Chapter 20 Hanya Mimpi

2.5K 358 21
                                    

Dear Diary,

Setiap melihat kakakku, aku selalu memiliki firasat kalau dia akan meninggalkan aku. Aku juga tak mengerti, mungkin karena aku tau kalau aku bukanlah  anak papa.

Aku tau aku sangat bahagia, tapi jauh di dalam hati ini, aku tau kebahagian itu bisa lenyap tak bersisa. Jadi aku selalu bersiap.

Untuk pertama aku menulis kejadian di malam itu, memang benar aku sangat kesakitan, aku bukan anak kecil, aku mengerti apa artinya itu. Aku membiarkan Kak Rex. Kenapa aku membiarkannya?

Dalam pikiranku ... Hatiku menginginkannya. Saat aku melihat wajah Kak Rex yang tampan. Aku berpikir untuk memilikinya, walau hanya sementara. Bukan sebagai adiknya.

Begitulah, aku malu pada diriku sendiri, aku menyedihkan...menyedihkan dan menjijikkan.

🍁🍁🍁

Setelah kejadian itu Canna membangun dinding kaca di dalam hatinya, dia pasti bisa bersikap biasa. Seakan semua tak pernah terjadi. Mereka kembali seperti dulu, tidak apa-apa, dia mengatakan itu berulang-ulang. Hanya saja pelan-pelan dinding kaca itu retak, saat dia mendengar ucapan papanya, lalu dia melihat mata Kak Rex yang memandangnya seolah takut. Mata yang begitu nelangsa, seketika dinding itu pecah.

Dirinya yang menjijikkan perlahan keluar menggerogoti dia. Mengambil senyumnya, semangatnya juga gairah hidupnya. Sudah tak mampu lagi ditahan.

Sekarang Kak Rex tersenyum padanya, membelai pipinya lembut, inilah yang selalu dia takutkan, dia tau Kak Rex akan seperti ini, menghancurkan masa depannya untuk dia, seperti papanya juga pernah berkata. Kak Rex berjanji akan bersama dia selamanya, kenapa kakak mengatakan itu? Apa kakak tau berapa lama selamanya itu? Tidak kakak, jangan, aku nggak mau. Bukan ini yang dia inginkan, bukan. Aku hanya ingin Kak Rex bahagia.

"Aaaaaaaaaarghhh!" Canna memegangi perutnya, sangat sakit. Wajah Rex berubah sangat pucat.

"Canna, Canna jangan buat kakak takut." Rex menutupi tubuh Canna dengan seprai, menggendongnya. "Pegang kakak." Canna melingkarkan tangan di leher Rex. Security melihat Rex yang berlari dari lift segera memanggil Taxi.

Rex melarikan Canna ke rumah sakit tanpa berpikir apa-apa lagi. Di ujung mata Canna menggenang air mata. Dia terlihat begitu kesakitan. Rex menggenggam tangannya. Dengan cemas mengawasi saat dokter memeriksa.

Syukurlah tidak apa-apa. Canna telah dipindahkan ke ruang perawatan, hanya saja dia tidak mau membuka matanya.

Kamu tertidur atau tak ingin melihat kakak?

"Canna." Matt memasuki ruangan itu dengan panik, disusul oleh Sonya. "Canna sayang." Matt membelai rambutnya. "Rex, Apa yang terjadi?"

"Sudah jangan ribut, biarkan Canna istirahat," kata Sonya. Dia duduk di kursi yang tersedia di ruang VVIP itu.

Matt menatap Rex yang menggenggam tangan Canna. "Apa yang membuat adikmu sampai seperti ini?" Matt melihat potongan baju Rex yang masih terikat di tangan Canna.

Rex diam.

"Jawab papa, Rex!"

"Diam, jangan ganggu Canna." Rex mendesis, matanya sudah sangat nyalang.

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang