Beberapa menit setelah Kaito meninggalkan ruangan itu, mereka saling mengemasi barang-barang mereka. Lisa tak lupa menelpon Ciko untuk mengantar mereka pulang. Dia tahu, Ciko yang harus menanggung jawab semua ini.
"Hallo, Ciko. Kau di mana?" Lisa sedikit berteriak karena bunyi bising yang mengganggu.
"Ah iya, ini aku. Aku di depan rumah Arata. Ada apa?" Jawab Ciko dari seberang telpon.
"Arata, bagaimana dia? Apa yang sebenarnya dia lakukan tadi pagi?" Lisa mulai bertanya-tanya dalam benaknya.
"Sudahlah, ku ceritakan nanti saja. Memangnya ada apa kau menelponku? Sesuatu terjadi pada Mirai? Jangan-jangan kau menyakitinya, ya!"
"Hey!!! Apa-apaan, aku justru memberimu kabar baik. Kita akan kembali pulang, jadi kau harus kemari mengantar kami pulang."
"Yang benar saja?! Kau becanda ya! Mana mungkin dia boleh pulang secepat itu. Memangnya sudah ada dokter yang mengizinkanmu?" Nada bicara Ciko semakin meninggi.
"Kalau tak percaya, ke sini saja! Kaito-san baru saja mengatakannya. Sudahlah cepat ke sini. Kami malas berlama-lama di sini," Lisa terlihat kesal.
"Baiklah-baiklah. Tunggu aku di sana," mungkin karena terlalu kesal, Lisa langsung mematikan telponnya sebelum Ciko mematikannya.
Kemudian mereka melanjutkan beres-beres mereka. Semua terasa sudah lengkap. Hanya tinggal menunggu Ciko datang. Di sela-sela itu, Lisa merasa harus pergi ke kamar mandi. Ini kesempatan bagus untuk mencari Hina.
Mirai mulai berkeliling taman mencari hantu gadis kecil yang tadi sempat kesal padanya. Beberapa saat ia belum bisa menemukannya, namun suara teriakan anak kecil membuatnya terkejut dan mencari tahu sumber suara.
Suara itu berasal dari seorang balita yang tengah menangis di samping ayunan. Dia terlihat ketakutan. Beberapa ibu-ibu mendekati anak itu sembari bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Dia menggangguku, dia selalu mendorongku saat aku bermain. Aku tak suka dia." Jawabnya sembari mengarahkan jemarinya ke arah tiang ayunan.
Mirai langsung menatap ke arah yang ditunjuk, didapatinya hantu gadis itu. Dia melayang di samping tiang dan bersikap seperti gadis kecil yang ketakutan. Dia terlihat akan menangis.
"Tak apa, dia tak bermaksud mengganggumu. Dia hanya ingin bermain bersamamu. Namun kau tak menyukai itu bukan? Sudahlah, maafkan dia. Lihat, dia juga sama takutnya denganmu bukan?" Mirai memegang pipi balita itu dan tersenyum tipis.
Balita itu hanya mengangguk, namun orang-orang di sekelilingnya menatap heran. Mereka saling bertukar pandang, tak mengerti apa yang dua perempuan ini katakan. Dan akhirnya mereka perlahan pergi meninggalkan dua perempuan aneh itu.
Setelah itu, Mirai mendekati tiang ayunan. Menggelengkan kepalanya pada hantu perempuan kecil yang sedari tadi menatapnya takut.
"Maafkan aku Mirai-san," dia masih terlihat takut.
"Tak apa. Sudahlah kita harus pulang. Ciko sudah menunggu kita di depan mungkin."
"Apa?! Tapi aku masih senang di sini," Hina sedikit membuka mulutnya.
Mirai tak merespon ucapan Hina, dia pergi meninggalkan hantu imut itu. Karena merasa harus benar-benar pergi, Hina merelakan. Dia dengan cepat mengejar langkah Mirai yang masih tertatih.
"Sayonara!" Teriak balita yang sedari tadi berada di samping ayunan.
Hina memutar kepalanya menatap balita itu dengan meringis. Baiklah itu cukup menakutkan dengan sedikit darah di antara gigi-gigi kerompong Hina hingga membuat balita itu kembali menangis.
Hina tak mempedulikannya, dia hanya terus mengejar Mirai. Sampai akhirnya mereka tiba di basement. Di sana terlihat Mirai yang terduduk di salah satu kursi panjang. Dia membawa sebuah koper di sebelahnya. Mungkin itu barang-barang yang dibawa Lisa, karena tak mungkin Mirai serepot itu di rumah sakit. Hina mendekatinya sembari duduk di samping Mirai.
"Hey kau yakin pulang hari ini?" Hina menatap gadis itu dengan tatapan polosnya.
"Iya benar, kau di sini saja. Kita hanya menunggu Ciko datang."
"Baiklah," kakinya di ayunkan ke depan dan belakang.
Tak lama kemudian, Lisa menyeret seorang laki-laki yang mengaduh kesakitan. Tak salah lagi dia adalah Ciko.
"Lihatlah, dia lama sekali bukan!" Gertak Lisa.
"Maafkan aku, tadi macet sekali. Kumohon maafkan aku." Ciko hampir saja berlutut di depan Lisa.
"Sudahlah, ayo pulang," Mirai sudah tak mau lagi basa-basi, dia meninggalkan dua orang itu.
"Dia marah! Itu salahmu!" Lisa menunjuk-nunjuk Ciko dengan mengerenyitkan alisnya.
"Hey apa-apaan! Sudahlah, berurusan denganmu tak akan ada habisnya! Lebih baik aku mengejar Mirai yang belum sepenuhnya sembuh. Dasar pengacau!" Ciko menepis telunjuk Lisa yang masih mengarah padanya.
Mendengar kata-kata terakhir yang diucapkan Ciko, Lisa terdiam. Dia merasa sangat bersalah. Hatinya begitu kacau setelah mendengar perkataan itu. Tangisnya hampir saja pecah, namun berhasil ia terka dengan telapak tangannya. Lisa memilih mengejar mereka berdua, daripada harus tertinggal dan pulang dengan taksi.
Sesampainya di tempat parkir, Lisa melihat Mirai tengah di gendong oleh Ciko agar bisa masuk ke mobil dengan mudah. Awalnya Lisa heran, kenapa harus di gendong? Padahal Mirai hanya sakit pada leher dan tangannya, bukan? Namun, gadis itu hanya memperhatikan dua sahabatnya dari jauh. Dia tak mau mengacaukan apapun lagi.
Setelah di rasa aman, Lisa mulai berjalan mendekati mobil yang dibawa Ciko. Namun, belum sempat sampai di samping mobil, mobil itu justru lebih dulu berjalan meninggalkan Lisa. Gadis itu terkejut dan berlari mengejar mobil Ciko yang sudah melaju kencang keluar tempat parkir itu. Lisa sudah mencoba berteriak sambil melambaikan tangan, namun mobil itu tetap melaju dengan kencangnya. Dia hanya bisa berlutut pasrah, menyerah akan keadaan. Dia tau Ciko sangat marah padanya. Tapi seharusnya dia tak berbuat seperti itu pada gadis yang berteman erat dengan Mirai itu.
Kini tangisnya tak kuasa ia tahan, banjir pula seluruh permukaan kulit pipinya itu. Dia menyesal dengan apa yang ia perbuat.
"Kenapa dia melakukan ini? Kenapa? Apa aku sungguh menyebalkan sampai dia tega meninggalkanku seperti ini?!" Lisa mengusap air matanya dengan halus.
Hayoo yang cuma baca tapi g nge-vote :v
Vote sama komennya mana? Masa iya jadi silent readers mulu:v
Kesian author nyari ide berhari-hari tapi ga dihargai dong:(

KAMU SEDANG MEMBACA
Ohayou Mirai |[Sedang Direvisi!]
TerrorKisah kehidupan siswi SMA yang telah membunuh anggota keluarganya. Dia tak tahu harus berbuat apa setelahnya. Kegelisahan, ketakutan, dan kegelapan menyelimuti dirinya. Kehidupan gadis tersebut berubah setelah seseorang menemuinya. Namun, rasa men...