Speechless; 6

2.1K 222 36
                                    

Enam hari berlalu tanpa Jaemin. Bukan masalah berat bagi Mark, namun mulai terasa setelah dirinya menjadi pengganti atas Jaemin. Soal Lucas waktu itu, Mark sudah mengatasinya. Beruntung saat ia akan berangkat makan malam bersama Lucas, Doyoung menelepon dsn menyuruhnya ke rumah.

Iya. Doyoung selalu ingin bertemu Jaemin, karena Jaemin tidak ada, akhirnya digantikan oleh Mark. Ya, walau hanya sekedar beberapa menit, tak apalah, dari pada debay yang ada di perut Doyoung terus merengek.

Sudah dipastikan, malam ini juga Mark harus menginap di rumah Jaehyun. Sebenarnya ia merasa tidak enak, namun lebih tidak enak lagi melihat Jaehyun yang kebingungan atas Doyoung yang sedang ngidam itu.

Peran Mark di rumah tangga Jaehyun bukan sekedar menenangkan Doyoung yang selalu ingin bertemu Jaemin, ah, maksudnya Mark. Namun, kadang kala, Mark membantu mencarikan benda yang Doyoung inginkan. Orang hamil memang merepotkan, apalagi jika Doyoung yang hamil.

"Mark, kenapa pulang terlambat?" tanya Doyoung yang sedang duduk di ruang tengah dengan kepala yang disandarkan pada bahu Jaehyun.

Jaehyun ikut menoleh. Sedangkan Mark berjalan mendekat ke arah Jaehyun lalu duduk di sampingnya.

"Ada meeting dadakan tadi sore, ditambah deadline yang makin mendekat," Mark menjawab dengan kepala yang disandarkab pada punggung sofa.

Doyoung memaklumi. "Jaehyun dulu selalu begitu, jujur aku kesal dengannya saat itu, apa lagi jika sudah bau anggur, aku bisa muntah jika berdekatan dengannya," ujar Doyoung.

"Bukankah itu memabukan, dulu sebelum hamil kau mengaku bahwa kau menyukai bau anggur dari tubuhku, namun sekarang kau berubah pikiran," Jaehyun mendelik, Doyoung bangkit.

"Terserah saja, Mark kubuatkan teh hangat untukmu." Doyoung berlalu menuju dapur. Doyoung sudah menganggap Mark sebagai keluarganya, seperti adiknya sendiri, sedangkan Jaehyun menganggap Mark seperti mutiara yang perlu dijaga. Jika ia tergores sedikitpun, maka Doyoung akan marah besar.

"Buatkan aku kopi juga, Sayang!" Jaehyun berteriak pada Doyoung. Hal yang tak Doyoung sukai dari Jaehyun adalah kebiasaannya meminum kopi saat malam hari.

Apa lagi ini sudah jam tujuh malam. Belum terlalu larut, namun Doyoung tahu, Jaehyun melakukannya untuk bekerja. Menggantikan waktunya yang terkuras banyak akibat dirinya hamil itu. Kadang kala, Doyoung selalu merengek manja agar Jaehyun mau tidur bersamanya.

"Aku ke kamar dulu Hyung, mau ganti baju," ujar Mark.

Jaehyun mengangguk. Mark pun beranjak menuju kamar, mengganti pakaiannya—sudah pasti mandi—lalu kembali ke ruang tengah. Satu cangkir teh hangat sudah tersimpan di meja depan TV.

"Minumlah Mark, jika kau ingin makan, sudah tersedia, maaf tidak hangat, hehe," ujar Doyoung.

Mark mengangguk. "Terimakasih Hyung,"

Mark tersenyum. Doyoung kembali tersenyum, ia merasa separuh jiwa Jaemin ada dalam diri Mark, begitupun sebaliknya. Doyoung tahu penyebab phobia Mark, dan kenapa Jaemin melakukannya. Ini semua bukan tanpa alasan. Bahkan, Jaehyun tahu mengenai itu.

Hanya saja, Jaemin meminta keduanya untuk bungkam pada Mark. Biarkan pria itu membenci Jaemin sampai waktu yang menyadarkannya. Jaemin rela, biarpun dirinya tidak bersalah dan harus mengorbankan orang tercinta yang harus membencinya sekalipun itu tidak masalah.

©jylmrk

Hari ini, Johnny mengajak Mark beserta Taeil untuk berjalan-jalan. Sudah cukup dengan pekerjaan yang memusingkan itu. Hari ini ketiganya cukup luang, ya walaupun Mark tahu sepulangnya dirinya dari jalan-jalan ini akan banyak sekali pekerjaan yang menunggunya.

Speechless; Complete✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang