Aku Melihatnya-2

56 15 0
                                    

Mereka menghabiskan waktu sorenya untuk menikmati sunset, ditemani seorang pria yang tak mereka kenal sebelumnya. Sampai hari sudah mulai gelap, mereka pergi meninggalkan taman indah itu. Mereka berkeliling di pulau yang terkenal dengan tempat tempat olahraganya itu.

"Ngomong-ngomong dimana rumah kalian?" Tanya Kaito.

"Rumah kami bukan di pulau ini, tapi di pusat kota. Kau?" Jelas Lisa.

"Rumahku sebenarnya bukan di sini, aku tinggal di apartemen di sebelah restoran steak. Aku di sini hanya untuk melakukan hobiku."

"Oh."

"Hey, kalian lapar? Aku punya rekomendasi restoran di Osaka yang buka 24 jam."

"Ah, sebenarnya sudah dari siang aku ingin makan. Hahaha, itu karena bekal yang ku bawa tak cukup untuk kita berdua. Kau bisa membawa kami ke tempat itu?"

"Ya, tentu saja."

Jalanan besar mereka lalui hingga akhirnya sampai di sebuah restoran. Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam untuk menikmati hidangan malam di restoran yang bernama Sukiya Nishikujo itu. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, mereka pergi meninggalkan restoran tersebut.

"Hei! Mau ku antar pulang?" Ucap Kaito.

Lisa menatap Mirai sebentar, lalu mengangguk pada Kaito. Merekapun pulang diantarkan oleh Kaito hingga depan rumah.

"Terimakasih banyak atas tumpangannya!" Lisa membungkukkan badannya di depan Kaito diikuti Mirai.

"Terimakasih kembali sudah menerimaku mengantar kalian. Yasudah aku harus pulang, ibuku sedang sakit. Sampai jumpa lagi!"

"Ya, baiklah! Sampaikan salam kami pada ibumu!"

"Iya terimakasih. Ah! Tunggu sebentar, bolehkah aku minta nomer teleponmu? Kau bisa memanggilku jika ingin mengunjungi tempat-tempat menarik!"

"Baiklah."

Setelah percakapan mereka selesai, Kaito meninggalkan mereka. Mirai menatap sejenak sahabatnya itu, sambil tersenyum. Lisa membalas senyumannya dan masuk ke dalam rumahnya.

***

Hari sudah berganti pagi. Orang-orang terbangun untuk mengerjakan pekerjaannya di hari sibuk ini. Tak terkecuali Mirai. Dia bangun sangat pagi dan mulai membereskan barang-barangnya, setelah itu pergi ke rumah Lisa untuk menjemputnya.

"Ohayou! Lisa kau didalam?" Mirai mengintip dari lubang kunci.

Seseorang mendekati pintu, dan mulai membuka pintu. Seorang bapak tua berdiri di belakang pintu dengan raut wajah yang tak bahagia.

"Mirai, anakku tak bisa datang sekolah hari ini. Dia sedang demam, bolehkah aku menitipkan suratnya padamu?" Ujar bapak tua yang sebenarnya ayah Lisa itu.

"Baiklah, sampaikan salam ku padanya, Pak! Selepas pulang sekolah aku akan menjenguknya." Sembari membungkukkan badannya.

Ayah Lisa menyerahkan suratnya dan Mirai pun pergi ke sekolah. Dia berjalan melewati jalanan besar, dia tahu bahwa jasad Kaori masih berada di gang yang biasa dia lewati, oleh sebab itu dia tak mau melihatnya lagi.

Setelah sampai di sekolah, Mirai mendatangi kelas Lisa terlebih dahulu untuk meletakkannya di meja guru, setelah itu pergi ke ke kelasnya. Suasana kelas sangat ramai karena hari ini banyak tugas yang seharusnya sudah dikerjakan. Ya, kau tahu sendiri, orang-orang malas akan mengerjakan tugasnya di tempat kerja tak terkecuali seorang murid. Hampir sebagian teman-teman di kelasnya sibuk menyalin tugas milik yang lain. Hanya beberapa orang yang duduk terdiam dan berbincang-bincang dengan temannya.

Mirai yang sedari tadi duduk sambil membaca buku, tiba-tiba didekati oleh Tanaka Sumiko, salah satu temannya. Ia nampak gugup dan berkeringat. Setelah beberapa saat, akhirnya Sumiko angkat bicara.

"Mirai.. apa kau sudah menyelesaikan tugas-tugasmu?"

Mirai yang tengah menunduk itu sedikit menengadah menatap ke arah gadis berkacamata tersebut. Kepalanya mengangguk sedikit.

"Mirai, bolehkah a.."

Mirai langsung memberikan buku-bukunya pada Sumiko. Gadis culun itu rupanya tidak menginginkan buku-buku tersebut. Ia menolaknya dengan halus.

"Mirai, maafkan aku. Aku hanya ingin kau mengajariku tentang ini." Sambil menunjuk ke salah satu tulisannya.

"Jadi begini, ........ "

Mirai menjelaskannya secara rinci hingga Sumiko terkagum.

"Ya ampun kau pintar sekali Mirai! Aku kagum padamu! Kenapa kau tak mengikuti beberapa ekstrakulikuler yang bisa membuatmu tambah pintar! Apalagi jika kau mengikuti lomba-lomba seperti olimpiade dan sebagainya. Kau pasti bisa juara Mirai! Jika kau juara kau pasti akan terkenal dan orang-orang akan menganggap kau jenius."

Ucapan Sumiko membuat orang-orang disekitarnya terusik, namun tetap saja tidak peduli. Sementara itu Mirai hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak mau orang-orang mengenalnya, karena itu akan membongkar rahasia-rahasianya.

"Kenapa? Padahal aku sangat ingin terkenal seperti..."

" Sudahlah jangan bahas dia lagi. Aku muak dengan gadis manja itu." Ucap Mirai lirih.

"Hey! Kau bisa membaca pikiranku?! Kau sungguh gadis idaman Mirai.. sekarang aku justru ingin sepertimu."

"Ohayou Minna!" Sapa seorang wanita paruh baya dari depan pintu.

Seketika itu juga murid-murid yang tadinya sibuk dengan urusannya masing-masing langsung duduk ke tempatnya semula. Semua terdiam hingga Ciko menatap teman-temannya. Dan semua langsung paham akan maksud Ciko.

"Ohayou!" Jawab seluruh siswa di kelas tersebut.

"Baiklah aku akan memulai pelajarannya. Ciko! Kumpulkan semua tugas yang kuberikan pada kalian minggu lalu." Pinta wanita yang bernama Chie itu dengan nada tinggi.

Dengan segera Ciko berkeliling ke seluruh kelas untuk mengambil tugas-tugas temannya. Ketika sampai di meja Mirai, dia sedikit heran. Murid yang lain terlihat gugup dan takut, tapi Mirai hanya terlihat biasa saja, bahkan tanpa ekspresi. Ciko mengambil tugas-tugas Mirai sambil menatap gadis pendiam itu. Setelahnya Ciko langsung memberikan semua tugas pada Bulan Chie. Beberapa saat setelah Ciko pergi, wajah Mirai tampak memerah namun tetap tanpa ekspresi.

Hai! Buat teman-teman yang ingin mengajukan pertanyaan kepada author tentang cerita ini atau yang lain silahkan komen:D nanti thor bakal bikin satu part khusus buat jawab pertanyaan-pertanyaan kalian:) makasih^^
Jangan lupa untuk selalu vote, komen, dan share cerita ini ya\(^0^)/

Ohayou Mirai |[Sedang Direvisi!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang