Chapter 33 Batas di Antara

2.3K 340 16
                                    

Rex bertatapan dengan Matt di dalam ruangan itu. Dengan kebohongan mengatakan sedang di luar negeri, kemudian merancang ini? Memperlakukan dia seperti seekor keledai, jatuh berkali-kali dalam lubang jebakan. Bagaimana lagi? Rex selamanya tak akan mungkin membenci sosok itu.

Wajah Matt terlihat lelah, bukan dibuat-buat. Lelah? Kenapa masih melakukan sesuatu yang gila? Penculikan anak di bawah umur. Rex terkekeh memecah keheningan, pengacara Matt terkejut mendengarnya.

"Bajingan gila!" Wajah Randy sudah memerah sampai leher dan urat-uratnya menegang. Bahkan Mika, seorang pengacara handal dibuat bungkam dalam emosi yang membara. Menyangkut anaknya, bagaimana bisa memakai logika?

"Apa yang kamu inginkan, Matt?" Mika bertanya, suaranya tertahan. Mungkin takut mengamuk dan menyerang Matt detik itu juga.

Pengacara Matt berkata, "Tuntutan lima belas tahun penjara."

Rex tertawa, kepalanya terangkat ke langit-langit ruangan. Kemudian dia memejamkan mata.

"Jangan membuatku tertawa, Pak!" Mika berkata.

"Ibu Mika, apa tidak semestinya Ibu mencari pengacara lain? Terlihat sekali tidak objektif dalam kasus ini."

Pengacara Matt berkata lagi, "Sejak awal klien saya sudah mengatakan agar Rex menjauhi anak klien saya."

"Atas dasar apa?" Mika bertanya lagi. "Tidak ada yang dipaksa di sini. Canna menyukai bersama kakaknya."

"Anak klien saya masih di bawah umur, pikirannya mudah dimanipulasi oleh orang dewasa. Kami juga telah melakukan visum apabila ada tindak kekerasan."

Rex tertawa lagi, kali ini makin keras.

"Umur anak saya bahkan cuma selisih setahun dari anak klien Bapak!" Mika menjawab dengan nada tegas.

"Tapi, dia telah dewasa. Sedangkan anak klien saya belum, ya beberapa bulan lagi." 

"Pa!" Rex berteriak pada Matt.

"Apa, Nak?"

"Hentikan semua ini."

"Bukan papa yang kejam, kamu yang lebih dulu memaksa papa berbuat seperti ini." Suara Matt tenang dan dingin.

"Diamlah Rex. Jangan bicara lagi." Randy menggeram.

"Klien kami tidak akan menuntut, kalau..." Dia memandang pada Matt, kemudian Matt mengangguk.

"Kalau Rex kembali kepadanya, atau dia tidak akan menemui anak klien kami lagi."

"Jadi ini yang kamu lakukan? Apa kamu belum puas, Matt? Apa kamu tidak takut balasan?" Mika memberondongnya dengan pertanyaan.

"Baik! Rex tidak akan menemui Canna lagi," kata Randy tegas.

"Papa, tidak." Rex segera berdiri dari kursinya.

"Diam, Rex."

"Aku nggak mau. Pa, aku mohon." Wajah Rex terlihat begitu menyedihkan, memandang ke arah Matt, membuat Randy semakin emosi.

"Sudah. Jangan memohon pada pria itu. Rex, tidak akan bertemu Canna lagi. Kalau perlu kita segera pindah dari sini." Randy sudah begitu marah.

Rex duduk melunglai di atas kursi. Mika membujuknya.

"Kamu sudah memilih, Rex." Matt berkata.

Rex hanya diam membisu. Memandang lantai ruangan yang semakin lama semakin mengabur. Kenapa dia tak berdaya? Dalam hidupnya berpisah dari Canna adalah sesuatu yang tak mungkin dia lakukan. Kenapa kisah masa lalu menyeret mereka dalam pusaran tanpa henti?

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang