Chapter 25 Pertemuan Kembali

2.5K 369 14
                                    

Begitu memasuki gedung kuliah, Rex sedikit khawatir dengan tanggapan teman-temannya.

"Hoi Ysander!" Nah. Rex menghentikan langkahnya, itu Galang, teman sekelesnya.

"Kemana aja bro? Udah hampir dua minggu nggak masuk, mana nggak ngabarin, ponsel juga nggak aktif. Kita-kita mau jenguk juga nggak enak takut ganggu."

"Yah begitulah."

"Hidupmu complicated juga ya." Dia menatap Rex dari kepala hingga ujung kaki.

Rex tertawa, complicated? Apa itu kata yang tepat untuk menggambarkan situasinya? Begitu sampai di kelas, Rex segera dikerumunin oleh yang lain. Lulla saja menatapnya sambil melipat kedua tangan di dada. Rex menggelengkan kepala.

"Kenapa kalian seperti ngeliat setan?" keluh Rex. "Lulla? Tidak mau menolongku?"

"Aku saja ingin tau," kata Lulla, disambut dengan gelak tawa yang lain.

"Jadi, setelah menjadi putra Matt Emery ternyata kau adalah putra Randy Vankodia? Ysander kau sebenarnya siapa?"

"Aku saja bingung."

"Jadi benar kau anak yang diculik?"

"Mungkin saja."

"Kau beralih dari keluarga hebat ke keluarga hebat lainnya, tidak sesuai cerita roman picisan."

"Apa yang kau harapkan, boy?"

"Ayolah man! Harusnya setelah sekian tahun menjadi pangeran dan kau menyembunyikannya dari kami, ternyata kau adalah anak yatim piatu atau apalah? Itu akan membuatku puas menghinamu?"

Rahang Rex mengeras mendengar perkataan itu, "Apa salahnya menjadi anak yatim piatu?"

"Maaf, aku tidak bermaksud merendahkan, maksudku ya...kau mengertilah."

"Wartawan kampus mau mengangkat kisahmu ke buletin. Oh ya, bagaimana kalau kau menyewa bodyguard untuk menjagamu dari paparazzi. Kalau mereka tau kau sudah berkuliah mereka pasti akan datang seperti berang-berang."

"Untuk apa dia butuh bodyguard? Lupa ya kalau dia peraih medali emas karate."

Keributan mereka berhenti karena dosen masuk, Rex mencoba bersikap setenang mungkin.

Setelah kuliah teman-teman Rex menyeretnya dan mengerumuninya lagi, seakan tidak puas kalau belum mencecar pria itu dengan tanda tanya selama ini. Mereka berjalan menuju kantin, astaga bahkan Rex di dorong-dorong seperti seekor sapi.

"Kak." Sebuah suara lembut menyapa telinganya. Rex meremang. Dia melihat asal suara, tidak ada siapa-siapa. Ah dia bahkan berhalusinasi Canna memanggilnya. Rex belum sanggup bertemu Canna untuk saat ini, sekalipun dia sangat merindukannya. Dia takut, bukan takut pada papanya, tapi takut pada perasaannya.

"Kakak."

Rex menoleh lagi, bukan hanya dia teman-temannya juga. Rex segera berlari mendekati sosok itu.

"Canna. Kamu..."

"Kakak sudah kembali kuliah?" Senyumnya terlihat seperti biasa, tanpa kemarahan, rasa kecewa ataupun pertanyaan.

"Kenapa kamu ke sini?"

"Kakak nggak suka ketemu aku?" Dia berkata. "Pasti kangen kan?" Tawanya terdengar merdu.

"Iya kangen."

"Susah sekali sih bilang itu." Rex menahan nafasnya, dia menghembuskan kembali saat Canna menariknya.

"Kakak-kakak, Kak Rex aku pinjam dulu." Dia berteriak pada teman-teman Rex dan menarik tangannya. Rex segera melepas tangannya dan berganti menarik Canna.

Menyekap Rasa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang