Speechless; 5

2.3K 253 10
                                    

Terakhir kali Mark bertemu Na Jaemin adalah saat dirinya menjadi sekertaris. Tidak, Mark tidak mencintai Jaemin. Dirinya tetap mengidap philophobia, bagaimanapun itu. Sedekat apapun dirinya dengan orang lain, dirinya pasti menyelipkan sedikit jarak, termasuk pada Taeyong.

Mark hanya ingin mengucapkan terimakasih saja. Itu sudah cukup. Sudah lebih dari dua hari Jaemin tidak datang ke kantor Johnny seperti biasanya, ia juga tak dapat menanyakannya pada Johnny karena bukan urusan kantor.

Jika bertanya pada Taeil, apa mungkin pria kelahiran 94 itu tahu mengenai Jaemin? Tidak, sekalipun Johnny adalah teman dekat Jaemin.

Mark duduk dibangku ruangannya. Memeriksa beberapa lembar dokumen yang sebentar lagi selesai itu. Tidak mungkin dirinya harus mengorbankan pekerjaannya hanya karena Jaemin.

Ingat kan apa kataku saat awal? Pekerjaan adalah segalanya. Dan Mark tidak mau membagi waktu antara pekerjaan dan Jaemin, sungguh sangat sulit.

Dirinya memang keras kepala, namun baiknya, perusahaan mendapatkan untung besar dari sifat kerja keras sekaligus keras kepala Mark. Itulah baiknya dia.

Satu notif pesan masuk, namun Mark tidak melihatnya sama sekali. Bahkan, ia membuat ponselnya dalam keadaan silent. Saking tidak mau diganggu.

"Mark, makan siang bersamaku dan Johnny?" tawar Taeil.

Mark tampak berpikir. Lalu menggeleng. "Bawakan aku satu kimbab dan minumannya saja Hyung, seperti biasa, nanti aku ganti," ujar Mark.

Ini sudah kesekian kalinya Taeil ditolak oleh Mark. Tidak menyakitkan namun ia makin khawatir oleh kondisi Mark, tidak ada yang tahu jelas mengenai pria kelahiran Kanada itu. Seakan-akan identitasnya hanya orang penting dan khusus yang mengetahui jelas soal dirinya.

Mark merehatkan otaknya. Lalu melirik ponsel, dan seketika teringat akan pesan spam tadi. Ia membuka aplikasi chatnya, satu nama familiar muncul, dan banyak lainnya yang menchat Mark sekedar memberi ucapan selamat.

Nana
Hyung, bagaimana hadiahnya? Ah iya, maaf karena tidak sopan. Saat kau sibuk dengan banyak orang, aku diam-diam memasukan nomor ponselku ke ponselmu, siapa tahu berguna sewaktu-waktu jika kau memerlukan konseling. Hehe

Mark
Ah, aku sempat heran. Hadiahnya bagus, sangat terpakai, terimakasih atas jam tangannya Nana. Jika aku sedang stress nanti, akan kuhubungi kau.

Nana
Baiklah. Sampai nanti Hyung!

Mark menutupnya. Taeil masuk membawa pesanan Mark. "Tidak usah dibayar, katanya anggap saja perkataan terimakasih dari Johnny," ujar Taeil.

Mark mengangguk lalu mengucapkan terimakasih. "Ah ini, data pengeluaran bulan kemarin, tolong kembali periksa sebelum Johnny memintanya," ujar Taeil sambil menyodorkan satu map berisi lembaran kertas penuh kata itu.

Mark mengangguk. "Aku mengerti, percayakan saja padaku Hyung," Setelah Taeil pergi, Mark memakan kimbab lalu meneguk air mineral.

"Na Jaemin, seorang psikologi ya?"

©jylmrk

Mengubah impian itu tidaklah mudah. Perlu persiapan matang—apa lagi jika berubah pikiran saat kita sudah mempersiapkan semuanya.

Mark merasakan hal serupa. Saat impian menjadi Sarjana Hukum atau tepatnya Jaksa berubah menjadi pekerja kantoran. Ia bahkan tidak pernah memikirkannya.

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang