Speechless; 8

1.8K 219 5
                                    

Ponsel Mark lagi-lagi berdering. Sedangkan si pemilik berdecak kesal. "Tidak bisakah dia menunggu?"

Nomor itu lagi.

"Cepatlah, aku tidak menjamin bahwa Doyoung dan anak yang dikandungnya akan baik-baik saja,"

"Jangan berani menyentuh Doyoung Hyung! Atau kau akan tahu akibatnya,"

"Aku hanya mengatakannya saja,"

Mark menutup teleponnya. Menghembuskan nafas panjang, guna meyakinkan diri bahwa dirinya juga Doyoung tidak akan apa-apa. Ini hanya sekedar ancaman yang sudah bisa terbaca oleh Mark. Ya mungkin.

Mark menendang pintu gudang. Bangunan ini terletak di ujung kota yang jauh dari ingar-bingar keramaian kota Seoul.

"Aku di sini, Lee Minhyung yang kau inginkan bukan? Sekarang, tunjukan wajahmu! Dan kembalikan Doyoung Hyung!" teriak Mark.

Mark celingukan kesana kemari, matanya was-was penuh kecemasan. Tak sadar sudah mulai gelap, Mark mulai berjalan mendekat ke arah pintu lainnya.

Namun, baru saja ia memegang knop pintu, seseorang lainnya membekap mulut Mark. Mark kaget itu pasti, namun yang lebih kagetnya lagi, ia melihat Doyoung dengan kondisi yang tak bisa dibilang baik-baik saja.

"Mmphhh!" Mark berusaha memberontak, ia ingin memeluk Doyoung dan menenangkannya.

Bayangkan, luka di pelipis serta lengan sangat banyak, ditambah tapak cabukan jelas dilihat Mark, wajah Doyoung yang terpejam dengan sudut bibir kirinya mengeluarkan darah. Doyoung sedang mengandung!

"Sudah kukatakan, aku tidak dapat memastikan bahwa Doyoung baik-baik saja, Minhyung. Jangan salahkan aku," ujar pria lain, Mark bisa melihat bahwa pria itu tersenyum kecil.

Doyoung seakan-akan enggan membuka mata dan melihat Mark ada di depannya. Mark sungguh bingung. Tapi dirinya yakin, bahwa para penjahat ini tidak melukai janin Doyoung.

"Begini, aku akan melepaskan Doyoung, tapi kau harus ikut bersamaku," ujarnya.

Mark menoleh kaget. Akhirnya mulutnya dibuka oleh, entahlah, Mark tidak mengenalnya, semua wajah asing, terkecuali orang yang berhadapan dengannya sekarang, pria bertopeng hitam.

"Kau itu sangat licik. Aku bisa menebus Doyoung Hyung dengan uang, kenapa kau tidak menginginkan uang?" suara Mark meninggi.

"Uangku sudah banyak. Jadi, untuk apa aku memintanya? Aku hanya ingin kau, Minhyung. Seperti banyak orang luar di sana, aku ingin kau menjadi milikku."

Sial. Jantung Mark berdegup lebih cepat, keringat mengucur deras di pelipisnya, tubuhnya sedikit gemetaran, bahkan matanya nyaris menjatuhkan air mata.

"K-kau, s-siapa? Me-menjauh!" Mark mundur secara tidak sadar. Kini ia benar-benar menangis. Mark terjatuh, dan tetap mundur hingga punggungnya menabrak dinding. Ia memeluk kakinya sembari menangis sesegukan.

Mark yang malang.

©jylmrk

"Apa Mark akan baik-baik saja?"

Yuta menghembuskan nafasnya. "Oh ayolah Jaemin, ini sudah kesekian kalinya kau bertanya seperti itu, tidakkah kau bosan? Yakinlah bahwa Mark akan baik-baik saja. Bukankah awalnya kau sangat bergantung pada Lucas juga Jungwoo? Tapi, sekarang, coba lihat dirimu, kemana kepercayaan dirimu Jaemin? Ayolah,"

Jaemin menunduk, "aku hanya takut mereka memanfaatkan phobia Mark,"

Yuta diam. "Tunggu, Mark mengidap Philophobia bukan? Ketakutan berlebih akan jatuh cinta. Kenapa aku baru ingat sekarang?! Mereka bisa menang kalau begitu Na!"

Jaemin mendongkak, kaget dengan pernyataan Yuta. "Lalu kita harus bagaimana Hyung?"

"Korea. Pergi ke Korea adalah hal tepat untuk sekarang Jaemin, kau adalah seorang psikolog, dan aku pun begitu, bukan?"

"Baiklah."

©jylmrk

"Posisi Mark memojok di bangunan gedung. Apa terjadi sesuatu?" Jungwoo—si detektif—berkata pada Jaehyun juga Lucas.

"Para pelaku tidak mengaktifkan ponsel mereka. Ponsel Doyoung Hyung sulit dihubungi, namun masih bisa terlacak. Melihat dari sisi keduanya, ponsel Doyoung Hyung ditinggal di suatu tempat, yang letaknya agak jauh dari tempat Mark sekarang," ujar Lucas.

"Berarti, tempat penyekapannya bukan di gedung itu? Melainkan tempat kecil yang jauh dari Seoul ini?" tanya Jaehyun sembari menunjukan tempatnya.

Lucas menatap layar monitor sedangkan Jungwoo dan Jaehyun fokus menatap Lucas. "Kemungkinan besar, iya. Jungwoo, kau bisa mengirim pasukanmu mengecek tempat ini bukan?" tanya Lucas.

Jungwoo mengangguk, "tentu saja, aku bisa."

Setelah menyuruh beberapa orang untuk memeriksa tempat. Jungwoo menatap ponselnya yang bergetar sedari tadi. Spam chat dari Yuta.

Yuta Hyung
Jungwoo, aku dan Jaemin menuju ke Korea. Tolong pastikan Mark dan Doyoung baik-baik saja.

Satu pesan itulah yang membuat Jungwoo kaget. "Apa dari kalian ada yang memberi tahu Yuta Hyung atau Jaemin?" tanya Jungwoo.

Jaehyun dan Lucas kompak menggeleng. "Lalu bagaimana caranya mereka bisa tahu soal ini?" Jungwoo menunjukan chat-nya bersama Yuta.

Lucas dan Jaehyun saling tatap. Ketiganya masih bingung mengapa Yuta dapat mengetahui soal ini, jika memang ada yang memberi tahu, tapi siapa? Tidak ada yang mengetahuinya selain mereka. Termasuk Johnny dan Taeil.

"Apa mungkin ..." Lucas membesarkan matanya.

Jaehyun segera menepis pemikiran Lucas. "Tidak! Mereka bukan pelakunya, jika memang iya, tapi kenapa? Maksudku, masuk akal saja jika Jaemin melakukannya supaya mendapatkan Mark, tapi kenapa harus Doyoung? Apa hubungannya?"

"Jaehyun benar. Rasanya mereka bukanlah pelakunya, namun mereka tahu siapa pelakunya."

©jylmrk

pppfffttt puendek buanged guile. Maap euy, biar panjang chpternya awokwok:p

jdi. Siapa yang punya pabji di sini? Cungkan kakinya. Jangan lupa follow instagram jyl karena di sana ada banyak bocoran soal cerita di draft jyl loh.

Instagram: @jylmrk.wattpad

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang