Memanipulasi

108 17 0
                                    

Hari selanjutnya, kelas XI E terasa kosong bagai tak berpenghuni. Padahal, semua yang bernyawa dikelas tersebut sudah berkumpul di kelas yang terletak paling pojok itu. Sudah tiga nyawa yang melayang dikelas XI E. Kini hanya tersisa dua puluh dua murid.

Tepat jam ke tiga adalah jadwal pelajaran olahraga. Semua murid berhamburan ke atas untuk ganti baju. Kamar mandi yang dipakai tepat berada di lantai tiga. Ya, lantai paling atas. Sebenarnya ada dua kamar mandi yang letaknya di lantai satu, namun murid-murid yang kelasnya berada di lantai dua jarang memakai kamar mandi tersebut karena letaknya yang cukup jauh dari tangga yang menuju lantai dua. Mereka lebih memilih menggunakan kamar mandi yang ada di lantai tiga, karena untuk mencapai ke lantai tersebut sudah tidak memerlukan tangga lagu, melainkan lift.

Semua sudah berganti baju. Saatnya turun ke bawah untuk melakukan pemanasan dilapangan. Ketua kelas sudah bersiap dibawah. Ia menghitung satu persatu teman-temannya. Jumlah keseluruhan yang ada dilapangan hanya 21 orang.

"Dimana Mirai?" Tanya Ciko, sang ketua kelas.

"Dia tak mau mengikuti kegiatan ini, karena badannya kurang sehat. " Jelas salah satu temannya.

Semua berbaris dengan rapih menurut aba-aba ketua kelas. Semua lancar-lancar saja hingga bel istirahat berbunyi.

Tiba-tiba orang-orang berkumpul di depan tangga yang menuju lantai dua. Semua bertanya-tanya apakah yang terjadi. Seketika guru-guru pembantu dan ambulan jenazah datang ke lokasi. Guru-guru berlari menuju TKP dengan bantuan beberapa siswa laki-laki untuk menyingkirkan para murid yang menghalangi jalan. Perlahan terlihat banyak darah didepan tangga tersebut. Lalu, apakah yang sebenarnya terjadi? Seorang siswi perempuan kelas XI E tewas di tangga tersebut. Diduga ia tergelincir, padahal kondisi lantai saat itu sedang kering dan bersih.

"Oh, tidak! Kenapa ada yang sampai meninggal?! Padahal sudah ku hitung dengan benar bahwa semua murid lengkap kecuali Mirai yang tidak mengikuti pelajaran karena sakit. Lalu, siapa yang tewas? Bukankah hanya Mirai saja yang ada dikelas? Tapi kenapa dia ada disini?" Gumam Ciko.

Seharusnya Mirai lah yang tewas, karena hanya dia yang ada dikelas. Jika bel istirahat, mungkin Mirai berniat turun ke bawah menuju kantin, dan bisa jadi Mirai terpeleset. Sebentar, bukankah Mirai tak pernah keluar saat jam istirahat? Lalu, tak mungkin pula dia terpeleset, karena lantainya kering. Lalu siapakah yang tewas tersebut?

Akhirnya terungkap ketika Ciko menghitung kembali teman-temannya dari absen pertama. Jika absen satu sampai tiga sudah tewas, seharusnya absen empat ada di tempat. Namun, namanya dipanggil hingga tujuh kali tak datang-datang. Dan ternyata absen empat yang bernama Ichibi yang tewas di tangga tersebut.

Polisi berdatangan untuk menelusuri apa yang terjadi. Banyak murid yang ingin melihat langsung TKP. Namun, itu sangat mengganggu tugas polisi. Akhirnya para guru memutuskan memulangkan semua murid, demi kenyamanan dan keamanan penelitian.

Orang tua Ichibi mendatangi sekolah untuk menjemput jenazah anaknya tersebut. Isak tangis tak dapat direlakan, melihat kondisi badan putri mereka yang penuh darah dan badan yang bergesekan dengan anak tangga. Membuat wajah Ichibi hancur tak beraturan.

Siswi berparas cantik itu meninggal dalam keadaan mengenaskan. Para penggemar Ichibi tak rela bahwa idolanya telah tewas dengan cara seperti itu. Semua penggemar mendatangi rumah duka untuk berbelasungkawa, termasuk Mirai. Beda dari yang lain, ketika para anggota keluarga, teman, dan penggemar Ichibi menangisi kepergian gadis tersebut, Mirai hanya terduduk diam ditaman belakang rumah Ichibi sambil tersenyum.

Flashback on

Sebenarnya, Ichibi lah yang ada didalam kelas. Dan yang ada dilapangan itu adalah Mirai yang merubah wujudnya menjadi Ichibi. Mirai mengelabui Ichibi agar tidak dapat turun kebawah, berkali-kali ia menuruni tangga tak akan sampai kebawah. Alhasil, kaki Ichibi yang tak kuat lagi berjalan menuruni banyak anak tangga yang tak ada habisnya itu, membuatnya berjalan dengan tidak seimbang. Dan Mirai datang dengan kondisi yang sama seperti Ichibi saat terjatuh dari tangga. Dia terkejut dan langkahnya oleng hingga membuatnya terjatuh dan tergelincir dari tangga.

Polisi menduga ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Namun, polisi belum bisa mengetahui apa motif dari pelaku. Diduga motifnya adalah balas dendam. Atau bisa jadi karena kesalahan Ichibi sendiri, sebab ditubuhnya tak ditemukan bekas luka kekerasan.

Flashback off

Esok harinya, semua sudah berjalan dengan normal. Walaupun masih banyak yang trauma akibat kejadian kemarin. Sebelum jam pertama dimulai, Ciko berdiri didepan kelas memberi nasehat kepada teman-temannya agar selalu waspada ketika dirumah, sekolah, maupun dimana saja.

Dari belakang, Mirai menatap lembut wajah Ciko yang tampan dan berseri-seri itu. Rasanya bahagia sekali jika bisa menatap wajah Ciko walau dari kejauhan. Sekarang mungkin Mirai bisa berkesempatan untuk mendapatkan Ciko, karena Kurousagi sudah tiada. Namun, Mirai tetap saja malu-malu ketika berbicara bahkan bertatap muka dengan ketua kelas tersebut.

Bel jam pertama pun dimulai, Ciko segera menuju bangkunya yang hampir berdekatan dengan Mirai. Entah kenapa hari ini wajah Mirai terlihat pucat sekali, tangan Ciko tak sengaja mengenai tangan Mirai, amat dingin rasanya. Akhirnya sebelum guru datang, Ciko menanyakan keadaan Mirai, karena ia takut terjadi sesuatu lagi dikelasnya. Namun, bukannya menjawab, Mirai malah menunduk dan wajahnya terlihat memerah. Rasanya tak percaya jika orang yang disukainya, menanyakan kabar tentangnya.

"Ogenkidesuka? (bagaimana kabarmu?)"

"Mmh, aku baik baik saja:)"

"Benarkah? Wajahmu sangat pucat. "

"Oh, ini tak apa apa, tenang saja. "

Setelah ditanyai oleh Ciko dan diajak untuk ke UKS, akhirnya Mirai pun mau demi Ciko. Ciko mengantarkan Mirai sampai di depan UKS, dan sempat tersenyum kepadanya dengan pipi yang memerah pula. Keduanya saling bertatapan sebelum akhirnya berpisah.

Didalam UKS terasa sepi, Mira hanya berbaring di ranjang UKS. Dari bawah ranjang terdengar tangisan seorang gadis, membuatnya penasaran. Dia pun turun dan mencoba melihat apa dan siapakah yang ada dibawah ranjang. Suaranya semakin keras, bau anyir darah menyengat dimana-mana. Membuat Mirai tergiur dengan apa yang ada dibawah ranjang UKS tersebut.

Ternyata gadis yang menangis itu adalah... Ichibi yang tengah berbaring di bawah ranjang. Kondisinya mengenaskan, dengan wajah yang hancur penuh darah. Bajunya kotor dilumuri darah. Itulah sebabnya ruangan ini bau anyir bangkai.

Beberapa detik kemudian Ichibi menghilang dari bawah ranjang. Mirai hanya tertawa keras bahagia, namun wajah pucatnya dapat mencurigakan para warga sekolah. Agar tidak terlihat seperti mayat hidup, Mirai harus membunuh seseorang hari ini juga.













Konnichiwa Minna-san 👋
Jangan lupa tinggalkan jejak ya:)
Vote and comen!!
Jangan lupa ajak yang lain baca story OHAYOU MIRAI:">
Tasuketekudasai-Minna
Bantu author jadi seorang penulis ya🙏

Ohayou Mirai |[Sedang Direvisi!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang