Speechless; 18

1.5K 139 30
                                    

Ingat saat Mark terakhir kali ke Kanada? Dan menerima kenyataan pahit.

Setelah kejadian itu, beberapa bulan kemudian, ibunya yang menyusul ayah Mark. Mark terpukul bukan main, sekarang, harta warisnya semua ada pada Mark—anak satu-satunya keluarga Lee.

Mark pikir, ini adalah awal cerita dengan buku baru. Ia harus menulis rangkaian kisah hidupnya, lagi. Tanpa ibu dan ayah.

Pikirannya tetap pada pendiriannya bahwa kedua orang tuanya kecapekan. Mark selalu berpikir begitu, dan sekarang ia selalu istirahat dengan cukup.

Tiga bulan setelah ibunya meninggal, dan lima bulan setelah ayahnya meninggal, Mark memutuskan pindah ke rumah tepat—bukan apartemen lagi.

Rumahnya cukup luas, dengan dua lantai juga terisi beberapa kamar, diantaranya satu kamar utama, dua kamar anak, dua kamar tamu, dan beberapa kamar pekerja. Juga dilengkapi kamar mandi disetiap kamar tidurnya.

Satu ruang kerja, satu ruang baca, ruang tamu, ruang tengah, dapur, garasi, gudang, dan halaman belakang. Ini sudah sangat mewah untuk Mark yang tinggal seorang diri.

Hanya ada dua pekerja di sini, keduanya sudah menikah dan dikarunai anak, panggil saja Han Jisung. Umurnya masih sekitar tujuh belasan, Mark tidak tahu pasti, namun percayalah, anak itu kini sudah menjabat sebagai mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Korea.

Jisung loncat kelas karena kepintarannya, dan diterima dengan beasiswa penuh dari pemerintah, dari awal hingga akhir sekolah. Katanya, Jisung masuk ke jurusan Fisika di sana, kepintarannya dalam hal hitung-menghintung lah yang membuatnya loncat kelas seperti tadi.

Mark sendiri tak tanggung-tanggung akan menghidupi kebutuhan Jisung. Bukan karena prestasi, tapi Jisung adalah penerus negara, ini harus dijaga.

Soal pekerjaan Mark, ia sudah tangani dengan baik, tak lagi banyak cuti. Jaemin sendiri sudah membuka kantor konseling sendiri. Selama lima bulan ini, banyak yang terjadi, banyak merubah seseorang juga, termasuk Mark.

Ah iya, kabar baik datang dari keluarga Jung. Katanya mereka memutuskan untuk mengadopsi anak, dan beberapa minggu setelahnya, Doyoung menunjukan bahwa ia positif hamil.

Anak adopsinya dinamakan Jung Taehyun, anak manis berusia kurang dari lima tahun itu resmi menjadi bagian keluarga Jung setelah beberapa hal yang harus diurus oleh mereka—Jaehyun dan Doyoung.

Mark turut bahagia, keluarga Han pun demikian. Apa lagi Jaemin yang sangat antusias menyambut kehadiran Taehyun juga kabar Doyoung kembali hamil. Usia kandungan Doyoung menginjak tiga bulan.

Seperti saat ini, Mark sedang menghabiskan waktu malamnya dengan bekerja di ruangan kerjanya. Mark adalah pekerja keras, ia akan mementingkan pekerjaannya, namun harus seimbang dengan waktu istirahatnya.

Pintu diketuk.

"Paman Mark," itu suara Jisung, Mark tahu.

"Silahkan masuk," sahut Mark. Pintu dibuka, Jisung membawa nampan berisi makan malam, tak lupa obat mag-nya—beberapa hari ini mag Mark kambuh.

"Ibu menitipkan ini," ujar Jisung lalu meletakannya di atas meja.

Mark mengangguk. "Terimakasih, katakan pada Ibu mu, bahwa aku pasti memakan obatnya," ucap Mark yang dibalas anggukan oleh Jisung.

Pintu kembali ditutup, namun kini ponsel Mark yang berdering. Itu Jaemin, akhir-akhir ini mereka sering berbincang, Mark sedang stress dan membutuhkan tempat curhat seperti Jaemin, apa lagi Jaemin adalah seorang psikolog.

"Iya?"

"Hyung lupa akan janji kita? Aku sudah hampir tiga puluh menit menunggu,"

"Tunggu, janji apa?"

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang