40. Api dan Api

1.4K 172 33
                                    

"Bukti kuat apa yang bisa bikin aku percaya sama kamu?" tanya Alle yang merasa hubungan ini semakin tak sehat.

Genta terdiam sejenak sambil menatap bola mata gadis itu.

"Menikah sama aku." pinta Genta yang masih memandang lurus kilau mata cantik milik gadis itu.

•Introvert 2•

Alle sedikit menjauhkan jaraknya dengan Genta. Bahkan wajahnya berpaling tak ingin melihat wajah pria itu.

"Enggak." tolaknya tanpa menatap bola mata Genta.

Genta meneguk liurnya susah payah, karena ia kira tak seperti ini jawabannya.

"Kamu minta bukti kan? Aku minta kamu kamu menikah sama aku itu artinya aku beneran serius sama kamu Al," Pria itu menggenggam tangan gadisnya erat.

"Jangan menikah. Aku gak mau." jawab Alle yang lagi-lagi air matanya menetes.

"Kenapa?" tanya Genta dengan wajah frustasi.

Alle hanya menggeleng dengan air mata yang terus keluar tak henti-hentinya. Genggaman Genta terlepas, tampak tak sanggup melihat gadisnya menangis. Kini tangannya menarik Alle kembali ke dalam pelukannya.

"Yaudah anggap aja aku gak bicara apapun, maafin aku." ucap Genta sambil mengusap lembut kepala Alle. Ia rasa Alle hanya belum siap menikah di usia mudanya. Dimana masa-masa remaja menuju dewasa yang sedang asik-asik nya menghabiskan waktu bersama teman. Berbagi cerita, betapa menyeramkan tumpukan tugas yang diberikan sang dosen.

Alle membalas pelukan Genta tak kalah eratnya, ia benar-benar meresapi rasa nyaman yang dituangkan oleh pria tertutup ini. Rasanya benar-benar beruntung dapat meruntuhkan tembok tinggi nan kokoh yang diciptakan pria itu padanya dulu.

Pertemuan pertama mereka yang jika diingat-ingat sangat menyebalkan namun lucu, dimana Genta yang selalu berusaha pergi saat mendengar suara decitan pintu ruang musik sekolahnya. Bodohnya Alle merasa penasaran, bahkan ia sampai bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ada yang salah pada dirinya? Jika saja Alle tak terus menerus menguak rasa penasarannya, mungkin mereka tak akan bersama seperti sekarang.

"Genta," panggil Alle dengan nada suaranya yang parau dengan kepala mendongak.

"Ya?" Genta menunduk dengan menyingkap anak rambut yang menutupi kening Alle.

"Aku sayang kamu." ungkap Alle yang masih didalam pelukan Genta dengan mata mereka yang saling beradu.

Genta mengulas senyum tipis, meski beberapa menit yang lalu ia di tolak. "Aku terlalu sayang sama kamu." balas Genta lembut.

Jarak wajah mereka sangat dekat ditambah suasana mendukung. Bibir mereka saling beradu seakan mengungkapkan rasa saling sayang dan rasa tak ingin kehilangan.

"Kita jemput Chetta hari ini sama-sama ya?" ucap Genta yang mengacak lembut rambut Alle dan beralih menyentuh alat kemudi nya.

Ini bukan pertama kali mereka berciuman, tapi tetap saja rasa canggung setelah itu pasti muncul. Bagus Genta pandai menyembunyikan rasa kecanggungan nya itu.

Mobil itu melaju ke arah apartemen milik Reygan, seperti biasa bocah itu bersinggah disana agar tak kesepian.

Sebelah tangan Genta terulur mengusap sisa bekas air mata Alle, "Chetta jangan sampai liat, pasti banyak tanya." kekehan pelan mengiringi ucapannya.

Introvert 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang