14. Soobin

1.8K 186 11
                                    

Warn.

🔞.

"Bagaimana?"

Yeonjun menggeleng sekali lagi, mendengus kesal melihat coretan-coretan kertas di hadapannya. Sudah satu jam aku berada di rumah Yeonjun. Sudah satu jam pula kami berkutat dengan angka-angka matematika yang kata Yeonjun itu ruwet. Kupikir ia akan menyerah begitu saja bahkan ketika aku menjelaskan dari awal. Nyatanya, sampai sekarang meski dia mendengus, tetap tidak menyerah dan terus memerhatikan tulisan di depannya dengan dahi berkerut. Aku tersenyum, mengelus pucuk kepalanya sayang.

"Ya sudah ulang, aku bakal pelan-pelan, perhatikan ya?"

Aku mulai menjelaskan sekali lagi, dan terkadang Yeonjun menyela hanya untuk memperjelas ingatannya. Kami lakukan itu selama 15 menit. Sesekali aku memerhatikan Yeonjun yang menggerutu atau sekedar mengumpat hanya karena jawaban yang ia rasa salah, atau satu dari 5 soal yang kuberikan ia tidak bisa menjawab.

"Yeonjun, mau kubuatkan sesuatu?"

Yeonjun mendongak, menatapku dengan binar matanya.

Hm gemas.

"Ada jus jeruk di kulkas, dan cookies yang sudah matang di atas meja, aku ingin itu. Panaskan dulu cookiesnya?" ucapnya menjelaskan.

Aku mengangguk dan langsung berdiri, meninggalkan ia yang masih menaruh fokus pada soal-soal di depannya.

Aku menuju dapur, mengambil jus jeruk di dalam kulkas. Lalu mengambil sepiring cookies dan memanaskan nya selama dua menit.

Saat kembali ke kamar Yeonjun, kudengar ia sedang menerima telpon dari seseorang.

"Kakak menginap? Aku sendiri lagi?"

"..."

"Oke."

Aku menampakkan keberadaanku. Kulihat Yeonjun menggerutu. Bibirnya bergerak maju dan itu selalu membuatku candu akan pesonanya. Bibir yang sedikit tebal dan seksi begitu siapa yang tidak tahan untuk tidak mencium nya?

"Kenapa?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Kakak menginap di rumah pacarnya", balasnya dengan menunduk.

"Kamu tidak mau sendirian?"

Yeonjun memicing saat aku berkata seperti itu.

"Aku laki-laki. Ditinggal sendiri kan sudah biasa."

Aku menaruh sebotol jus jeruk dan cookies di atas meja belajar kami. Yang awalnya aku mengambil posisi duduk di hadapannya, kini aku mengambil tempat di sisinya.

"Rumah dengan dua lantai ini, pasti dulu banyak yang tinggal disini kan?"

Aku bertanya karena ingin memastikan sesuatu. Dan alasan lain, karena aku ingin tidak menjadi orang asing lagi di kehidupan Yeonjun. Maka, dengan segenap keberanian yang ku kumpulkan saat berada dirumah, aku harus memberanikan diri bertanya tentang hidupnya.

"Orang tuamu?" Aku bertanya lirih.

Kulirik yeonjun yang kini terdiam, masih memainkan penanya asal. Lalu menaruh pena tersebut dan menopang kepalanya dengan satu tangan, kemudian menghadap padaku.

"Orang tua ku bekerja, aku anak satu-satunya. Kakakku? Bukan kakak kandung, kakakku itu sepupu. "

Aku mengerutkan keningku.

"Kerja?"

Yeonjun mengangguk.

"Tapi aku tidak tahu mereka bekerja apa dan dimana, yang aku hanya tahu, mereka memberiku uang dan fasilitas, dan sepupuku menjagaku dengan aman."

Eternity (Soojun)Where stories live. Discover now