Speechless; 7

1.9K 223 11
                                    

Seperti dugaan. Pekerjaan Mark menumpuk setelah hari pernikahan Johnny dan Taeil. Pekerjaan Taeil diserahkan pada Mark, sedangkan pekerjaan Mark sendiri makin menumpuk.

Ya Tuhan, rasanya Mark ingin tenggelam saja.

Mark masih berkutat dengan layar monitor, kali ini para pekerja mengirimnya lewat email, dan separuhnya mengirim secara cetak alias berbentuk dokumen.

"Tolong antarkan makan siangku," Mark kembali menutup teleponnya. Mark begitu sibuk, sampai-sampai jam makan siang pun harus ia undur.

"Pesananmu, Mark,"

Mark masih menatap layar monitor, menekan-nekan keyboard dengan cekatan oleh jari-jari lentiknya. "Terimakasih," ujar Mark.

Sudut matanya bisa melihat kalau sang orang di depan cemberut. "Apa kau sesibuk itu sampai tidak mengenali suaraku?" ujar pria tersebut kesal.

Mark mendongkak, mengangkat sebelah alisnya. "Oh, Haechan? Maaf, aku sedang sibuk," ujar Mark kembali menatap layar monitor.

Pria tadi yang ternyata Haechan itu makin memajukan bibirnya beberapa senti. "Ya sudahlah, sampai nanti!"

Padahal, Haechan berharap Mark bertanya kenapa dirinya ada di sini, sedang apa dirinya di sini. Ah, Mark tidak dapat diajak kompromi untuk hal ini. Mungkin, inilah kelemahan Mark. Kurang peka terhadap keadaan.

Mark menghembuskan nafas, setelahnya ia mendapat telepon dan beberapa spam chat dari Doyoung.

"Ya Hyung?" lagi-lagi ponselnya ia apit diantara bahu dan kepalanya.

"Kau di mana? Jaehyun tidak ada di rumah, a-aku sangat takut, hiks,"

Mark tersentak kaget saat mendengar suara Doyoung yang parau. "Hyung ada di mana? Kenapa tidak menelepon Jaehyun Hyung? Hyung tetap di sana aku akan ke sana segera,"

"Ce-pat Mark, hiks, di ... sini, ge—lap."

Pip

Tanpa ragu melangkah lagi, ia berlari kencang menuju parkiran, lift yang sesak, keryawan yang banyak bertanya, ditambah lagi berpapasan dengan Haechan. Oh Tuhan, tolong singkirkan orang-orang yang mengganggunya hari ini.

Setelah masuk mobil. Mark menelepon Jaehyun sembari mengemudi, tolong untuk tidak ditiru, Mark tidak akan melakukannya jika ini bukan situasi yang darurat. Sungguh.

"Hyung, kau dimana?" tanya Mark tanpa salam setelah Jaehyun mengangkatnya.

"Di rumah, kenapa?"

"Cih! Doyoung Hyung tidak ada di rumah?" tanyanya lagi.

"Tadi dia keluar, katanya membeli bahan makanan yang sudah habis di sini, aku tidak mengantarnya karena dia yang meminta. Kenapa memangnya?"

Mark memijit pelipisnya. "Cepat hubungi telepon Doyoung Hyung, lacak jikalau bisa"

"Tunggu apa yang kau katakan Mark?"

"Kemungkinan besar Doyoung Hyung diculik, dia meneleponmu namun kau tidak dapat dihubungi. Aku akan mencarinya, ah jangan lupa mengecek CCTV rumahmu juga Hyung,"

Mark mematikan teleponnya secara sepihak tanpa mendengarkan ucapan kaget dari suami Doyoung. Pikiran Mark sungguh kacau, pekerjaan yang makin menumpuk, Haechan yang terus menghubunginya, lalu Doyoung yang menghilang secara tiba-tiba.

"Yakinlah, kau bisa menemukannya Mark."

©jylmrk

Mark sungguh buntu. Satu jam mencari Doyoung tanpa menghasilkan apapun. "Haruskah aku menelepon Detektif Jungwoo?" Mark bermonolog. Berusaha menemukan jalan keluarnya.

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang