Ngikutin Nara

1.4K 89 15
                                    

Nara berlari meninggalkan aula, semua orang menatapnya mengejek.

Ia terus memacu untuk lari walaupun dengan bobot 100 kg itu.

" Semua orang jahat ! gue benci ! mereka cuma liat yang cantik cantik... dasar manusia manusia laknat !" ucapnya.

Air matanya menetes ke samping lalu terbawa angin karena ia terus berlari. Sesekali disekanya air mata itu dengan tangan.

Hatinya perih, tertusuk , dan hancur. Apalagi tadi Rachel lah yang pertama kali menyorakinya.

" Kkkalau bukan gara gara tu anak jahat.... gue pasti ngak bakalan di ketawain sama semua orang tadi , sial !".

Sementara itu....

Raigan melewati sekerumunan orang yang berlalu lalang. Dalam hatinya terus berharap agar tidak kehilangan jejak Nara.

" Gua harus bergerak cepat... kasian ntu anak !" batinnya.

Ia juga terheran dengan Nara yang dengan tubuh 100 kg itu bisa berlari secepat itu.

" Kemana dia ya ? larinya cepet banget.... padahal tubuhnya sebesar itu " Raigan ngos ngosan sambil menekukkan lututnya sejenak.

Benaknya terus berpikir tentang tempat yang sudah pasti di lewati Nara.

Tiba tiba kepalanya seperti dapat bisikan sesuatu.

" Ohh iya... gerbang... ! dia pasti bakal lari keluar sekolah " ucapnya yakin dan terus berlari.

Karena takut tidak tepat waktu sampai ke gerbang, Raigan memilih jalur singkat yang dapat mempercepat waktu.

Dan benar saja, mata Raigan menyaksikan Nara yang hendak keluar gerbang.

Ia langsung berlari hendak mencegah Nara untuk pergi namun sepertinya waktu membuatnya terlambat beberapa detik.

Nara sudah lebih dahulu menaiki sebuah angkot dan ia tak tau angkot itu akan pergi kemana.

Dengan sigap Raigan berlari ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya.

" Lo jangan lari Nar.... gua bakal bantu lo " ucapnya sembari terus memacu mobilnya yang perlahan meninggalkan area sekolah.

Mobilnya terus melaju dengan kecepatan konstan . Beberapa kali ia hampir menyenggol dan menabrak kendaraan lain.

" DASAR KURANG AJAR ! "  umpatan orang yang memiliki mobil itu terdengar jelas ditelinganya.

" BODO AMAT !" teriak Raigan sembari membuka kaca jendela dan menjulurkan kepalanya.

Baru kali ini dia berani berkata kasar seperti itu kepada orang yang tidak bersalah hanya demi seorang gadis gendut dan jelek.

Dia terus membuntuti angkot yang ditumpangi Nara.

" Mau kemana anak itu ?" batinnya.

Sementara itu di dalam angkot Nara masih menanangis tersedu sedu.

Penumpang penumpang langsung menatapnya dengan tatapan aneh karena Nara naik angkot masih menggunakan kostum tari.

" Adek darimana dek... kok nangis ?" tanya salah seorang kepadanya sambil memegang bahunya.

Nara spontan menjawab dengan kata kata kasar.

" Saya tidak tau anda dan anda tidak tau saya ! jadi anda tidak perlu tau saya dari mana dan kenapa saya menangis " balasnya.

Orang itu membisu dan melepasakan tangannya dari pundak Nara.

" Ihh udah gendut, jelek, ehhh ternyata kasar , dasar gentong ! nyesel gue nanya tadi ama lo !" batin orang itu.

Orang di angkot menatap Nara sinis dan bertanya dalam hati masing masing.

"Ini anak gendut kenapa ya ?".

Raigan menatap angkot itu dengan begitu serius. Dia harap tidak akan kehilangan jejak.

" Gua harus fokus .... jangan sampe hilang.... kasian dah tu anak gendut !".

Tapi usahanya sangat disayangkan. Tiba tiba saja di persimpangan, lampu merah menyala dengan indahnya.

" Ahh... sial ! gua kehilangan jejaknya !" Raigan memukul stir mobilnya.

Matanya menatap lemas kepergian angkot yang ditumpangi Nara, tapi ia masih belum putus asa.

My girlfriend is fat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang