Speechless; 3

2.9K 311 2
                                    

Jikalau memang Jaemin berniat datang kembali ke Korea adalah menemui Johnny. Mark masih bisa memakluminya, namun, jika dia terus mencoba menemui pria Kanada itu, menurutnya tidaklah wajar.

Mereka tidak lagi memiliki hubungan. Sedikit rasapun tidak sama sekali, hatinya seperti ditusuk oleh beribu pisau belati oleh Na Jaemin-seseorang yang sangat ia cintai; ia percayai; ia hargai; ia anggap segalanya; menjadikannya layaknya ratu-namun apa balasan Na Jaemin?

Membalaskannya dengab menumbuhkan trauma kepada seorang Lee Minhyung. Oh, ayolah, Mark memiliki hati, begitupun Na Jaemin. Dan tolong, untuk tidak membawa hati jika ingin-sekedar-bermain-main, rasanya sangat menyakitkan.

"Kau baik-baik saja, Mark?" itu Moon Taeil. Masih ingatkah kalian dengan pria teman kerja Mark ini?

Mark mendongkak, lalu mengangguk kecil. "Aku baik-baik saja Hyung, tidak perlu khawatir."

"Syukur jika kau baik-baik saja, tapi pastikan juga jika kondisi hatimu sama baiknya dengan kondisi fisikmu,"

Perkataan Taeil seakan-akan bertujuan agar Mark mengakuinya. Jujur saja, Taeil tidak ingin melihat teman kerjanya terus seperti ini.

"Ah iya, luangkanlah waktumu akhir pekan nanti, dan datanglah ke rumahku. Ya katakan saja ini adalah sebuah pesta kecil untuk merayakan libur akhir tahun ini," ujar Taeil.

Mark menaikan sebelah alisnya. "Hm, bagaimana ya ... apa, Jaehyun Hyung dan Doyoung Hyung datang juga? Sudah lama tidak bertemu mereka," tanya Mark.

Taeil mengangguk. "Akan kupastikan mereka hadir, ayolah. Ini perkumpulan teman sewaktu SMP-SMA, pastikan kau mengajak Taeyong, jika aku yang ke bar itu, bisa-bisa Johnny memarahiku," ungkap Taeil.

Mark mengangguk. "Baiklah aku akan hadir, dan akupun akan mengajak Taeyong Hyung, dengan adanya Taeyong Hyung pesta akan semakin nikmat, hehe."

Taeil tersenyum lantas mengangguk. "Baiklah, ah iya, tolong periksa berkas ini, sebentar lagi kau akan diangkat menjadi sekertaris karena sekertaris yang dulu telah dipecat," ujar Taeil.

Mark melongo. "Apa maksudmu Hyung? Mana mungkin aku," bantah Mark.

"Ya tentu saja kau. Kau tahu kenapa dia dipecat? Katanya sih sikapnya terlalu centil pada Johnny, akupun muak melihatnya, aku percayakan semuanya kepadamu ya, Sobat!" Taeil keluar ruangan, menyisakan Mark dengan pekerjaannya yang makib menumpuk saja.

"Ya Tuhan, impianku semakin dekat, namun pekerjaannya semakin sulit saja. Kuatkanlah aku,"

©jylmrk

Akhir pekan telah tiba, sepulang dari kantor, dirinya langsung melesat menuju kediaman Moon Taeil, tentunya bersama Taeyong. Jikalau ada Taeyong, maka akan ada Ten di sisinya, lagian Mark tidak enak dengan pria cantik itu.

"Tae, apakah aku benar-benar harus datang ke pesta itu bersamamu?" cicit Ten.

Taeyong menoleh ke belakang. Lalu tersenyum, mencoba menyalurkan ketenangan pada sang kekasih, yang umumnya tidak dekat dengan para alumni, ya sekalipun Ten pernah satu sekolah bersama mereka juga sih.

Mark menepi saat sudah melihat rumah mewah Taeil. Lalu mengikuti langkah Taeyong dan Ten dari belakang, sambil menggulungkan lengan kemejanya.

Setelah selesai dengan urusan kemejanya, ia berjalan santai. Ruangan sudah penuh oleh para alumni, Mark malah menyisir rambutnya menggunakan tangannya sendiri ke belakang (kalau di Sunda, itu namanya ngagolep).

Beberapa pria nampak terkejut dengan si tampan mark, beberapa wanita lainnya melongo tidak percaya. Jangan tanyakan Na Jaemin saat ini, ia sudah berusaha mengatur detak jantungnya.

"Mark, kau sudah mulai nakal nyatanya." Jaehyun menghampiri Mark, lalu menyodorkan segelas bir kepadanya.

"Maksudmu, Hyung? Aku tidak mengerti," Setelah mengucapkannya, Mark meneguk bir itu, tidak sampai habis.

"Lihatlah sekelilingmu, memperhatikanmu seperti mereka memang ingin diterkam olehmu," ujar Jaehyun.

Mark menatap sekelilingnya, dengan sebelah alis yang dinaikan. "Diterkam katamu Hyung? Menerkan berpuluh-puluh orang? Aku tidak memiliki energi sebanyak dirimu yang bisa menerkam Doyoung Hyung dari malam hingga pagi," ujar Mark.

Jaehyun tertawa, tidak terlalu kencang. Sedangkan Mark mendelik sebal. Mark meminum sisa bir digelasnya, lalu menatap sekitar lagi, sungguh, suasana sangat kikuk saat ini.

"Ah iya, kau tahu soal Na Jaemin yang tiba-tiba menyetujui untuk datang padahal awalnya dirinya menolak?" tanya Jaehyun membuka suara.

Mark menggeleng, "Jaemin bukan lagi urusanku, Hyung."

Jaehyun menghembuskan nafas. "Kata Taeil sih begitu, saat mendengar bahwa dirimu akan ikut, Jaemin malah berubah pikiran."

"Begitu ya. Ah, kudengar kau akan menjadi seorang ayah? Benarkah itu?" tanya Mark antusias, pasalnya dirinya memang ingin mendengar kabar bahagia ini, setelah bosan dengan keluhan Jaehyun mengenai Doyoung yang tak kunjung hamil.

Jaehyun tersenyum malu, lalu mengangguk kecil, sedikit malu-malu.

Mark membulatkan matanya. "Woah! Selamat Hyung, aku turut bahagia karena setidaknya, aku tidak lagi mendengar keluhanmu mengenai Doyoung Hyung yang tak kunjung hamil." Mark menghembuskan nafas lega seraya mengelus dadanya.

Jaehyun memukul kepala Mark, tidak terlalu keras namun cukup sakit. "Aww, apa salahku Hyung?" akhir kata Mark menggerutu kesal, namun tak terlalu terdengar oleh Jaehyun, omongannyapun tak terlalu jelas akibat terlalu cepat mengomong.

"Kau ini, padahal, bilang dari dulu jika kau bosan mendengarku mengeluarkan keluh kesah, akupun tidak akan mengutarakannya padamu." Jaehyun menatap Mark sinis.

"Oh, jika aku mengatakannya, aku yakin Hyung pasti akan menghajarku habis-habisan dengan kata-kata mutiaramu itu Hyung, sungguh, aku tak sanggup jikalau itu keluar," ucap Mark.

Jaehyun menatap Mark kesal, namun tiba-tiba Doyoung datang menghampiri Jaehyun, membuatnya mengurungkan niatnya untuk menghajar habis pria kelahiran Kanads itu.

"Aku mencarimu Jaehyun, sudah kukatakan untuk menunggu di tempat dan tidak beranjak. Kau ini memang bandel ternyata," Doyoung datang, sembari menjewer telinga Jaehyun.

"Aww, ampun Doyoung ampun, ini sakit," mohon Jaehyun.

Sedangkan Mark sudah mati-matian menahan tawa. "Kalau begitu, aku permisi dulu, Doyoung Hyung, juga Jaehyun Hyung."

"Ah iya, aku turut bahagia ya, Doyoung Hyung. Juga, aku turut prihatin padamu, Jaehyun Hyung," setelahnya Mark beranjak santai, mengingat bahwa Jaehyun sedang mengalami siksaan dari istrinya itu.

"Awas saja kau, Lee Minhyung-aww, sakit Doyoung," Jaehyun mengusap telinganya yang memerah.

"Mau kau apakan hah si Mark itu?"

©jylmrk

kamipun turut prihatin padamu, Jaehyun:p

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang