Speechless; 20

1.8K 136 17
                                    

"Mark kenapa?" Jaehyun menatap aneh kepergian pria Kanada itu.

"Mungkin sesuatu terjadi, raut wajahnya khawatir, dan kutebak bahwa detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat," sahut Jaemin.

Doyoung menatap sedih punggung Mark yang tidak terlihat. Jaemin dan Jaehyun yang sadar akan raut wajah Doyoung pun menenangkan hati pria itu, maklumi saja, Doyoung mungkin ngidam makam malam bersamanya.

"Makan bersamanya bisa lain kali bukan? Ini pasti hal pen—"

"Pentingnya Mark hanya pekerjaan, tak jauh dari itu," Doyoung memotong perkataan Jaehyun.

"Menurutku itu tidak benar Hyung. Beberapa hari yang lalu Mark Hyung meminta solusi soal itu, dan aku berkata jika ia berada di rumah, gunakan untuk istirahat. Ini pasti diluar pekerjaan, reaksinya berbeda," ucap Jaemin.

"Jangan membelanya Na. Aku tahu itu, pekerjaan adalah hidupnya Mark. Huh, menyebalkan," Doyoung menyuapkan sesendok makanannya dengan perasaan kesal.

Jaemin tak mampu membantah. Jaehyun pun demikian, biarkan Doyoung mendengar langsung alasannya dari Mark sendiri. Ya hanya Mark yang bisa meyakinkannya saat ini, lihat saja, Jaemin yang profesinya sebagai psikolog saja ia tak percayai, apa lagi suaminya yang hobi berdusta itu. Ups.

Makan malam berlalu dengan canggung, Doyoung yang masih merasa kesal langsung mengurung dirinya di kamar sendirian. Jaemin yakin bahwa Doyoung di dalam kamar tidak akan melakukan apapun, tapi kasihan Jaehyun yang tak salah apapun. Ia terus mengetuk pintu berharap Doyoung membukakannya. Bahkan setelah satu jam berdiri di depan pintu kamar pun, Doyoung tak kunjung membukanya.

Terpaksa Jaehyun tidur di kamar tamu. Tak sengaja, ia melihat Jaemin sedang berbincang lewat telepon bersama seseorang. Wajahnya berseri dan ceria. Jaehyun tak dapat memastikan, tapi ia mendengarnya dengan samar bahwa Jaemin berucap nama Hyunjinie ditengah obrolan mereka.

Jaehyun bodo amat saja. Toh, itu Jaemin, walau dia menginginkan Jaemin kembali bersama Mark. Bukan artinya ia harus melarang Jaemin untuk dekat dengan pria lain. Biarkan saja pria itu merasakan kasmaran dengan pria lainnya. Ya itu hidup Jaemin, ia tak berhak untuk melarang-larangnya.

Jaehyun memasuki kamar tamu. Duduk di sofa yang disediakan. Pikirannya tertuju pada Doyoung. Sejak hamil, Doyoung menjadi suka mempermasalahkan hal kecil, bahkan terbilang tidak seharusnya dipermasalahkan. Doyoung menjadi gampang menangis dan emosi yang tak dapat diduga, begitu juga dengan mood-nya. Makanya, Jaehyun harus berhati-hati nan sabar menghadapi istrinya yang super sensitif.

Ia menatap jendela, langit malam yang dihiasi bintang begitu cantik dipandang. Baru saja menutup mata hendak tertidur, ponselnya berdering. Mark meneleponnya.

"Hyung, kenapa Doyoung Hyung tak mengangkat teleponku?"

"Dia marah mungkin. Aku saja tidak diizinkan masuk ke kamarnya."

"Astaga, aku berada di rumah sakit. Ibu Jisung tiba-tiba pingsan, tolong jelaskan pada Doyoung Hyung."

"Tunggu. Bisakah kau mengucapkannya lagi? Aku akan berdiri di depan pintu kamar, dan menyetelnya dengan sangat kencang. Bisa?"

"Ide bagus. Tentu bisa,"

Jaehyun lantas berlari ke depan pintu kamar Doyoung. Suara ponsel Jaehyun bahkan full. Berharap Doyoung mendengarnya.

"Cepat katakan lagi," bisik Jaehyun.

"Hyung, tolong katakan pada Doyoung Hyung bahwa aku sedang berada di rumah sakit. Ibu Jisung tiba-tiba pingsan dan saking paniknya, aku pergi tanpa pamit," Mark sedikit berteriak.

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang