Ketika bel istirahat, semua orang keluar dari ruangan yang mereka sebut neraka tersebut. Kecuali Mirai yang tetap duduk ditempat.
Di koridor sekolah tampak Lisa berjalan hendak menuruni tangga. Dibelakangnya berdiri Arata yang tak sabar menunggu Lisa turun. Sangking tak sabarnya, Arata langsung berjalan melewati Lisa dengan terburu-buru. Badan Lisa oleng dan hampir saja terjatuh dari tangga lantai dua tersebut, sebelum akhirnya ditahan oleh Arata sendiri.
"Hey! Kau ini apa-apaan sih! Asal lewat saja! Kau tak lihat aku didepanmu hah?!" Bentak Lisa pada laki-laki berwajah tampan itu.
"Ah maafkan aku, aku sedang terburu-buru. Sekali lagi maafkan aku!" Ucapnya sambil menatap wajah Lisa yang menawan.
"Bisa tolong lepaskan aku?" Matanya sinis menatap Arata.
"Ah iya iya, maaf aku sudah lancang memegangmu tanpa izin." Arata membungkukkan badannya didepan Lisa.
"Ya, aku memaafkanmu." Lisa tak peduli pada Arata dan meninggalkannya di tangga.
Arata mengejar Lisa yang sudah meninggalkannya. Dia berniat untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Hey, kau! Tunggu aku! Aku akan melakukan apa saja demi menghapus kesalahanku padamu!"
"Ah sudahlah, itu tidak penting bagiku. Lagipun aku sudah memaafkanmu. Sudah sana, katanya buru-buru."
"Baiklah. Terimakasih."
Arata berlari meninggalkan Lisa. Setelah itu Lisa baru tersadar, ia tak pernah melihat laki-laki itu disekolahnya. Tanpa peduli ia pun kembali berjalan menuju kantin sekolah.
♦♦♦
Bel pulang berbunyi, semua pergi meninggalkan kelas kelas mereka yang sangat menyeramkan itu, tak terkecuali Mirai. Ia teringat pesan Lisa agar menunggunya selepas pulang sekolah. Ia pun menunggu Lisa dikelasnya. Sembari menuliskan perasaannya pada bangku miliknya.
Kanashii
Kata yang tak pernah luput dalam benak Mirai. Ia selalu egois. Ia tak pernah merasa bahagia. Ia tak pernah bersyukur. Itu karena dia tak punya hati. Tak punya jiwa. Yang dimilikinya hanyalah tubuh rupawan seorang gadis Jepang.
Setelah menulis kata itu tepat di bagian bawah mejanya, ia terduduk di kursi belakang. Percayalah, setelah bekerja sama dengan Mereka, Mirai sangat jarang menangis. Ia menangis jika ia belum merasa puas dengan korban-korbannya yang ia bunuh. Kini Mirai terdiam di bangku lawas itu. Merenung memikirkan cara agar bisa membunuh teman-temannya dalam waktu singkat. Ia juga berfikir dua kali lipat jika ia akan membunuh Ryuto Ciko, laki-laki yang ia cinta setelah ayahnya. Sampai akhirnya Lisa memanggil namanya dari pintu kelas. Menyuruhnya segera pergi meninggalkan sekolah bersamanya. Mirai berjalan mendekati Lisa, mereka pergi menuju rumah mereka dengan menggunakan taksi. Sesampainya di depan rumah, Mira nampak sangat lesu. Ia membutuhkan energi untuk bisa beraktivitas. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Membunuh teman sekelasnya.
Belum sempat memasuki rumahnya, Mirai segera pergi untuk menuju ke sebuah rumah di persimpangan jalan di daerah Sakai, Osaka. Di sana berdiri beberapa rumah megah, namun masih kental dengan budaya Jepang pada umumnya. Mirai meminta untuk di turunkan di depan rumah mewah berwarna putih susu. Rumah milik teman sekelasnya, Rikuto Nakamura. Lelaki tampan dengan tinggi 170 cm yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Saat ini sedang ada pesta di rumahnya. Sebagian besar tamu yang datang adalah teman-teman sekelasnya.
Mirai menyusup masuk melalui jendela rumah Rikuto. Di tengah-tengah pesta yang meriah, Rikuto nampak sangat bahagia. Namun dering telepon seluler yang berbunyi membuatnya kesal. Ia pergi ke lantai atas untuk mengangkat telepon.
"Ya, dengan Rikuto Nakamura . Ada yang bisa ku bantu?" Ucapnya mengangkat telepon.
"...." Tak ada jawaban dari seberang telepon.
"Hallo? Ini siapa? Hallo? Bisa bicara tidak?!" Rikuto tampak kesal, ia pun mematikan teleponnya.
Setelah itu ia hendak kembali ke bawah. Namun, sesuatu menariknya dari belakang. Ia menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis dengan lengan panjangnya berdiri di samping jendela menarik tubuh Rikuto. Gadis itu tak memiliki wajah yang sempurna, matanya merah serta mengeluarkan darah, di pipinya bak daging di cabik-cabik dengan benda tajam, sehingga darah keluar dari mana saja. Kukunya amatlah panjang dan tajam, sampai menancap di tubuh Rikuto.
Rikuto di tarik menuju ke arah gadis tersebut. Tepat di depan wajah gadis itu, Rikuto sempat akan berteriak namun jari panjang gadis mengerikan itu masuk ke dalam tenggorokan Rikuto dan memotong pita suaranya. Rikuto di banting kesana kemari dengan tangannya yang sangat panjang hingga tubuhnya lebam dan berdarah karena terkena benda-benda tajam di ruangan tersebut. Setelah di rasa cukup, gadis itu mulai menyeret Rikuto yang tak berdaya ke arah jendela rumah Rikuto. Ia pun melempar Rikuto setelah membanting tubuh lelaki tampan itu berkali-kali di dinding luar bangunan tersebut hingga tubuhnya hancur. Rikuto di temukan tewas terjatuh dari lantai dua rumahnya dengan bagian tubuh yang tak sempurna lagi. Dinding rumahnya yang berwarna putih susu kini berubah menjadi merah darah. Semua orang yang melihat jasad Rikuto tak sanggup menahan tangis. Ibunya memaksa hendak memeluk jasad anaknya itu yang kini sudah hancur. Ia menangis terisak-isak, amat menyedihkan orang-orang yang mendengar tangisannya. Orang-orang berusaha menenangkan Ibu Rikuto. Namun apalah daya, wanita paruh baya itu tetap teguh untuk memeluk erat tubuh Rikuto, mengambil darah Rikuto yang berceceran dimana-mana dan mengusapkannya pada tubuhnya sendiri.
Setelah beberapa lama, akhirnya Ibu Rikuto pingsan tak berdaya di samping jenazah anaknya, dan orang-orang mencoba mengangkat tubuh ibu Rikuto dan membawanya ke rumah sakit. Namun, tak satupun orang di sekitar yang mau mengangkat tubuh Rikuto, mereka takut melihat wujud Rikuto yang mengenaskan tersebut, kepalanya saja sudah hampir putus. Sehingga, ayah Rikuto mencoba menelpon pihak berwajib untuk membawa jenazah Rikuto ke rumah sakit untuk di autopsi.
Setelah kejadian itu, seluruh pembantu di rumah itu mulai membersihkan tembok rumah tersebut yang kotor terkena bercak darah. Orang-orang masih tak percaya bahwa Rikuto tewas mengenaskan, padahal beberapa waktu sebelumnya ia masih ceria saat di pesta. Orang-orang juga bingung mengapa lelaki mapan itu bisa meninggal seperti itu. Dan siapa pembunuh Rikuto? Mengapa ia tega sekali dengan lelaki itu.
Entahlah, orang-orang terdekatnya hanya bisa mendoakan yang terbaik agar Rikuto tenang di alam sana.Hai! Buat teman-teman yang ingin mengajukan pertanyaan kepada author tentang cerita ini atau yang lain silahkan komen:D nanti thor bakal bikin satu part khusus buat jawab pertanyaan-pertanyaan kalian:) makasih^^
Jangan lupa untuk selalu vote, komen, dan share cerita ini ya\(^0^)/

KAMU SEDANG MEMBACA
Ohayou Mirai |[Sedang Direvisi!]
HorrorKisah kehidupan siswi SMA yang telah membunuh anggota keluarganya. Dia tak tahu harus berbuat apa setelahnya. Kegelisahan, ketakutan, dan kegelapan menyelimuti dirinya. Kehidupan gadis tersebut berubah setelah seseorang menemuinya. Namun, rasa men...