Speechless; 19

1.5K 136 9
                                    

"Loh, Paman makan malam bersama?" Jisung refleks berkata demikian saat menatap Mark berjalan ke arah meja makan.

Mark mengangguk. "Tentu, kata psikolog itu, aku harus istirahat," ucap Mark.

Jisung mengangguk. "Silahkan duduk Paman,"

Mark menarik satu kursi, lantas duduk. Jisung dan sang ibunda sibuk menyiapkan makan malam bersama sang majikan, sedangkan ayah Jisung duduk bersama Mark, berbincang hangat.

Makan malam sudah siap. Mereka menyantapnya dengan khidmat. Jisung mencuri pandang ke arah majikannya. Setelah makan malam, Mark memutuskan menonton televisi di ruang tengah.

Di susul oleh Jisung, sambil mengerjakan tugasnya. Mark sesekali membantu Jisung yang kesulitan, mengarahkannya agar mendapatkan jawaban.

Hari kian larut, Jisung masih saja mengerjakan tugasnya. Mark sendiri asyik dengan film aksi yang terpampang itu. Jam menunjukan pukul setengah dua belas malam, Jisung ketiduran.

Mark baru sadar setelah ia beres menonton. Senyum kecil terpatri di wajah Mark. "Anak ini," ujarnya.

Mark membangunkan Jisung agar pindah ke kamarnya, namun Jisung tak kunjung bangun. Mark memutuskan untuk menggendong pria itu menuju kamarnya, menidurkannya lantas menyelimutinya.

Mark membiarkan buku-bukunya tergeletak di ruang tengah, takut ada yang salah. Ia berjalan menuju kamarnya, lantas tertidur.

©jylmrk

Suasana riuh di kediaman Mark terdengar saat pagi hari. Jisung terlambat bangun dan tak sempat membantu ibunya memasak, setelah mandi ia langsung berangkat tanpa sempat sarapan.

Mark tidak heran, toh Jisung tidur larut sekali, ditambah sangat sangat nyenyak.

Mark sendiri hari ini ada rapat penting dan harus buru-buru, makanya Mark meninggalkan sarapan paginya sama seperti Jisung.

Mark sampai di kantor tepat pukul tujuh pagi, ia menemani Johnny rapat penting itu. Setelahnya, mereka kembali berbincang mengenai rapat tadi, akan ada diadakan rapat lagi nanti—entah hari apa. Sambil berjalan ditemani Taeil, mereka memutuskan makan siang.

Jujur saja, selama rapat, perut Mark minta diisi. Mengingat posisinya sekarang, ia seperti seorang nyamuk. Lihat tempatnya, di meja khusus, dan hanya bertiga.

"Menyebalkan," bisik Mark.

Tak sengaja, Taeil mendengarnya. Ia lantas menoleh, "kenapa?" tanya Taeil.

"Aku jadi nyamuk," jawab Mark. Johnny sudah tertawa kencang, sedangkan Taeil menghembuskan nafas.

"Makanya, cepat jadian dengan Nana," sahut Taeil.

"Apa sih Hyung?"

Johnny masih tertawa. "Kau ini, haduh perutku sakit, apa yang dikatakan Taeil benar. Toh Nana juga masih menyukaimu, tak ada salahnya bukan?"

"Ya tidak salah sih. Tapi, ya memangnya Nana mau bersamaku lagi? Tahukan dulu aku memfitnahnya," ujar Mark.

"Kau tidak memitnah, toh memang Jaemin yang melakukannya, tapi dengan unsur disuruh. Nana pasti mau denganmu, lihat saja tampilanmu, tampan juga tajir. Siapasih yang tidak mau lelaki sepertimu?" sahut Taeil.

"Ekhem." Itu Johnny, Mark dan Taeil menatap Johnny, mereka lantas tertawa.

Makanan datang, mereka makan bersama. Mungkin Johnny benar, Jaemin masih mau bersama Mark. Hanya saja pandangan pria itu terlalu merendah, ia pikir karena dulu pernah memfitnah Jaemin, pria itu tidak akan mau padanya.

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang