Chapter 24 Dalam Pusaran

2.4K 357 7
                                    

Dear Diary,

Sudah seminggu sejak kepergian Kak Rex, sekarang keluarga kami jauh dari kata tenang. Papa telah menggugat balik keluarga Kak Ethan karena tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah.

Aku rasa ini hanyalah kesalah pahaman, ternyata seorang pria yang sakit hati pada mama Kak Ethan yang menjadi lawan di persidangan kliennya dulu yang melakukan itu semua. Menculik Kak Rex waktu bayi dan menukarnya, papa yang tidak tau menyelamatkan bayi itu. Astaga, kenapa bisa hal seperti ini terjadi?

Setelah pulang sekolah, aku memantau kampus Kak Rex dan dia tidak berada di sana, aku juga pergi ke rumah Kak Ethan tapi tidak pernah ada orang. Hanya beberapa wartawan yang menunggu. Tak sabar menunggu saat kami berkumpul bersama lagi.

🍁🍁🍁

Beberapa guru memanggil Canna bergantian, mereka menyemangatinya. Minta agar Canna tidak terpengaruh pemberitaan yang menyeret keluarganya, apalagi Canna akan menempuh ujian akhir. Guru wali kelas Kak Rex dulu bahkan meminta maaf karena telah salah menuduh Canna, sambil menggenggam tangan Canna beliau menguatkannya. Ternyata guru-gurunya sangat baik dan perhatian, keluh Canna. Dulu saja dia sering berpikiran jelek pada mereka.

Canna terpekur di pinggir lapangan basket, Nia mendatanginya sambil menyerahkan softdrink dingin.

"Thanks."

"Urwell."

"Sheryl, apa kamu tau kalau Kak Ysander bukan kakak kandungmu?" Nia bertanya.

Canna mengangguk.

"Oh astaga, pantas saja."

"Pantas kenapa?" Canna bertanya heran.

"Wajar kamu jadi begitu menyukai Kak Ysander. Menurutmu bagaimana perasaan Kak Ethan saat ini, ya? Apa Kak Ethan bukan anak yang tertukar? Apa sebenarnya Kak Ethan saudaramu?"

"Sepertinya nggak," jawab Canna.

"Kisah keluargamu seperti di drama-drama."

"Tapi ini bukan drama, Nia."

"Sheryl, bagus juga kalau Kak Ysander punya orang tua lain," kata Nia lagi.

"Maksudnya?"

"Ya berarti kalian bisa pacaran." Nia tertawa. Canna menatapnya kaget.

"I-itu nggak mungkin. Kak Rex itu kakakku."

"Kak Ysander keren, sosok cowok idaman, siapa yang nggak suka sama dia. Kamu bertahun-tahun serumah apa nggak ada rasa? Apalagi kamu tau kalau Kak Ysander bukan saudara kandungmu. Ini seperti kisah di manga. Sejak kapan kamu tau kalau kalian tidak bersaudara?"

Canna berpikir, sudah lama sekali. "Sepertinya kelas 6 SD." Canna ingat saat itu Kak Rex baru masuk SMP. Dia mendengar papanya berkata pada Kak Rex, setelah itu Canna menangis, papa mengetahui kalau dia tahu, papa kemudian membujuknya, papa juga bilang agar dia tidak mengatakan pada Kak Rex kalau dia mendengar pembicaraan itu. Sampai saat itu dia akhirnya mengungkapnya.

"Oh...Sheryl aku rasa kamu sebenarnya mencintai Kak Ysander," keluh Nia.

"M-mana mungkin seperti itu."

"Aku juga punya saudara laki-laki, tiga orang malahan. Tapi nggak ada yang begitu dekat seperti kamu dan Kak Ysander. Lagipula kalau membicarakan dia mata kamu tu berbinar-binar ceria, seperti lagi ngomongin cowok yang dia suka."

"Itu karena kami cuma berdua, sejak dulu."

"Siapa lagi ya." Nia menyebut teman sekelas mereka, "Dia juga cuma berdua, sama saudaranya malah tidak akur selalu ribut."

"Sudah ah, kita lulus sekolah saja belum. Tidak usah membicarakannya."

"Nah wajah kamu merah." Nia masih terus menggodanya, "Rasanya aku benar."

"Nia." Canna mencubitnya keras.

"Aduhhh..." Nia masih tertawa, "Ditambah sekarang Kak Ysander jelas memiliki orang tua lain, kesempatanmu makin besar Sheryl."
Nia berlari masih sambil tertawa, Canna mengejarnya.

Canna tersengal, dia duduk di kursinya. Perkataan Nia bukannya tidak dia pikirkan, Canna terus menerus meyakinkan diri kalau perasaan pada Kak Rex hanya sebatas sayang dan kagum pada kakak lelaki. Tapi....

Sejak SMP, papa kerap memukuli Kak Rex dan Canna yang merawatnya, kadang Canna akan menangis tersedu di dada lelaki itu sampai tertidur. Tak jarang saat ditinggalkan papa pergi, Canna akan ketakutan jadi dia akan tidur di kamar Kak Rex atau sebaliknya. Sejak dulu orang tidak mengetahui identitas Kak Rex, menyebabkan setiap di sekolah Canna akan cemas memikirkannya.

Terus malam itu, Canna menggigil membayangkannya. Apa dia memang mencintai Kak Rex? Canna tidak pernah menyukai laki-laki lain selain dia? Harusnya kalau memang Canna menyayangi Kak Rex sebagai saudara, dia akan menyukai dan bahkan pacaran dengan cowok-cowok di sekolah atau yang lain. Kak Rex juga berjanji untuk bersama dia selamanya. Apa boleh? Apa sekarang dia boleh menyukai Kak Rex? Canna seperti berhenti bernafas. Dia harus segera bertemu dengan Kak Rex.

🍁🍁🍁

Sejak pertemuan dengan Matt tadi, Rex semakin diam membisu, Mika tidak mendengar terlalu banyak apa yang mereka bicarakan, saat mendengar Rex berteriak dia segera menerobos masuk. Salahnya, dia tak bisa menahan diri.

"Rex." Mika mencoba memanggil dengan nama tengahnya. Pemuda itu menatapnya sambil tersenyum. Dia telah selesai mandi. "Kamu ingin sesuatu?" Dia menggeleng.

Mika mengangguk dan meninggalkannya, pintar sekali Matt, menggunakan orang dari masa lalu untuk menjadi kambing hitam dari perbuatannya. Berapa dia membayar orang-orang itu? Ah sudahlah dengan uang dan kekuasaan semua bisa dia lakukan. Mika membayangkan sosok Matt tersenyum sinis juga pria yang selalu berada di samping Matt, pria yang tangannya dipenuhi Tattoo.

"Ma." Hati Mika terasa nyaman, Rex mulai memanggilnya mama. Mika sedang menyiapkan sarapan.

"Mau ke mana?" Mata Mika membulat khawatir.

"Ke kampus."

"Tapi..."

"Aku nggak mungkin mengurung diri terus meneruskan? Saatnya melanjutkan hidup." Dia tersenyum.

"Bagaimana kalau...?"

"Ma, aku tidak mungkin menghindari Papa Matt. Jangan khawatir, tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Oh bagaimana keadaan Ethan?"

Mika merenung, dia tinggal di apartemen saat ini. Tidak mau pulang ke rumah, bahkan Rex juga tidak mau pindah ke rumah mereka, tidak enak pada Ethan katanya. Akhirnya Mika memutuskan mereka akan tinggal sementara di rumah mamanya.

"Dia baik, sudah kembali berkuliah juga."

"Baguslah."

"Sayang, kamu mau diantar."

Rex menggeleng, "Aku naik bus saja."

Mika menggeleng cepat, "Jangan, bawa mobil mama saja. Besok pas weekend kita cari mobil untuk kamu."

"Tapi..."

"Mama mohon jangan menolak, mama tidak pernah memberikan apa-apa padamu." Mika terisak lagi.

"Ya baiklah, Ma." Rex akhirnya menuruti Mika, sudah berapa kali mamanya ini berurai air mata.

"Rex, jangan kembali ke sana. Mama mohon pada kamu. Jangan pergi lagi dari mama dan keluargamu."

Hati Rex terasa berputar, "Iya. Ma, tapi aku pasti akan kembali ke sana. Maksudku..." Rex menghela nafas, "Aku nggak bisa menjanjikan sesuatu yang mungkin akan kulanggar."

Mika memeluk erat Rex.

"Maksudnya aku akan sekali-kali ke sana."

"Ya. Oke, mama mengerti."

"Aku juga tidak bisa meninggalkan Canna," kata Rex lirih. Mika mendongak dan memandang wajah Rex. Setiap melihat anaknya menyebut nama Canna wajahnya berubah, seperti ada kesedihan menyeruak di sana.

Kenapa tidak bisa?

🍁🍁🍁

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang