Tiba-tiba jantung Alle berdegup kencang, rasa takut menjalar. Bagaimana hal itu terjadi padanya? Alle benar-benar tak bisa membayangkan hal itu di masa depan.
•Introvert 2•
Tiba saat nya mata kuliah berakhir, Alle berjalan ke arah parkiran. Genta mengirim pesan singkat padanya bahwa pria itu sudah berada di dalam mobil untuk menunggu nya.
Alle beranjak dari tempatnya menuju parkiran, yang seharusnya ia sudah bisa menghampiri Genta dari setengah jam yang lalu namun entah mengapa banyak sekali sesuatu yang harus di selesaikan.
"Maaf lama..." sesal Alle yang melihat raut wajah Genta yang tak menyorotkan bahwa pria itu sedang dalam mood baik.
"Pakai seatbelt nya." ucap Genta, lalu melajukan mobilnya menuju ke sekolah Chetta.
Alle tak melempar kalimat apapun, sepertinya ia tak dapat menceritakan perihal kemarin ia yang bertemu dengan bu Alyssa. Masalahnya, melihat situasi sekarang Genta sedang dalam mode marah nya. Jadi mau tak mau, ia akan menceritakan ini lain kali.
Ketika mobil sedan berwarna hitam itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang berwarna-warni. Genta dan Alle turun bersamaan, bahkan Chetta sudah menunggu di pos satpam sedaritadi.
"Ayah.. Bunda lama bangett, Chett sampai keringetan tau." rengeknya pada kedua orangtua nya.
"Maaf ya, tadi Bunda ada urusan sedikit." Ucap Alle sambil mengusap peluh keringat yang membasahi dahi putranya.
"Ayo masuk mobil." ajak Genta pada Chetta.
Genta berjalan lebih dulu ke mobilnya. Sedangkan Alle hanya mendesah pelan lalu mengikuti jalan keduanya dari belakang.
Lagi-lagi tak ada percakapan pada keduanya, hanya ada cuap-cuap Chetta yang sedaritadi menggema isi mobil ini.
"Kalau Chett udah besar, Chett mau nyetir mobil. Trus balapan sama minho." ocehnya yang menatap jalanan di dalamnya dengan excited.
"Boleh."
"Gaboleh."Jawaban berbeda di antara Genta dan Alle membuat Chetta mendengus pelan.
"Boleh, tapi mulai dari sekarang kamu tabung uangnya untuk beli mobil." seru Genta yang memperbolehkan saja Chetta untuk apa yang bocah itu sukai, asal dengan syarat harus ada usaha untuk mendapatkan itu. Genta tak ingin membuat Chetta hidup hanya dengan melenggang santai lalu keinginan nya tercapai begitu saja.
Sedangkan Alle melarang keras Chetta untuk balapan. Menurut nya akan sangat membahayakan, lagipula tak ada faedahnya balapan yang hanya main-main saja. Kalau mau menjadi pembalap sungguhan saja yang dapat menuai prestasi.
Menurut Alle, semua yang di lakukan di dunia harus ada manfaat nya. Rasanya akan sangat di sayangkan jika hanya di buat untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Percakapan mereka di dalam mobil tak terasa sehingga mobil itu yang sudah di pekarangan perumahan Genta.
"Non Alle nginep?" tanya seorang wanita paruh baya yang bekerja di rumah Genta.
"Enggak bi, aku pulang malam nanti." jawab Alle yang baru saja sampai di garis ruang tengah.
"Kalau capek, pakai aja kamar aku buat tidur. Biar aku yang gantiin baju Chetta." jawab Genta dengan nada datar, bahkan tangan nya mengambil alih tas yang berisi baju dan perlengkapan Chetta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert 2
Romance(Sebelum baca story ini, aku saranin untuk baca -Introvert- dulu) -- cek profil ku Mereka memang belum menikah, bahkan status mereka masih menyandang menjadi mahasiswa/i. Namun bersikap layaknya orang tua adalah salah satu yang harus mereka lakukan...