Chapter 26 Melepas Rasa

2.6K 361 14
                                    

Aku ingin menghabiskan waktu dengan memikirkanmu, tapi kau bilang pikirkan saja diri sendiri. Kemudian aku memikirkan diriku dan aku kembali memikirkan dirimu, karena kau adalah bagian penting dalam hidupku ~ Ysander Rex (Tanpa nama belakang)

🍁🍁🍁

Berdua dengan Kak Rex adalah hampir seluruh hidupnya, tapi akhir-akhir ini berdua dengan lelaki itu terasa sedikit menakutkan. Entahlah, Canna dengan jelas merasakan itu, ditambah Kak Rex selalu berkata yang menjurus. Bukannya Canna tidak paham, memang sebodoh apa dia? Dia jelas mengerti perkataan Kak Rex itu, hanya saja dia tak siap kalau akhirnya hubungan mereka selama ini hancur. Hubungan persaudaraan akan bertahan selamanya, hubungan sepasang kekasih belum tentu.

Kak Rex tertidur dengan damai, bantal yang tadi menutup wajahnya telah disingkirkan oleh Canna. Dia tau kalau dua minggu terakhir Kak Rex pasti susah tidur, ada bayangan gelap di matanya. Canna itu obat tidur yang mujarab, dulu saja kalau sulit tidur Kak Rex akan menyelinap masuk ke dalam selimut Canna dan tertidur dengan cepat, dia bilang aroma Canna memiliki efek menenangkan. Waktu itu belum ada gelenyar aneh di hatinya, gelenyar yang setiap hari semakin besar. Yang semakin sulit dia tahan, itu yang membuat dia takut, saat dia tak mampu menahannya lagi.

Apa salah?

Lucu juga takdir kehidupan mereka? Terlebih sangat aneh. Seperti saling terkait. Canna juga ingin tertidur di dekat Kak Rex, tapi dia masih ingin memandangi wajah kakaknya itu. Ah perutnya berbunyi, dia lapar, Canna memesan makanan di restoran hotel, untuk Kak Rex juga. Besok hari sabtu kemudian minggu, dia akan memaksa Kak Rex menginap sampai hari minggu. Nyamannya, Canna mengangkat kedua tangan. Bersama Kak Rex dia tak perlu cemas ataupun khawatir. Canna telah mengatakan pada kepala pelayan rumahnya dia menginap di rumah teman, kalau nanti papa pulang dan bertanya. Dia sudah mematikan ponselnya, papa jelas akan tau dia bohong, Canna tidak pernah menginap di rumah temannya selama ini.

Canna melihat tas Kak Rex di karpet hotel, iseng dia membukanya, ada ponsel baru. Padahal dia tidak memberi tahu Canna nomornya. Uh Canna kesal, ada beberapa misscall.

Mama? Canna terkesiap.

Apa dia egois? Bukankah Kak Rex harusnya menghabiskan waktu bersama keluarga yang telah berpisah selama delapan belas tahun itu?

Kenapa ada hal seperti ini? Coba saja sejak awal mereka bertemu bukan sebagai kakak adik. Pasti tidak serumit ini, bertemu di sekolah dan Kak Rex yang tampan mengejar-ngejar dia seperti Ethan, terus Canna akan membangga-banggakannya sebagai pacar. Sebelumnya Canna akan pura-pura jual mahal, padahal dia juga suka.

"Hai, he is my boyfriend." Begitu dia memperkenalkan pada orang-orang. Oh pasti dia sangat bangga, pacarnya siswa teladan, juga peraih medali emas. Saat Kak Rex kuliah dia akan terang-terangan melabrak cewek yang genit mendekatinya juga marah-marah karena cemburu. Canna tertawa, pikirannya akhir-akhir ini selalu aneh. Padahal saat Kak Rex mengungkapkan perasaannya saat itu, Canna merasa sangat bersalah, sampai tubuhnya berontak.

Ponsel itu masih berdering, Canna menatapnya. Kak Rex masih tertidur dengan begitu pulas.

"H-haloo." Canna mengangkatnya."

"Siapa ini?" Suara mama Kak Rex begitu lembut, seandainya Canna juga memiliki mama.

"Teman Kak Rex." Ah bodoh, mana ada teman yang memanggilnya dengan sebutan itu. Harusnya dia bilang teman Ysander.

"Oh." Sahut suara diseberang, wah benar juga mungkin mama Kak Rex tidak sadar. "Rex mana?"

"Sedang tidur tante." Suara di seberang terdiam.

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang