Tak Mengerti

38 9 0
                                    

Tampak bayangan Lisa mendekati ayahnya yang berdiri tepat di depannya.

"Ayah, kau tahu bagaimana rasanya dibuang dan tidak dipedulikan sama sekali?" Lisa tertunduk di depan ayahnya.

"Iya, dulu ibumu selalu menganggapku tak berguna. Tapi setelah ayah sukses, dia kembali pada pelukan ayah. Kau tahu, itu sungguh menyakitkan, Sayang." Tangan ayahnya menepuk pundak Lisa.

"Lalu apa yang kau perbuat agar dia menghargaimu lagi?"

"Kau jelaskan saja padanya. Tapi jika kau tak sanggup, berjuanglah dan buktikan bahwa kau patut dihargai dan dianggap ada!"

Lisa semakin mendekat dan memeluk erat ayahnya tersebut. Dia menangis dalam pelukan ayahnya. Kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Ciko masih memperhatikan gerak-gerik ayah dan anak itu dari luar. Dia bingung apa yang sebenarnya terjadi. Siapa yang membuang dan tak menghargai Lisa hingga dia seperti ini.

Beep beep beep...

Notifikasi dari ponsel Ciko mengejutkannya. Tangannya mulai mencari ponsel yang berada di saku celana. Setelah ketemu, dia langsung menyalakan layar ponselnya. Terlihat notifikasi pesan dari Arata.

Konbanwa, Ciko. Kau dimana? Sudah pulang dari rumah sakitkah? Aku mencarimu kawan.

Ciko langsung membalasnya sembari berjalan menuju rumah Mirai.

Ya, aku sudah di rumah Mirai. Kau tahu tidak rumahnya?

Tidak, kau jemput aku saja di depan stasiun dekat rumah sakit.

Baiklah, tunggu di sana. Aku akan segera datang.

Oke

Setelah percakapan berakhir, Ciko masuk ke dalam rumah Mirai untuk mengambil kunci mobilnya. Kemudian naik ke lantai atas untuk memberitahu Mirai bahwa ia akan pergi menjemput Arata.

"Mirai, kau sudah tertidur?" Ciko menyalakan lampu kamar.

"Belum, aku sedang membaca buku-buku ayahku. Memangnya ada apa?"

"Ah, ya sudah. Aku harus pergi keluar untuk menjemput Arata. Dia tak tahu rumahmu."

"Lalu dia mau apa di sini?"

"Mungkin dia akan menginap, kau tahu dia tinggal sendiri minggu ini karena pamannya kembali ke Nagoya untuk melangsungkan bisnisnya di sana. Makanya dia ke sini untuk menginap, dia benci sendirian."

"Ya, baiklah selama itu tidak menggangguku."

"Oke, terimakasih. Sampai jumpa."

Ciko bergegas turun untuk menyalakan mobilnya. Setelah itu dia melaju dengan cepat ke arah stasiun yang dimaksud.

Tepat di depan halaman stasiun, berdiri seorang pria dengan jas hitam legam dan tas ransel di pundaknya. Pria itu melambaikan tangannya ke arah Ciko. Dengan begitu, Ciko mendekatinya dan mendapati bahwa pria itu adalah Arata.

"Hey, kau menyeramkan sekali." Ciko membuka kaca mobilnya.

"Apanya yang seram? Aku kedinginan di sini, kau lama sekali." Arata menatap datar wajah sahabatnya itu.

"Tidak tidak, kau terlihat keren juga dengan jas itu. Kemarilah, kau mau tidur sendirian tidak?"

"Omong kosong! Jelas aku tak suka sendirian, sudahlah buka pintunya. Ini masih terkunci, brengsek."

Ohayou Mirai |[Sedang Direvisi!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang