19. Yeonjun

1.5K 162 12
                                    

Aku takut. Sangat takut sampai aku melupakan rasa sakitku di bokongku saat memakai celana dalam yang sudah disiapkan oleh Soobin. Itu orang tua Soobin sudah pasti menatapku tidak suka. Tatapan itu pernah aku dapatkan dulu. Tentu sekarang aku tidak peduli bagaimana tanggapan orang-orang tentang kehidupanku. Namun saat tatapan itu dari orang tua Soobin. Entah kenapa perasaanku mendadak tidak enak. Aku melirik nampan yang berisi sarapan di atas meja nakas milik Soobin. Perutku memang sangat lapar tapi aku harus turun menemui orang tua Soobin dan menjelaskan tentang diriku dan dirinya. Aku takut citra Soobin di depan orang tuanya jelek. Hanya karena ia menyukai ku.

Aku menggigit bibirku menahan sakit saat bokongku bergesekan dengan celana jeans hitam milik Soobin. Memang terlihat longgar tapi tetap saja jika terkena pipih pantatku yang menekan area sempit di sela-selanya membuatku meringis sakit. Saat kulangkahkan kakiku menuju pintu kamar Soobin, saat itu juga pintu terbuka dan menampilkan sosok perempuan yang tadi aku lihat berdiri bersebelahan dengan ayah Soobin. 

Aku tidak tahu harus berbuat apa, benar-benar tidak tahu. Sampai saat perempuan itu menatapku penuh dengan raut wajah bingung, mataku mulai memburam. 

"Astaga, Nak! Soobin! lihat kekasihmu sekarang!" teriaknya.

Perempuan yang kurasa ibu Soobin kini tengah memegang pipiku lembut lalu mengusap air mata yang mengalir di pipiku. 

"Yeonjun kan? Kenapa menangis? Astaga."

Aku mengerjap. Menunduk dan mundur perlahan menjauh dari ibu Soobin. Mengelap air mataku yang terus mengalir. 

"A-aku," Saat ingin melanjutkan perkataanku. Soobin muncul dengan tergesa. Bisa dilihat dari cara ia mengambil nafas yang terputus-putus. 

Soobin mendekat, namun saat ia ingin meraih tanganku dan memelukku, aku semakin mundur dan menunduk. Aku takut, bagaimana jika ibu Soobin melihat Soobin memelukku? bagaimana jika ekspektasi ibunya terhadap Soobin runtuh saat itu juga?

Aku tidak tahu apa yang terjadi namun saat aku mendengar pintu ditutup, aku memberanikan diri mendongak dan menatap Soobin yang juga sedang menatapku. Aku melirik ke sebelah dan tidak menemukan ibu Soobin disana. Seketika aku berjalan dengan sedikit aneh, karena aku merasa begitu. Aku mengambil pakaian kotorku. 

"Apa kamu punya kantong plastik?" ucapku. Aku menggigit bibirku ketika mendengar suaraku yang sedikit bergetar. 

"Mau kemana?"

Aku memberanikan diri untuk menatap Soobin. Kulihat gurat wajahnya yang bingung tapi tenang disaat bersamaan. Apa ia baik-baik saja? Apa orang tua nya memarahinya?

"Aku ingin pulang, tidak usah diantar."

Soobin berjalan mendekatiku, tangannya terangkat untuk mengelus pipiku lembut. Pandanganku kembali memburam, dan tetes demi tetes air mata kembali membasahi pipiku. Jantungku berdetak cepat. Aku tidak ingin berpisah tapi aku tidak mau Soobin dibenci oleh keluarganya sendiri. 

"Kenapa menangis? Apa yang membuatmu begini Yeonjun?" Soobin berucap dengan sangat lembut. Sampai-sampai aku tidak bisa lagi menahan isakanku. Tangisanku semakin deras. Aku menumpahkan semuanya saat Soobin memeluk pinggangku lembut. 

"Maafkan aku. Maaf, Soobin orang tua mu pasti membencimu kan? maafkan aku." Aku meracau. Tidak membalas pelukannya, takut aku semakin tidak ingin meninggalkan Soobin. 

"Maaf aku tidak bisa menerima pengakuanmu, aku akan menghancurkan hidupmu Soobin, jangan temui aku lagi dan kamu akan hidup dengan sempurna."

Aku berusaha menjauhkan diriku dari Soobin, namun ia malah semakin mengeratkan pelukannya. 

"Hidupku sempurna jika denganmu, bahkan jika dunia menentang aku akan melawan dan melindungimu, tapi sepertinya untuk saat ini, semesta benar-benar mengizinkanku untuk hidup dengan pilihanku."

Eternity (Soojun)Where stories live. Discover now