21. Yeonjun

1.7K 167 16
                                    

Aku mengusap peluh yang berada di dahiku dengan punggung tanganku. Rasanya gerah sekali padahal jendela kelas sudah terbuka lebar. Aku berdiri kembali menatap puas karya ku yang berada di bawah kakiku.

"Yeonjun, sepertinya kamu butuh bersihkan wajahmu deh." Itu Yeonghan -teman sekelasku, sekaligus ketua kelas. 

Hidupku akhir-akhir ini total berubah. Teman-teman kelas yang dulu segan kepadaku bahkan tidak ingin berbicara kini mencoba berbicara. Tidak sedikit pula ada yang mengajakku pulang bersama. Sekedar mampir ke game center atau makan ramen di warung makan terdekat di sekolah. Aku bahagia -tidak sebahagia saat bersama Soobin tentunya. Tapi aku bahagia dengan hidupku sekarang. 

Beberapa dari teman sekelas kini memandangku mengejek karena wajahku yang penuh dengan cat minyak kerjaan kami. Kami sedang membuat banner untuk stan makanan saat festival akhir semester nanti. 

Bagaimana dengan Soobin? Akhir-akhir ini kami jarang bertemu, jika bertemu biasanya hanya berpas-pasan di lorong atau saat jam makan siang berlangsung. Itupun dengan Soobin serta beberapa anggota Osis yang mengintil padanya. Kadang jika memikirkan kesibukan Soobin aku mendengus lelah. Bukan, bukan karena aku kesal karena Soobin tidak ada waktu untukku. Tapi, Soobin akan lupa dengan makan siangnya, atau pulang sekolah ketika hampir tengah malam. Seperti itu yang membuatku khawatir. Makanya terkadang, jika sempat aku akan membawakan makanan untuk Soobin. Biasanya aku akan menitipkan ke Yuna atau Huening Kai, karena cuman mereka yang kukenal dekat. 

Kenapa aku tidak memberikannya langsung? aku takut kejadian beberapa pekan lalu terulang kembali. Ingat kan saat aku mengantarkan makan siang, berakhir dengan aku yang berada di bawah kungkungannya. Sialan membayangkannya saja membuatku malu. 

"Makan siang dataaang," ucap Jungeun. Itu bendahara kami sekaligus sekretaris setia ketua kelas. Mereka biasanya di pasang-pasangkan karena Jungeun itu selalu menempeli Yeonghan kemanapun. Bahkan ia membelikan makan siang untuk teman-teman sekelas karena suruhan Yeonghan, bucin ya?

"Nih, Yeonjun. Makan yang banyak ya! Tidak usah sungkan," kata Jungeun sambil menyodorkan roti isi selai kesukaanku. 

Jungeun ini sebenarnya baik. Bukan, teman sekelasku sebenarnya baik semua kok. Cuman karena mereka diancam oleh Changbin dulu -waktu masih gencar-gencarnya aku di rundung. Mereka terpaksa tutup mulut dan hanya berbicara sebutuhnya mereka. Tapi saat kemarin ketua kelas meminta ku untuk membantu nya membuat banner kelas, tiba-tiba saja ia beserta teman-teman sekelas membungkuk dan meminta maaf kepadaku. Dan wajahku memerah. Kalau diingat-ingat aku malu sekali. Padahal mereka tidak perlu minta maaf. Toh itu juga bukan sepenuhnya kesalahan mereka. 

Kami bercanda seperti biasa, saat makan siang kami akan berkumpul untuk membicarakan hal seru. Dan aku nyaman, sangat nyaman. Apalagi ada Hangyul, Yeonghan dan Woojin. Mereka bertiga sih memang suka membuat suasana kelas nyaman dari dulu. 

"Terus bagaimana hubunganmu dengan Soobin?" celetuk Yeonghan yang tiba-tiba membuatku tidak sengaja menggigit lidah. 

"Ow kamu baik? jangan bertanya sembarangan sialan." Hangyul menyikut lengan Yeonghan. 

"Em, iya baik," jawabku lalu tersenyum. Sebenarnya tidak nyaman ditanya begini, aku takut mereka akan berpikiran yang tidak-tidak terhadap Soobin. Tapi,

"Tenang Yeonjun, perasaan tidak bisa disalahkan. Kami mendukungmu, jadi jangan khawatir untuk terbuka pada kami." Tiba-tiba Jeongahn ikut menimbrung. 

"Ash memangkan kamu otak homo dasar!" Woojin memberi gestur ingin memukul sedang Jeongahn hanya menjulurkan lidahnya. Kami terkekeh beberapa detik, lalu Yeonghan melanjutkan, "Iya Jun, tidak apa-apa. Kami nyaman-nyaman saja kok. Malah makin bagus kalau perasaan kalian bisa saling terbalas kan. Soobin sudah menyukai mu semenjak semester lalu."

Eternity (Soojun)Where stories live. Discover now