Chapter 19 Semua Tentang Kita

2.6K 376 32
                                    

Canna berjalan sambil memandangi pepohonan di sekolahnya. Matanya memandang ke kelas Kak Rex dulu. Lucu sekali, dia dikira fans berat lelaki itu. Dan Kak Rex selalu diam, teduh, sangat tenang. Canna akan merangkul lengannya, dia tetap berjalan seakan Canna bukan suatu gangguan.

Angin bertiup membelai pipi dan rambutnya, Canna mendongakkan kepala dan memejamkan mata, merasakan daun-daun berguguran. Dia mengangkat kedua tangan kemudian mendekapkan ke dada, mendekap sesuatu yang kosong.

Bayangan Kak Rex. Melepaskan lelaki itu dari hatinya. Melepaskan dengan sungguh-sungguh.

Langkah kakinya menendang-nendang daun berguguran.

"Sheryl, kamu ngapain?"

"Main angin," sahutnya.

Temannya tertawa.

🍁🍁🍁

Rex berjalan menyusuri taman kampus, angin bertiup menerpa tubuhnya. Dia mengangkat wajah dan melihat pepohonan bergoyang, daun kering berjatuhan. Rex mengangkat tangan kanannya, menggenggam daun-daun gugur.

Dia tersenyum saat melihat ada daun di telapak tangan. Wajah Canna yang tertawa terekam jelas di benaknya. Digenggamnya lagi daun itu dengan sungguh-sungguh.

Seperti menggenggam tangan Canna, dia akan mengikat perempuan itu di dalam hatinya, mengikat dengan sungguh-sungguh. Tak akan dia lepaskan lagi.

Rex menendang kerikil-kerikil yang menghalangi langkahnya.

"Ysander, kamu ngapain?" Dia melihat Lulla mendekat.

"Menangkap daun," sahutnya.

Lulla tertawa.

🍁🍁🍁

Canna menghindari Rex di rumah, begitu pulang sekolah dia akan ikut pelajaran tambahan kemudian bimbel. Bahkan di saat tidak ada jadwal pelajaran, Canna akan memilih berdiskusi dengan tutor.

Guru Canna menyarankan agar Canna memilih institut musik tapi Canna belum memutuskan. Dengan tubuh lelah Canna memasuki rumah, dia berjalan ke kamarnya. Dilihat Kak Rex sedang bersandar di dinding, di dekat kamarnya.

Dia segera menundukkan kepala dan melewati kakaknya itu. Rex menarik tasnya.

"A-apa kak?"

"Sore sekali."

"Ya, baru selesai bimbel."

"Belum makan?"

"Sudah tadi, sekarang mau istirahat. Capek, Kak."

Rex melepas tas Canna, dengan cepat Canna membuka pintu kamarnya.

Kenapa Canna seperti menghindari dia? Sudah beberapa hari sejak dia kabur saat itu dan mereka jarang mengobrol.

Rex mendapat pesan dari teman sekelasnya, mengajak  mengerjakan tugas kuliah di salah satu kafe. Pesan dari Lulla masuk bersamaan, minta di jemput. Rex menatap pintu kamar Canna sebelum bersiap untuk pergi.

Lulla bersiap dengan helm pink-nya di depan rumah.

"Kamu tidak dimarahi keluar naik motor?" tanya Rex.

"Nggaklah, aku nggak semanja itu." Lulla segera naik ke boncengan Rex dan memegang pinggangnya. Mereka sampai di kafe yang dijanjikan, kedatangan mereka di sambut dengan guyonan-guyonan dari yang lain. Lulla tersenyum simpul.

"Kebetulan searah," jawab Rex.

"Sengaja jemput juga nggak apa."

Rex hanya tersenyum.

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang