Speechless; 15

1.7K 164 3
                                    

"Gimana soal sidang nanti, Win?" tanya Yuta.

Winwin mengangkat bahu tanda tidak tahu. Winwin sendiri sudah tahu apa akibat dari perlakuannya.

"Segitu bodo amatnya?" tanya Yuta lagi. Winwin mendesah kecil.

"Terus aku harus gimana? Lagian, aku juga membuat kesalahan, ya aku harus bisa nanggung akibatnya, dong." Winwin menyeruput minuman dingin di tangannya, menatap langit malam hari, gelap tanda bintang.

Yuta diam, ada benarnya apa kata Winwin. Winwin tak mempermasalahkannya, soal Haechan sendiri, dirinya akan menjalani tes kejiwaan, jika kejiwaan Haechan memang terganggu, maka dirinya akan dibebaskan dari penjara namun harus tinggal di rumah sakit. Katanya begitu.

Hening sejenak. Yuta berdeham, suasana makin terasa canggung. "Maaf," suara lembut Yuta mengalihkan pandangan Winwin.

"Buat apa?" tanya Winwin seraya menatap wajah Yuta.

Yuta menghembuskan nafas. "Aku pernah bilang kamu psikopat kan? Untuk itu, aku minta maaf," ujar Yuta.

Winwin terkekeh. "Udah lah, gak usah dipikirin. Lagian, bukan cuma aku yang masuk di dalam skenario drama Haechan, hampir semua temen-temen juga masuk," ujar Winwin.

Yuta tersenyum, menatap Winwin. "Makasih ya, Double Win."

Winwin mengangguk. "Aku suka waktu kau memanggilku Double Win, terdengar lucu saat kau yang mengatakannya." Winwin menimpali.

"Benarkah?" Yuta memiringkan kepalanya, menatap wajah Winwin yang sedang menghadap ke arah padatnya kota.

Winwin mengangguk, lalu menoleh ke pada Yuta. "Tentu, terdengar lucu, makanya aku suka saat kau memanggilku dengan panggilan Double Win."

"Hm, kalau begitu, aku jadikan nama kesayanganku untukmu saja. Yang lain tidak berani memanggilmu demikian bukan?" ujar Yuta.

"Hm. Gimana ya," Winwin berpikir, jari telunjuk kanannya ia ketukan pada dagunya sendiri.

Sedangkan Yuta menahan mati-matian untuk tidak menerkam si manis ini. "Boleh lah," jawab Winwin.

Yuta diam, tidak bersorak sorai, menatap langsung mata Winwin yang bersinar. Winwin sama-sama menatap Yuta yang tersenyum, sedetik kemudian, Wiwnin cemberut.

"Kenapa?" tanya Winwin.

"Kalau aku bilang, aku mencintaimu, lagi. Bagaimana?"

"Oh, jadi selama ini kau berhenti mencintaiku ya?"

"Bukan begitu. Maksudku, kalau aku kembali memperjuangkan cintaku ini, bagaimana?"

Winwin menopang dagu Yuta. "Tidak usah. Tanpa memperjuangkan, hatiku sudah menerimanya lebih dulu, Yuta. Karena dulu, kau telah membuktikannya."

Yuta diam membeku. Lalu tersenyum kecil.

Yuta mendekatkan wajahnya pada Winwin. Sangat dekat sampai keduanya dapat merasakan embusan nafas satu sama lain.

Yuta mencium bibir Winwin. Winwin tidak terkejut, setelahnya Winwin menerima ciuman Yuta dan membalasnya. Tangan Winwin dikalungkan pada leher Yuta.

Ciuman terlepas, mata keduanya kembali beradu. "Will u be mine?" tanya Yuta.

Winwin tersenyum kecil. "Yes, i will."

Yuta kembali mencium Winwin dengan romantis, bukan karena nafsu, tapi karena keduanya telah mengungkapkan perasaan satu sama lain.

Rooftop apartemen Mark menjadi saksi bersatunya cinta Yuta dan Winwin.

©jylmrk

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang