33. Fear

1.2K 136 25
                                    



Happy Reading!




"Ini bukti CCTV itu." Ucapnya seraya memberikan sebuah flashdisk.

"Krystal?"

Dio memandang sendu wanita di hadapannya. Dengan jelas ia melihat kedua netranya sedang membendung air mata. Seperti sudah tak tertahankan.

"Kenapa Dio? Ini bukti kuat yang akan membuat orang yang sudah membunuh orang tua Jaehyun dihukum."

Dio masih terdiam. Sedang Krystal kali ini terisak tak sanggup lagi menahan air matanya. Ya, Krystal tahu semuanya. Ia tahu sejak dirinya tak sengaja mendengar percakapan telepon antara Jaehyun dan Dio semalam. Krystal mendengar semuanya, bahkan ia hampir tak bisa berdiri tegak seimbang ketika memegang dua gelas teh lemon panas di tangannya.

Dan setelah Jaehyun pamit pergi untuk rapat pagi tadi, Krystal cepat-cepat mencari rekaman CCTV itu dan segera membuat janji untuk bertemu dengan Dio.

"Ayahku telah melakukan kejahatan, dan dia harus dihukum." Lanjut Krystal seraya mengambil tisu yang Dio ulurkan.

"Tapi Krystal. Jaehyun sudah memutuskan untuk tidak menyertakan bukti it..."

"Jangan menurutinya." Potong Krystal membuat Dio terpaku memandangnya.

"Kumohon Dio." Krystal semakin terisak.

"Jaehyun melakukan itu karena aku kan? Dia tidak ingin aku tersakiti. Asal kau tahu Dio. Aku memang sangat terpukul ketika tahu bahwa ternyata ayahku yang menyebabkan Jaehyun hancur. Tapi satu hal yang membuatku semakin terpukul adalah, Jaehyun tidak memberitahuku. Dan memilih untuk mengubur bukti ini."

"Aku tidak ingin Jaehyun mengorbankan semua ini hanya untukku. Aku mohon Dio. Tolong bawa bukti ini di persidangan."

Dio mematung. Ia sangat bingung harus bagaimana. Ia begitu bimbang dan belum bisa memutuskan apa-apa.

-

Krystal menguatkan kepalan tangannya yang menggenggam, sampai buku-buku jarinya terlihat memutih sembari melangkahkan kakinya keluar dari area kafe tempatnya bertemu Dio tadi. Entah mengapa mendadak Krystal merasakan ada yang tidak beres dengan badannya. Perutnya seperti melilit. Selain itu kepalanya berdenyut nyeri sekali, bersamaan dengan rasa mual yang teruss terasa di perutnya.

Dengan gerakan tak terkendali karena menahan sakit, Krystal meraih ponselnya dengan gemetar dan mencari nomor seseorang untuk ia hubungi.

"Hallo? Siapa?"

"Ini aku Seulgi." Jawabnya menahan sakit yang semakin menjadi-jadi.

"Ah kau? Ini nomor barumu?"

"Iya. Emm Seulgi,"

"Kenapa? Ada apa dengan suaramu?" Panik Seulgi saat mendengar Krystal merintih.

"Seulgi perutku sakit sekali. Bisakah.. bisakah kau menolongku?"

"Apa? Kau dimana sekarang? Biar aku kesana." Tanya Seulgi terdengar cemas.

"Aku di jalan dekat kafe tempat kita biasa kesini. Tolong cepatlah aku sudah tidak kuat."

"Aku segera kesana."

Keringat dingin menetes dari dahi Krystal. Wajahnya berubah pias dengan tangan yang melingkar di perutnya. Ia semakin merasakan sakit yang luar biasa, hingga rasanya ia tidak bisa bergerak lagi, bahkan untuk sekedar menyangga tubuhnya sendiri.

Ia kesakitan seorang diri padahal kondisi jalan cukup ramai. Dio sepertinya sudah pergi. Ia tidak mungkin menghubungi Jaehyun. Khawatir mengganggu rapatnya. Saat ini satu-satunya yang ia tunggu adalah Seulgi, semoga Seulgi cepat sampai. Krystal tidak mau mati konyol di pinggir jalan hanya karena sakit perut.

MY HAPHEPHOBIA BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang