Aku sudah selesai mengantar Yeonjun ke rumahnya. Ia tinggal dengan saudaranya. Kakaknya berwajah tidak ramah, tetapi saat aku menjelaskan kejadian yang menimpa Yeonjun ia melunak. Berbalik saat pertama kali bertemu, rupanya kakaknya sangat ramah bahkan aku disuruh untuk tinggal karena sudah semakin malam. Tetapi aku menolak, tentu saja karena orang tuaku akan khawatir dan mencariku.
Hingga sampai rumah, ibuku sudah menunggu ku di ujung tangga sambil melipat kedua tangannya didada. Lalu aku menjelaskan serta memberikan bukti bahwa aku menolong seseorang dan tentu saja aku bercerita jika itu Yeonjunku. Aku kembali ke kamar setelah pamit dengan ibuku. Ayahku sedang lembur jadi hanya ibu saja yang hari ini menginterogasiku. Ya mereka memang orang tua yang posesif tetapi tentu saja itu mereka lakukan karena sayang kepadaku bukan.
Kurebahkan diriku dikasur setelah mandi dan mengganti pakaian. Ingatanku kembali saat aku mencoba untuk mengobati perut yeonjun. Aku memejamkan mata dan mengingat semua lekuk tubuh dan bagaimana kulit itu bisa seputih susu. Aku menelan ludahku. Katakan aku mesum memang iya. Aku akui tapi itu hanya terjadi jika aku memikirkan Yeonjun. Aku terus memikirkannya hingga aku terlelap.
***
Aku mendudukkan bokongku pada kursi, menghela nafas panjang dan mengusap wajahku kasar. Jadi ketua Osis itu ada baiknya dan tentu ada buruknya. Baiknya adalah kau bisa menggunakan kekuasaan mu, tentunya menjadi ketua, dan buruknya adalah tanggung jawab yang diberikan pun sama besarnya. Dan aku bisa menggunakan kekuasaanku untuk mengubah Yeonjun dan melindungi Yeonjun. Tetapi bukan berarti aku masuk Osis karena yeonjun, melainkan itu karena paksaan. Selain aku menang di wajah, otakku tidak terlalu buruk. Itu kenyataan.
Aku memejamkan mataku, kembali memikirkan apa yang membuat moodku sedikit membaik. Yeonjun adalah orang pertama yang muncul di ingatanku. Aku tersenyum begitu mengingat bagaimana aku selalu mengganggunya saat sedang merokok. Bagaimana aku sedikit menggodanya -tapi aku benar benar jujur dalam perkataanku. Bagaimana aku menolongnya saat ...
Aku langsung terlonjak dan sedikit tergesa menuju kelasnya. Bagaimana mungkin aku lupa dengannya? Osis membuatku cepat pikun, cih. Aku menuju ke kelas Yeonjun dan mataku menyapu seisi kelasnya. Tak menemukan dirinya disana, aku kembali berlari menuju halaman belakang sekolah. Dan aku membuang nafas lega. Ia tengah meminum susu kotaknya sambil menerawang. Sepertinya ia tak sadar jika aku menghampirinya.
"Selalu makan sendiri seperti ini?" Aku melihatnya sedikit terkejut.
"Ehm, bukannya kamu selalu memerhatikanku? Jadi kamu tahu jawabannya," ucapnya menoleh padaku, lalu pandangannya kembali menerawang. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Dan itu membuat hatiku menghangat. Berarti ia tahu tentang aku yang selalu memerhatikannya. Itu bagus.
"Omong-omong bagaimana lukamu?" tanyaku kembali.
"Sudah mendingan, terimakasih untuk yang kemarin, kurasa?"
Aku menoleh padanya dan menyerngitkan dahiku.
"Iya iya aku minta maaf, terimakasih untuk kemarin Soobin," ucapnya membuang muka. Aku sedikit terkejut ketika ia memanggil namaku. Ini pertama kalinya kurasa.
"Minta maaf dan berterima kasihlah dengan benar," ucapku.
Dia hanya diam mengacuhkanku. Aku pun berdiri dan mendekatkan diriku padanya. Kutarik dagunya dan aku melihat sedikit semburat merah tengah menghiasi wajahnya. Ia terkejut mungkin. Aku semakin ingin menggodanya. Kenapa ia begitu menggemaskan untuk seukuran lelaki? Ingin rasanya aku menerkam.
"Tatap aku jika kamu meminta maaf dan berterimakasih dengan benar Yeonjun." Aku menatap matanya dalam.
"T-terimakasih dan maaf ...,"bucapnya susah dan segera ia menepis tanganku yang berada pada dagunya. Aku melihatnya sedikit mengumpat dan itu membuatku terkekeh.
YOU ARE READING
Eternity (Soojun)
RomanceLucunya, Yeonjun yang pengen banget deket sama Soobin tapi gengsi, secara dia preman sekolah (juga karena masalah lain). Dan Soobin si ketua Osis yang bucin banget sama Yeonjun. BXB, Mature content!