Chapter 10 Badai Berlalu Tapi Jejaknya Tertinggal

3K 407 21
                                    

Mika Aphrodite Nixaly,

Nama yang tertulis di pintu. Dengan langkah terhuyung, lelaki itu masuk. Tubuhnya sudah ringkih, hatinya tersayat, perasaannya hancur. Matanya yang pekat, kelam terlihat menyedihkan. Wajahnya yang tampan sangat pucat.

Mika melihat sosok itu. Tadi sekretarisnya mengatakan kalau ada yang ingin membuat janji temu.

"Ysander?" Mika kaget melihat pemuda itu berjalan lesu. Segera di tahannya tubuh Rex yang nyaris terjatuh dan didudukkan di sofa di ruangannya. Mika mengambilkan Rex minum.

Kenapa anak remaja ini menemui dia? Rex meminum dengan sangat pelan, tersedak. Mika menepuk-nepuk punggungnya. Tiga hari yang lalu Mika melihatnya saat malam kelulusan, penampilannya sangat jauh berbeda. Saat itu wajah tampannya ceria dan berbinar walaupun dia diam.

"Katakan ada apa?" Mika bertanya.

"Aku butuh pengacara, Tante."

"Ya?" Mika menahan nafas.

"Aku ingin menuntut seseorang."

"Siapa?"

"Papaku."

Mika tercekat, ditatapnya lagi dalan wajah si pemuda.

Rex menatap kosong langit-langit ruangan itu, Mika sudah lemas mendengar penuturannya.

🍁🍁🍁

Matt mendatangi ruang kantor Mika, seperti biasa dia terlihat necis. Matt memenuhi panggilan mediasi yang di kirim oleh Mika dua hari lalu.

"Masuklah, Matt." Wanita itu menyuruh Matt masuk ke ruang meeting di kantornya, dia duduk dan melihat putranya duduk di ujung, tidak mau melihat wajahnya. Matt tersenyum tipis.

"Kamu sendirian, Matt?"

"Apa maksud pertanyaanmu itu, Mika?"

"Aku pikir kamu bersama pengacara."

"Untuk apa? Ini hanya permasalahan seorang anak yang marah pada papanya. Aku lebih suka kamu bersikap sebagai seorang teman lama ketimbang pengacara Mika. Tapi, apa kita masih berteman?"

Mika memejamkan mata, "Baiklah."

"Rex, tidak mau pulang, Nak?" tanya Matt. Rex membisu, masih tidak mau melihat wajah papanya.

"Kenapa marah?"

"Matt, aku tidak tau kalau Ysander adalah putramu, dan aku tidak tau kenapa kamu merahasiakan identitasnya."

"Itu urusan keluargaku, Mika."

"Ya, aku mengerti, karena itu semua yang akan di bicarakan di sini adalah rahasia."

"Kamu yakin tidak akan mengatakannya pada suamimu?" Matt mengejek. "Bukankah dia akan senang mengetahui aku mengalami masalah keluarga?"

"Itu tidak benar," jawab Mika. Matt terkekeh.

"Rex, ayo pulang. Kamu serius mau memenjarakan papamu sendiri? Papa selalu mememberikan apa yang kamu inginkan. Apa yang kamu mau."

"Itu bukan keinginanku." Rex akhirnya berkata.

"Kamu cuma tidak ingin mengakuinya saja."

"Hentikan!" Rex mengeraskan suaranya. "Papa kelainan jiwa!" Rex berteriak.

Mika merinding, dilihatnya Matt tidak emosi sedikitpun, bahkan senyum tipis menyungging di bibirnya.

"Kenapa kamu menyalahkan papa? Padahal kamu yang tidak bisa menahannya."

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang