Dahinya mengernyit heran, melihat siapa yang menelepon nya. Dengan cepat ia menggeser ke arah tombol hijau.
"Hallo iya Ta, Ada apa?" Tanya Alle yang kini menjawab panggilan dari mantan kekasihnya.
•Introvert 2•
"Bisa ke rumah ku sebentar? Chetta sakit, dia ngigau kamu terus." Terdengar nada khawatir di sana, sehingga hal itu membuat Alle segera bangkit dari kursinya dan menutup panggilan itu sepihak.
"Lle kenapa?" Tanya Gladys kebingungan melihat perubahan raut wajah Alle.
"Anak gue sakit, Gladys bisa tolong gantiin gue gak nanti jam 5?" Tanya Alle.
Gladys gelapan ketika hendak menjawab karena terkejut mendengar pernyataan Alle yang sudah memiliki anak di umurnya saat ini.
"Ah.. iya.. iya." Jawab Gladys seadanya.
"Thank you Glad,"
"Glad, Ren, Gue pamit yaa!" Alle berlari melewati lorong untuk mencapai parkiran mobil.
Kendaraan roda empat itu langsung menerobos jalanan dan tangannya terulur pada ponsel nya untuk menekan alamat rumah Genta yang baru saja di kirimkan oleh Genta melalui pesan chat. Beruntungnya jalan sedang sepi, kecepatan tinggi adalah salah satu cara agar cepat sampai.
Terdapat pesan ketika mobil nya yang kini terjebak di lampu merah, 'Jangan ngebut Al.' begitu isi pesan dari Genta untuk Alle.
Sepertinya pria ini masih hafal kebiasaan Alle yang memang gila soal kecepatan berkendara. Alle hanya melirik dan tak membalas pesan itu, ia memilih untuk fokus ke depan dan menjalankan kembali mobilnya.
Sampai di pekarangan perumahan yang nyama dan sejuk ini, Alle mencari rumah putih No.18.
Ketika tepat di pintu putih besar ini, Alle menekan bel yang berada tepat di sebelah kanan sisi pintu. Keluarlah seorang wanita yang melempar senyum pada Alle.
"Bundanya Chetta ya? Ayo silahkan masuk Bu," entah darimana wanita itu mengetahui bahwa Alle adalah bunda dari Chetta. Alle tak terlalu ambil pusing soal itu, tujuannya kini adalah ingin menemui putranya.
"Chetta sering cerita tentang ibu, bahkan kasih liat foto ibu sama saya. Ternyata ibu lebih cantik dibanding di foto." Wanita itu bercerita sambil mengantar Alle ke arah kamar Chetta.
Alle merespon hal tersebut dengan senyum canggung nya. Ia pun bingung harus merespon dengan kalimat apa.
Tiba di kamar Chetta, Alle langsung berlari menuju dimana puteranya terbaring lemah. Di sentuh kening serta denyut nadi leher puteranya, bahkan Alle sedikit membuka kelopak mata Chetta.
"Suhu nya berapa?" Tanya Alle pada Genta yang kini menyaksikan nya sedang mengecek keadaan Chetta.
"39,1°C." Jawab Genta sambil menunjukkan termometer digital nya.
"Kenapa gak kamu bawa ke rumah sakit?" Omel Alle pada Genta.
"Bunda.." panggil Chetta dengan nada lemah, hal itu membuatnya beralih ke arah Chetta.
"Apa sayang? Bunda di sini? Chetta mau apa? Mau bunda masakin bubur, iya?" Alle mengelus kepala Chetta lembut bercampur rasa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert 2
Romansa(Sebelum baca story ini, aku saranin untuk baca -Introvert- dulu) -- cek profil ku Mereka memang belum menikah, bahkan status mereka masih menyandang menjadi mahasiswa/i. Namun bersikap layaknya orang tua adalah salah satu yang harus mereka lakukan...