum yang dia rindukan. Rex mengambil tangan Canna dan mengecup punggung tangannya, mata indah milik Rex melirik ke arahnya. Membuat jantungnya berdebar tak karuan.

Seandainya Rex tidak berada di hadapan dia saat ini, apa yang dia lakukan? Pastilah terasa menyedihkan.

Rex menarik Canna ke dalam pelukannya. "Rindu banget."

Kepala Canna yang rebah di dada Rex membuat perasaan Canna tak karuan.

"Aku ...."

"Lebih rindu?" Rex menggoda.

"Kakak." Canna merengek.

"Mana? Kakak mau liat muka Canna." Rex menangkup kedua pipinya. Dipandangi wajah Canna, mereka saling bertatapan. Rex bergumam.

"Kenapa, sih?" Canna tersipu, bagaimanapun ditatap sedemikian rupa membuat perasaan Canna tak karuan.

"Mata Canna makin cantik, hidung Canna makin indah, bibir Canna makin sexy, tapi kakak nggak suka warna lipstik ini."

Canna memukulnya, "Aku nggak sexy ...." Canna diam, "Menurut kakak aku sexy?"

Rex tertawa geli. Kemudian mengangguk. "Bibirnya aja."

Canna merutuk sebal.

"Boleh nggak kakak pindah ke sini? Menumpang di rumah Canna?"

Canna menggeleng, "Kita belom nikah. Nanti kalau terjadi sesuatu gimana?"

Rex mendorong pelan tubuh Canna ke sofa, "Nggak gimana - gimana?"

Nafas Canna memburu, ah wajah Rex dekat sekali. Nafasnya terasa di wajah Canna, wangi tubuhnya menyentuh hidung Canna. Dia memberanikan diri meletakkan tangannya di dada Rex. Menggoda lelaki itu. Canna menelan ludah. Kata teman-teman di kantor, kalau seorang pria tak mampu menolak godaan dari wanita yang dicintainya.

Rex mencium pelan pipi Canna yang basah. "Kenapa Canna nangis?"

"Ini air mata bahagia." Canna berkata lirih.

"Canna bahagia?"

Rex merasa kehangatan menyelimuti hatinya saat Canna mengangguk. 

"Badan kakak bagus, ehm." Canna berkata sambil tertawa pelan.

"Kata-kata kamu membuat kakak ingin melayang sampai atap kamar ini jebol."

"Itu kan kata-kataku."

"Jangan panggil kakak lagi," Rex membelai punggung Canna yang mulus.

"Terus?"

"Panggil sayang?"

"Geli."

Rex tertawa, dia meletakkan sebelah tangannya di belakang kepala, menatap langit kamar. Bersama Canna seperti ini betapa indahnya.

"Saat kita berpisah kemarin, apa Canna sering mikirin kakak?"

"Iya, sampai sesak."

"Terima kasih."

"Untuk?"

"Membalas perasaan kakak. Selama ini kakak melampiaskan kemarahan kakak pada Canna."

"Nggak benar, itu bukan kemarahan, kakak memberikan aku kasih sayang dan cinta yang sangat besar."

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang